Perkembangan spora kultur aksenik
                                                                                93
Lucia 2005, Diop et al 1994, de-Souza 2005. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perbedaan inang dan medium tidak mempengaruhi waktu perkecambahan, tetapi dapat menghambat perkembangan lebih lanjut antara kedua CMA uji.  Mungkin
berkaitan dengan konsentrasi P dalam medium, atau kompatibilitas inang. Inang yang kompatibel dapat meningkatkan perkecambahan, infeksi akar dan sporulasi
spora CMA Bagyaraj 1992, Bakhtiar 2002, Baron et al. 1995 .
Eksudat akar memberi pengaruh sangat signifikan dalam perkembangan spora CMA steril, karena dapat memacu pecahnya tabung perkecambahan dan
berkembangnya hifa eksternal, juga menyediakan karbon sebagai sumber energi, serta  mempengaruhi status fisiologis CMA  Juge
et al. 2002, Diop et al. 1994. Perkecambahan spora CMA dan berkembangnya hifa merupakan titik awal yang
sangat penting terjadinya asosiasi antara CMA dan inang Orcutt  Nielsen 2000.  Perlakuan dengan terapi suhu rendah 4
o
C, salah satu cara mematahkan dormansi, sehingga dapat merangsang percepatan proses perkecambahan Fortin
et al. 2002. Medium MM lebih sesuai untuk perkecambahan, sporulasi, dan infeksi akar
tanaman inang  dan  CMA uji steril,  karena  kandungan fosfat lebih rendah 4,8 mgl dibandingkan dengan medium MSR  yaitu    44 mgl.  Hal tersebut  mungkin
terkait dengan perbedaan konsentrasi P kedua medium tersebut. Konsentrasi P tinggi dapat menghambat terbentuknya eksudat akar, di  satu sisi eksudat akar
sangat diperlukan didalam perkembangan CMA steril, dari mulai fungsi penanda sinyal sampai terjadi perkecambahan spora,  hifa  berkembang, dan menginfeksi
akar  sampai terbentuk asosiasi dari kedua simbion, yang ditandai dengan terbentuknya struktur organ CMA dalam kortek akar Labour
et al. 2003. Hal tersebut terlihat adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi P dan
pembentukan eksudat akar.  Semakin tinggi konsentrasi P eksudat akar menurun dan sebaliknya Pinior
et al. 1999, Ezawa et al. 2000. Tamasloukht
et al. 2003 menyatakan bahwa simbiosis antara CMA dengan akar tanaman inang dimulai setelah spora berkecambah, ditandai dengan
percabangan  hifa  eksternal aktif,  berkembang dan kontak dengan akar membentuk appresorium, dan membentuk hifa internal, hifa interseluler,
arbuskula dan vesikula pada A. tuberculata sedang G. margarita tidak membentuk
94
vesikula, selanjutnya dapat membentuk spora baru sporulasi.  Jane et al. 1998
menyatakan  bahwa spora berkecambah melakukan kontak dengan akar membentuk apresorium dan berkembang membentuk hifa internal, hifa intrasel,
arbuskula, vesikula dan hifa koil.  Perkembangan spora CMA dalam kortek akar mengalami perubahan struktur organ CMA yang terlihat dengan pewarnaan
tripan blue.
Hasil sporulasi rendah, dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu  faktor lingkungan, media, inang  dan  umur kultur baru 3 bulan. CMA uji asli Indonesia,
yang  mempunyai  suhu  lingkungan  rata-rata antara 30-31
o
C, dan kultur diinkubasi di ruang dengan  suhu 26
o
C, kurang sesuai dengan kondisi habitat alamnya, sehingga dimungkinkan faktor suhu ruang me nghambat sporulasi. Media dapat
mempengaruhi perkembangan CMA, atau sporulasi secara tidak langsung, terkait dengan konsentrasi unsur P. Semakin rendah P dalam medium, meningkatkan
eksudat akar,  yang  berperan dalam perkecambahan dan perkembangan hifa, sehingga CMA berkembang lebih optimal menginfeksi akar dan bersporulasi
Pinior et al. 1999, Ezawa  et al. 2000, Labour  et al. 2003. Peran inang dalam
perkembangan kultur aksenik terkait dengan sifat obligat CMA, yaitu tanpa inang tidak dapat berkembang secara optimal, karena sumber karbon untuk
pertumbuhan dan perkembangan CMA membutuhkan bantuan tanaman. Hanya inang yang kompatibel akan meningkatkan daya infektiv dan efektiv CMA
Sancayaningsih 2005, Mansur et al. 2001 dan Lucia 2005.
