Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi program linier. Asumsi tersebut adalah :
1. Linearitas, yaitu perbandingan antara input dengan input lainnya atau suatu input dengan output biasanya tepat dan tidak tergantung pada tingkat
produksi. 2. Proporsionalitas, yaitu naik turunnya nilai fungsi tujuan Z dan
penggunaan sumberdaya atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding proporsional dengan perubahan tingkat kegiatan.
3. Additivitas, yaitu nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau kenaikan dari nilai tujuan Z yang diakibatkan oleh kenaikan suatu
kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
4. Divisibilitas, yaitu peubah-peubah keputusan Xj jika diperlukan dapat berupa bilangan pecahan.
5. Deterministik, yaitu semua parameter yang terdapat dalam model program linier aij, bi, cj dapat diperkirakan dengan pasti meskipun jarang dengan
tepat Subagyo et al., 1989 Integer linear programming berhubungan dengan penyelesaian masalah-
masalah program matematis yang mengasumsikan beberapa atau semua variabelnya bernilai integer non negatif. Suatu program linier disebut
campuran atau murni tergantung pada apakah beberapa atau semua variabelnya terbatas untuk nilai-nilai integer. Metode integer programming
dapat dikelompokkan ke dalam metode pemotongan cutting method dan metode penelusuran search method Taha, 1992.
D. MODEL TRANSPORTASI
Metoda transportasi merupakan metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang
sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya
alokasi dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan dari beberapa sumber ke suatu tempat tujuan juga berbed-beda. Yolanda, 2005.
Menurut Russel dan Taylor 2003, model transportasi adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk menentukan cara menyelenggarakan
transportasi dengan biaya seminimal mungkin. Model transportasi merupakan salahsatu bentuk khusus atau variasi dari program linier yang dikembangkan
khusus untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan transportasi dan distribusi produk dari berbagai sumber ke berbagai tujuan.
Ciri khusus dari suatu model transportasi ini adalah : 1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu
2. Kuantitas barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan kuantitas yang dibutuhkan oleh setiap tujuan
3. Kesesuaian jumlah barang terhadap permintaan maupun kapasitas suatu sumber
4. Biaya pengangkutan tertentu dari suatu sumber ke suatu tujuan Model umum untuk permasalahan transportasi adalah :
Minimukan
∑∑
= =
=
m i
n j
ij ij
X C
Z
1 1
Kendala
∑
=
=
n j
i ij
a X
1
, i = 1, 2, 3, ….m
∑
=
=
n i
j ij
b X
1
, j = 1, 2, 3, …. n Dan
≥
ij
X untuk seluruh i dan j
…………………………………….. 1.4
E. ALGORITMA GENETIKA
Pada buku berjudul Adaptation in Natural and Artificial Systems tahun 1975 oleh John Holland, seorang professor di Universitas Michigan,
ditemukan sebuah konsep baru pencarian secara tersusun untuk optimasi solusi masalah yang rumit dan komplek menggunakan persamaan matematika
berdasarkan evolusi tiruan artificial evolution yang dikenal dengan nama algoritma genetika Strafaci, 2002.
Pada tahun 1989, David Goldberg, meluncurkan buku berjudul Genetic Algorithm in Search, Optimization, and Machine Learning setelah berhasil
mengaplikasikan algoritma genetika untuk perancangan sistem perpipaan distribusi gas alam. Berdasarkan hasil risetnya, ia berhasil membuktikan
bahwa algoritma genetika menghasilkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan perancangan sistem perpipaan distribusi gas alam berdasarkan
parameter-parameter kesuksesan sistem perancangan pipa. Saat ini algorima genetika diaplikasikan pada berbagai bidang antara lain, seperti pada desain
mesin jet pesawat terbang, prediksi tingkat suku bunga, pengendalian persediaan inventori, perencanaan dan penjadwalan produksi, dan
otomatisasi sistem produksi. Algoritma genetika dapat mencari solusi minimum dan maksimum dari
fungsi satu variabel bebas dengan representasi dasar atau biner. Untuk fungsi yang lebih kompleks atau lebih dari satu variabel bebas dapat menggunakan
representasi float atau integer. Hal tersebut dilakukan untuk penyederhanaan sistem, karena gen biner akan menyebabkan besarnya ukuran kromosom.
