31 liability. Ketiga teori atau sistem pertanggungjawaban ini, pada hakikatnya
merupakan respon terhadap eksistensi korporasi yang dewasa ini diakui sebagai subjek hukum pidana.
33
2. Asas Strict Liability Terhadap Korporasi
Konsep strict liability merupakan konsep yang ada dalam sistem hukum Common Law. Pada mulanya, sistem pertanggungjawaban tersebut diterapkan
dalam kasus-kasus perdata. Namun dalam perkembangannya, konsep strict liability juga diterapkan pada kasus-kasus pidana tertentu yang dianggap
membahayakan sosial, seperti narkotika, pelanggaran lalu lintas, makanan dan lain-lain.
34
Asas strict liability diartikan sebagai pertanggungjawaban yang ketat, artinya seseorang sudah dapat dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana
tertentu walaupun pada diri orang itu tidak ada kesalahan mens rea. Secara singkat,
strict liability diartikan sebagai “liability without fault”
pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan.
35
Dalam perbuatan pidana yang bersifat strict liability, hanya dibutuhkan dugaan atau pengetahuan dari pelaku terdakwa, sudah cukup menuntut
pertanggungjawaban pidana dari padanya. Jadi tidak dipersoalkan adanya mens rea, karena unsur pokok strict liability adalah actus reus perbuatan, sehingga
harus dibuktikan adalah actus reus perbuatan bukan mens rea.
36
33
Ibid., hlm. 160
34
Ibid., hlm. 163
35
Muladi dan Dwidja Prayitno, Op.Cit., hlm. 111
36
Mahrus Ali, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
Ted Honderich menyatakan bahwa premise dalilalasan yang bisa dikemukakan untuk pembenaran strict liability dalam hukum pidana adalah:
37
a. Sulitnya membuktikan pertanggungjawaban untu tindak pidana tertentu.
b. Sangat perlunya mencegah jenis-jenis tindak pidana tertentu untuk
menghindari adanya bahaya yang sangat luas. c.
Pidana yang dijatuhkan sebagai akibat dari strict liability adalah ringan. Prinsip pertanggungjawaban pidana mutlak ini menurut Hukum Pidana
Inggris hanya diberlakukan terhadap perkara pelanggaran ringan yaitu pelanggaran terhadap ketertiban umum atau kesejahteraan umum tidak berlaku
terhadap pelanggaran yang bersifat berat. Termasuk ke dalam kategori pelanggaran-pelanggaran tersebut diatas adalah:
38
1. Contempt of court atau pelanggaran terhadap tata tertib pengadilan;
2. Criminal Libel atau defamation atau pencemaran nama baik seseorang;
3. Public nuisance atau mengganggu ketertiban masyarakat umum.
Akan tetapi kebanyakan strict liability terdapat pada delik-delik yang diatur dalam Undang-undang statutory offence; regulatory offences; mala
prohibita yang pada umumnya merupakan delik-delik terhadap kesejahteraan umum public walefare offences. Termasuk regulatory offences misalnya,
penjualan makanan dan minuman atau obat-obatan yang membahayakan, penggunaan gambar dagang yang menyesatkan dan pelanggaran lalu lintas.
39
37
Muladi dan Dwidja Prayitno, Op.Cit.,hlm. 112
38
Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990, hlm. 38
39
Ibid., hlm. 39
Universitas Sumatera Utara
33 Menurut Romli Asmasasmita, pembentuk Undang-undang
telah menetapkan bila aturan tentang strict liability crimes dapat diberlakukan sebagai
berikut:
40
1 Kejahatan yang dilakukan bukan kejahatan berat;
2 Ancaman hukuman yang berlaku adalah ringan;
3 Syarat adanya mens rea akan menghambat tujuan perundang-undangan;
4 Kejahatan yang dilakukan secara langsung merupakan paksaan terhadap hak-
hak orang lain; 5
Menurut undang-undang yang berlaku mens rea secara kasuistik tidak diperlukan.