Perkembangan CMA membutuhkan waktu untuk berproses, hal tersebut nampak bahwa hasil pengamatan  dari kultur pot, waktu 3,  4 dan 5 bulan
meningkat baik persentase infeksi akar dan dan jumlah spora Penelitian II.  Hal tersebut menunjukkan bahwa umur dapat meningkatkan perkembangan dan
perbanyakan spora CMA Vaast  Zasoski 1998. Diop et al. 1992 menyatakan
bahwa sporulasi G.  margarita  meningkat setelah umur 4 bulan  diinokulasi.
Sporulasi lebih aktif dimulai 6-12 bulan setelah inokulasi.  Namun menurut de- Souza 2005 pembentukan spora
Glomus pertama diperkirakan antara 10-12 minggu 2-3 bulan setelah kolonisasi, sporulasi terjadi setelah 5–8 bulan, dan
rata-rata produksi spora 56 butir setiap 30 ml,  demikian pula pernyataan  yang mendukung dari  de-Souza 2005 dan Vaast   Zasoski 1991. Dari uraian
95
tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya umur kultur, cenderung
meningkatkan sporulasi dan persentase infeksi akar.  Diop  Declerck 2003 menyatakan bahwa terbentuknya struktur CMA dalam akar, sebagai ciri khas
bahwa simbiosis tersebut sudah stabil, dan selanjutnya meningkatkan peran dari masing- masing simbion.
Berkembangnya hifa eksternal merupakan sarana awal proses simbiosis, karena hifa akan menginfeksi akar, selanjutnya berperan di dalam pengambilan
karbon sebagai sumber energi pertumbuhan dan perkembangan CMA. Sebaliknya CMA  membantu  dalam pengambilan nutrisi dan air  melalui hifa, proses
fotosintesis  meningkat, sehingga memacu  pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil  diperoleh  menunjukkan bahwa perkembangan hifa paling banyak
pada eksplan wortel  yang  diinokulasi dengan A. tuberculata  bila dibandingkan
dengan G. margarita, sehingga disimpulkan bahwa eksplan wortel  lebih
kompatibel untuk perkembangan spora A. tuberculata.
Wilson  Tommerup 1999 menyatakan bahwa flavonoid atau isoflavonoid  merupakan eksudat akar yang mempengaruhi perluasan  hifa kearah
akar. Penyebaran hifa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi infektivitas dan efektivitas CMA, perkembangan hifa, agresifitas
dan kepadatan propagul.  Sedang faktor eksternal meliputi medium khususnya persediaan P, pH, suhu dan pencemaran. Infeksi hifa diawali dengan terbentuknya
apresorium, menembus  dinding  sel tanaman,  sebagai awal  terjadinya simbiosis antara CMA dan akar tanaman.  Sela njutnya terjadi perubahan struktur organ
CMA membentuk organ  penting di antaranya, arbuskula, vesikula dan hifa internal. Pembentukan organ CMA di dalam  sel kortek akar menunjukkan adanya
simbiosis dari kedua organisme tersebut stabil Diop  Declerck 2002. Sehingga dapat dikatakan bahwa
G.  margarita  dan  A. tuberculata  dapat dikembangkan secara
in vitro. Dari hasil tersebut baik  G.  margarita  maupun  A. tuberculata paling baik dengan inang eksplan wortel yang dikultur pada medium MM.
Hasil korelasi antar peubah menunjukkan bahwa setiap peubah berkorelasi positif dan sangat erat, hal tersebut dapat dimengerti karena perkecambahan,
terbentuknya hifa eksternal maupun internal, dan sporulasi serta infeksi akar merupakan satu  kesatuan perkembangan CMA. Hal tersebut mencerminkan
96
adanya simbiosis, dan simbiosis merupakan proses panjang dengan terbentuknya organ-organ CMA dalam akar, sehingga  hasil yang diperoleh saling terkait. Diop
Declerck 2002  menyatakan bahwa terbentuknya struktur organ CMA dalam kortek akar, merupakan ciri spesifik terjadinya simbiosis stabil.
                