Basuki, 2003. Algoritma genetika telah terbukti dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan searching dan optimasi yang mempunyai kompleksitas yang tinggi seperti TSP Travelling Salesman Problem,
penjadwalan flow shop, dan job shop. TSP adalah suatu permasalahan dimana seorang sales harus mengunjungi sejumlah-n kota dengan jarak yang paling
pendek, dengan syarat satu kota hanya dikunjungi satu kali. Solusi TSP adalah jalur yang melewati semua kota dan jaraknya paling pendek Basuki, 2003.
Penjadwalan flow shop adalah masalah penempatan sejumlah-n job pada
sejumlah-m mesin tanpa urutan proses. Sedangkan penjadwalan job shop masalah penempatan sejumlah-n job pada sejumlah-m mesin dengan urutan
proses. Solusi terbaik dari kedua permasalahan tersebut adalah meminimumkan waktu penyelesaian semua job makespan Mattfeld, 2003.
Michaelewicz, Vignaux, dan Hobbs telah mengembangkan algoritma genetika untuk menyelesaikan masalah transportasi nonliner yang disebut
dengan program GENETIC-2. Program tersebut mampu menyelesaikan masalah transportasi Tailor dan menangani beberapa tipe dari fungsi biaya
Gen dan Cheng, 1997. Algoritma genetika telah berhasil diaplikasikan oleh Tate dan Smith
dalam masalah perancangan tata letak pabrik. Tata letak pabrik berkaitan dengan pengaturan fasilitas fisik dan tata letak mesin-mesin. Masalah tersebut
merupakan masalah kombinatorial sehingga teknik heuristik seperti algoritma genetik dapat diterapkan dengan baik Gen dan Cheng, 1997.
Algoritma genetika mampu menyelesaikan masalah time series forecasting yaitu teknik peramalan data berdasarkan data-data pada periode
sebelumnya. Time series forecasting dirumuskan sebagai berikut :
∑
= +
+ =
n i
i i
n
a x
a x
1 1
Keberhasilan peramalan di dalam time series forecasting sangat ditentukan oleh nilai a
i
dan jumlah periode data yang digunakann. Algoritma genetika dapat digunakan untuk mengoptimasi a
i
Basuki, 2006.
1. Prosedur Umum Algoritma Genetika
Prosedur umum algoritma genetika adalah sebagai berikut : Langkah
1 : Pengkodean
encoding calon solusi dan set-up beberapa parameter awal : jumlah individu, probabilitas,
penyilangan dan mutasi, dan jumlah generasi maksimum Langkah 2
: t 0 {inisialisasi awal}
Pembangkitan acak sejumlah n kromosom pada generasi ke-0
Langkah 3 : Evaluasi masing-masing kromosom dengan menghitung
nilai fitness-nya
x
i
: data pada periode ke-i a
i
: bobot pengaruh dari periode ke-i a
: error perkiraan
Langkah 4
: Seleksi beberapa kromosom dari sejumlah n individu yang memiliki nilai fitness terbaik
Langkah 5
: Rekombinasikan kromosom terpilih dengan cara
melakukan penyilangan crossover dan mutasi mutation
Langkah 6 : t
t + 1 Update jumlah generasi dan kembali ke Langkah 2
sampai jumlah generasi maksimum tercapai Algoritma genetika melakukan pencarian pada sejumlah solusi
fisibel yang direpresentasikan sebagai jumlah kromosom yang disebut populasi. Kromosom-kromosom pada populasi dibangun secara acak dan
berevolusi melalui beberapa generasi iterasi berurutan. Kromosom yang dihasilkan pada suatu generasi diharapkan lebih baik dari generasi
sebelumnya. Kriteria penghentian stopping criteria dalam pencarian solusi
optimal pada algoritma genetik dapat dilakukan dengan cara menetukan jumlah generasi maksimum, menentukan selisih nilai fitness rata-rata
tertentu antara suatu generasi dengan generasi sebelumnya, dan menentukan tingkat keragaman homogenitas struktur kromosom.
2. Representasi Kromosom
Dalam memulai penerapan suatu algoritma genetika untuk memecahkan masalah optimasi, perlu adanya pengkodean sebagai variabel
keputusan. Representasi kromosom yang pertama kali diperkenalkan oleh Holland 1975 adalah representasi string biner. Dalam representasi ini,
sebuah kromosom terdiri dari beberapa elemen yang disimbolkan dengan angka nol 0 dan satu 1.
Gen dan Chen 1997, memperkenalkan bentuk representasi baru yang disebut permutation representation, path representation atau order-
based representation. Dalam perkembangannya, David 1996 menggunakan representasi kromosom berbentuk matrik untuk
menyelesaikan masalah transportasi.