Adapun kriteria penerapan strict liability dalam perkara pidana pada prinsipnya tidak bersifat generalisasi. Jadi tidak terhadap semua tindak pidana
boleh diterapkan. Akan tetapi yang bercorak khusus, yaitu: 1
Ketentuan undang-undang sendiri menentukan atau paling tidak undang- undang sendiri cenderung untuk menuntut strict liability;
2 Penerapannya hanya ditentukan terhadap tindak pidana yang bersifat larangan
khusus atau tertentu. Penerapan strict liability sangat erat kaitannya dengan ketentuan tertentu
dan terbatas. Agar lebih jelas apa yang menjadi landasan penerapan strict liability, dapat dikemukakan beberapa patokan antara lain:
40
Romli Asmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm. 78
Universitas Sumatera Utara
a. Tidak berlaku umum terhadap semua jenis tindak pidana, tetapi sangat
terbatas dan tertentu, terutama mengenai kejahatan anti sosial atau yang membahayakan sosial;
b. Perbuatan itu benar-benar bersifat melawan hukum yang sangat bertentangan
dengan kehati-hatian yang diwajibkan hukum dan kepatutan; c.
Perbuatan itu dilarang dengan keras oleh undang-undang karena dikategorikan sebagai aktivitas atau kegiatan yang sangat potensial
mengandung bahaya kepada kesehatan, keselamatan dan moral publik; d.
Perbuatan atau aktivitas tersebut secara keseluruhan dilakukan dengan cara tidak melakukan pencegahan yang sangat wajar.
Jika pengertian strict liability dikaji dari kesalahan normatif, maka konsekuensinya akan berlainan. Kesalahan normatif pada intinya menyatakan
bahwa kesalahan ada jika kelakuan tidak sesuai dengan norma yang harus diterapkan. Kesalahan dipandang ada sepanjang norma hukum menentukan bahwa
pembuatnya dapat dicela karena melakukan tindak pidana. Sebagai suatu pengertian kesalahan yang normatif, kesalahan merupakan masalah penilaian yang
dilakukan berdasarkan sistem norma. Sistem norma yang menjadi patron penilaian kemudian diorientasikan terhadap fungsi dan sistem norma tersebut. Kesalahn
berarti pembuat seseorang atau badan hukum, telah berbuat bertentangan dengan yang diharapkan. Pembuat telah berbuat bertentangan dengan harapan
masyarakat. Hukum sebenarnya mengharapkan kepadanya untuk dapat beerbuat lain, selain tindak pidana. Dilakukannya tindak pidana pembuatnya dikatakan
bersalah karena telah berbuat berbeda dari yang diharapkan masyarakat. Padahal
Universitas Sumatera Utara
35 pada dirinya selalu terbuka kemungkinan untuk dapat berbuat lain, jika tidak ingin
melakukan tindak pidana tersebut.
41
Oleh karena itu, berdasarkan teori kesalahan normatif konsep strict liability tidak dianggap sebagai bentuk pengecualian dari konsep tiada pidana
tanpa kesalahan tetapi sebagai bentuk pertanggungjawaban pidana berdasar kesalahan. Pada strict liability pembuatnya tetap dapat diliputi kesalahan yaitu
kesalahan dalam pengertian normatif.
42
Berkaitan dengan asas strict liability terdapat perbedaan pendapat dikalangan sarjana mengenai tepat atau tidaknya konsep strict liability tepat
diterapkan untuk kejahatan korporasi. Mahrus Ali, guru besar ilmu hukum pidana Universitas Islam Indonesia, menyatakan penerapan konsep pertanggungjawaban
strict liability tidak sesuai atau bertolak belakang dengan karakteristik kejahatn korporasi yang termasuk dalam kategori serious crime, sedangkan konsep
pertanggungjawaban strict liability hanya untuk jenis kejahatan yang bersifat ringan seperti pelanggaran lalu lintas, penghinaan pengadilan yang sifatnya
berupa pelanggaran. Pijakan yuridis yang dibangun untuk menuntut korporasi atas konsep pertanggungjawaban strict liability tidak kuat dan tidak beralasan.
43
3. Asas Vicarious Liability Terhadap Korporasi