Gambar 3. Representasi kromosom string biner Syarif dan Mitsuo, 2003
Gambar 4. Representasi kromosom string integer
Gambar 5. Permutation Representation untuk Travelling Salesman Gen dan Cheng, 1997
Gambar 6. Representasi kromosom bentuk matrik untuk masalah transportasi David, 1996
3. Fungsi Fitness
Kromosom-kromosom pada setiap generasi dievaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness
suatu kromosom menunjukkan kualitas kromosom tersebut dalam suatu populasi. Bentuk fungsi fitness didefinisikan sesuai masalah yang akan
diselesaikan. Suatu fungsi fitness digunakan untuk memberikan ciri dan
mengukur seberapa baik sebuah solusi Chen, Ian dan Cao, 2003. Fungsi fitness adalah fungsi yang akan mengukur tingkat kebugaran suatu
kromosom dalam populasi. Semakin besar nilai fitness, semakin bugar
1 1
1 1
1 1
1 2 3 4 5 . . . n
3 2
5 4
7 1
6 9
8 1 2 3 4 5 . . . n
5 3
4 1
2 1
2 i
. .
.
j 5
7 3
1 2
8 7
3 5
7 9
6 3
1
1 2 3 4 5 . . . n
pula kromosom dalam populasi sehingga semakin besar kemungkinan kromosom tersebut dapat tetap bertahan pada generasi berikutnya.
4. Operator-Operator Algoritma Genetik
Pencarian kromosom solusi baru pada populasi dilakukan dengan menggunakan operator-operator genetik yang terdiri atas operator seleksi
selection, penyilangan crossover, dan mutasi mutation. Diagram alir algoritma genetik dapat dilihat pada Gambar 7 :
Gambar 7. Diagram alir algoritma genetika Wang, 1999 Representasi
solusi ke dalam kromosom
Inisialisasi Initialization
Evaluasi Evaluation
Selesai Terminate ?
Seleksi Selection
Selesai
Penyilangan Crossover
Mutasi Mutation
Evaluasi Evaluation
Perbaikan Repair
Penggantian Replacement
a. Seleksi Selection kromosom Setelah populasi awal terbentuk, setiap kromosom dalam
populasi dievaluasi dengan menghitung nilai fungsi fitnessnya. Setelah itu proses pembentukan generasi baru diawali dengan seleksi
kromosom. Seleksi adalah proses pemilihan beberapa kromosom untuk dijadikan sebagai kromosom induk bagi generasi berikutnya. Menurut
Syarif dan Mitsuo 2003, kromosom terpilih untuk masing-masing populasi di dalam generasi yang berikutnya berdasarkan nilai fitness.
Populasi kromosom untuk generasi berikutnya dihasilkan menggunakan salah satu teknik seleksi kromosom yaitu seleksi cakram
rolet roulette wheel selection. Teknik ini disebut seleksi rolet sebab dapat dipandang sebagai pemutaran suatu cakram rolet. Setiap
kromosom menempati suatu daerah slot pada cakram rolet dengan proporsi luasnya sebanding dengan proporsi nilai fitness masing-
masing kromosom dalam populasi. Proporsi dalam cakram rolet juga menunjukkan peluang masing-masing kromosom untuk terpilih
menjadi induk parent pada generasi berikutnya. Teknik seleksi lainnya adalah seleksi turnamen tournament selection. Seleksi ini
akan membandingkan antara dua buah kromosom dalam populasi yang dipilih secara acak. Salah satu dari kromosom akan terpilih apabila
memenuhi atau mendekati nilai fitness. Hopgood, 2001 b. Penyilangan Crossover kromosom
Setelah proses penyeleksian kromosom, langkah berikutnya adalah melakukan penyilangan terhadap pasangan-pasangan
kromosom. Penyilangan crossover dikenal sebagai operator penggabungan ulang recombination yang paling utama dalam
algoritma genetik. Syarif dan Mitsuo, 2003. Menurut Chen, Ian dan Cao 2003, penyilangan akan menukar informasi genetik antara dua
kromosom induk yang terpilih dari proses seleksi untuk membentuk dua anak. Operator penyilangan bekerja pada sepasang kromosom
induk untuk menghasilkan dua kromosom anak dengan menukarkan beberapa elemen gen yang dimiliki masing-masing kromosom induk.
Operator penyilangan biasanya dihubungkan dengan peluang penyilangan. Peluang penyilangan Pc adalah rasio antara jumlah
kromosom yang diharapkan mengalami penyilangan dalam setiap generasi dengan jumlah kromosom total dalam populasi. Nilai Pc
biasanya cukup tinggi berkisar antara 0,6 – 1. Proses penyilangan akan terjadi pada sepasang kromosom jika suatu bilangan yang
dibangkitkan secara acak r, 0 r 1, nilainya kurang dari atau sama dengan Pc. Bilangan acak tersebut dibangkitkan setiap kali akan
menyilangkan sepasang kromosom. Tingkat penyilangan yang tinggi menyebabkan semakin besar kemungkinan algoritma genetik
mengeksplorasi ruang pencarian sekaligus mempercepat ditemukannya solusi optimum. Peluang penyilangan yang tepat dan efektif hanya
dapat diketahui melalui pengujian experiment khusus terhadap masalah yang bersangkutan. Misalnya ditentukan nilai Pc = 0.9.
Operator penyilangan yang sering digunakan dalam algoritma genetic sederhana simple genetic algorithm adalah penyilangan satu
titik one point crossover Holland, 1975. Penyilangan satu titik ini cocok digunakan untuk kromosom dengan representasi biner 1 dan 0.
Berikut Gambar 8 adalah ilustrasi proses penyilangan satu titik :
Gambar 8. Penyilangan satu titik one point crossover
1 1
1 1
1 1
Parent 1
1 1
1 1
1 1
Parent 2
1 1
1 1
1
Offspring 1
1 1
1 1
1 1
1
Offspring 2
Pada beberapa kasus, penyilangan satu titik tidak cocok digunakan karena dapat menghasilkan kromosom yang ilegal. Untuk itu Goldberg
dan Lingle 1985 memperkenalkan teknik PMX Partially Mapped Crossover untuk mencegah timbulnya kromosom ilegal dengan
adanya metode perbaikan repairing procedure.
Gambar 9. Ilustrasi Metode PMX Gen dan Cheng, 1997
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Parent 1
5 4
6 9
2 1
7 8
3
Parent 2
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Proto-child 1
5 4
6 9
2 1
7 8
3
Proto-child 2 1. Tentukan mapping section pada sepasang kromosom
2. Tukarkan kedua buah mapping section
untuk membentuk dua kromosom anak
3 4
5 6
6 9
2 1
1 6
3 2
5 9
4 3. Legalkan kromosom anak dengan kaidah mapping
relationship
3 5
6 9
2 1
7 8
4
Offspring 1
2 9
3 4
5 6
7 8
1
Offspring 2 4. Tentukan kaidah mapping relationship
c. Mutasi Mutation kromosom Operator mutasi bekerja pada sebuah gen dalam suatu
kromosom. Operator mutasi hanya operator tambahan atau operator sekunder tetapi dapat berperan sangat besar dalam menemukan solusi
yang optimum. Operasi ini akan menjadi sangat penting apabila nilai fitness kromosom dalam populasi cenderung sama atau sudah
mencapai konvergen bias premature konvergen. Akibatnya, operator seleksi akan mengalami kesukaran memilih kromosom terbaik untuk
dilakukan penyilangan. Dengan adanya operator mutasi, struktur suatu kromosom dapat dimodifikasi agar dihasilkan kromosom dengan
struktur baru yang memiliki nilai fitness lebih baik. Menurut Syarif dan Mitsuo 2003, mutasi pada umumnya
digunakan untuk mencegah tidak adanya kehilangan informasi sehingga dilaksanakan dengan pertukaran informasi di dalam
kromosom. Operator mutasi dapat bersifat konstruktif maupun destruktif terhadap suatu kromosom, tetapi karena probabilitasnya
yang kecil maka terjadinya mutasi akan sangat kecil karena didominasi oleh operator penyilangan. Peluang mutasi Pm adalah rasio antara
jumlah gen yang diharapkan mengalami mutasi pada setiap generasi dengan jumlah gen total dalam populasi. Nilai Pm yang digunakan
biasanya sangat kecil berkisar antara 0,001 – 0,2. Proses mutasi akan terjadi pada suatu gen, jika suatu bilangan yang dibangkitkan secara
acak r, 0 r 1, nilainya kurang dari atau sama dengan Pm.
Gambar 10. Ilustrasi Operator Mutasi
1 1
1 1
1
Chromosome e
1 1
1 1
1 1
Chromosome
5. Perbandingan Algoritma Genetik dengan Teknik Optimasi Konvensional
Perbedaan algoritma genetik dengan teknik optimasi konvensional Goldberg, 1989 adalah sebagai berikut :
a. Algoritma genetik bekerja pada sekumpulan solusi itu sendiri yang telah dikodekan, bukan pada solusi itu sendiri
Ruang pencarian search space pada algoritma genetik dapat didikritkan, meskipun fungsi objektifnya berupa fungsi kontinyu
karena bekerja dengan pengkodean variabel solusi. Keuntungan menggunakan fungsi diskrit adalah tidak memerlukan usaha tambahan
extra cost seperti pencarian gradien pada fungsi kontinyu. Sehingga algoritma genetik dapat diterapkan untuk oprimasi di berbagai jenis
fungsi dan bidang aplikasi. b. Algoritma generik melakukan pencarian pada suatu populasi banyak
titik kandidat solusi, bukan hanya pada satu titik Teknik pencarian pada teknik optimasi konvensional dilakukan
hanya pada satu titik tunggal. Titik ini kemudian diperbaiki perlahan- lahan dengan arah menaik fungsi maksimasi atau menuru fungsi
minimasi melalui sejumlah iterasi hingga ditemukan solusi optimum. Teknik pencarian seperti ini dapat terjebak ke dalam solusi optimum
lokal. c. Algoritma genetik secara langsung memanfaatkan informasi fungsi
objektif, bukan turunan atau informasi tambahan lainnya Pada umumnya algoritma untuk menyelesaikan masalah optimasi
adalah berupa langkah-langkah komputasi yang secar asimtotik menuju solusi optimum. Teknik optimasi konvensional membangun
deretan yang dimaksud berdasarkan gradien turunan fungsi objektif atau fungsi kendala untuk memperbaiki solusi tunggal. Algoritma
genetik tidak memerlukan informasi dan asumsi-asumsi demikian. Algoritma generik hanya memerlukan informasi nilai fungsi objektif
dan memperbaiki sekumpulan solusi fisibel dengan operator-operator
genetika, yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan solusi optimum.
d. Algoritma genetik bekerja menggunakan aturan probabilistik, bukan aturan deterministik
Tidak ada operator algoritma genetik yang bekerja secara deterministik. Operator seleksi, penyilangan, maupun mutasi bekerja
menggunakan aturan probabilistik atau pemilihan secara acak.
F. KELAPA DAN COCODIESEL
Kelapa Cocos nucifera L. adalah salahsatu jenis tanaman palem yang tersebar di hampir semua negara tropis, terutama di daerah dekat pantai. Hal
ini merupakan petunjuk bahwa tanaman kelapa berasal dari daerah tropis, walaupun sulit menentukan negara mana tepatnya. Kelapa dikenal sebagai
tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia Palungkun, 1998
Secara umum, buah kelapa mempunyai komposisi 35 sabut, 12 tempurung, 28 daging biji, dan 25 air kelapa. Buah kelapa pada umumnya
dapat dipanen setelah 11-12 bulan sejak bunga betina diserbuki Samosir, 1992. Buah kelapa yang normal terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit luar
epicarp, sabut mesocarp, tempurung endocarp, kulit daging buah testa, daging buah endosperm, air kelapa dan lembaga. Palungkun, 1998.
Berikut ini adalah gambar pohon kelapa Gambar 11 dan gambar penampang melintang kelapa Gambar 12
Air kelapa Daging buah
Tempurung Sabut kelapa
Gambar 11. Pohon kelapa Gambar 12. Penampang melintang kelapa
Kelapa dengan kadar lemak tinggi dan asam lemak bebas rendah adalah bahan baku yang baik untuk industri minyak kelapa dan kelapa parut
kering. Minyak kelapa memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai minyak masak dan shortening, lotion rambut, dan badan, untuk obat lecet dan kulit
terbakar, bahan pembuat sabun dan detergen, pembuatan VCO Virgin Coconut Oil, dan baru-baru ini digunakan sebagai bahan bakar pengganti
solar yang disebut dengan cocodiesel atau biodiesel dari minyak kelapa Foale, 2003.
Minyak kelapa adalah minyak yang diperoleh dengan cara mengepres kopra berasal daging buah kelapa yang telah dikeringkan atau hasil
ekstraksi bungkil kopra. Standar mutu dari kelapa dapat dilihat pada Tabel 1 SNI 01-2902-1992.
Tabel 1. Standar mutu minyak kelapa
Kriteria Jumlah
Air Maksimum 0.5
Kotoran Maksimum 0.05
Bilangan iod gram iod 100 gram contoh 8-10
Bilangan penyabunan mg KOH gram contoh 255-265
Bilangan peroksida mg oksigen gram contoh Maksimum 5.0
Asam lemak bebas dihitung sebagai asam laurat
Maksimum 5 Warna dan bau
Normal Minyak pelikan
Negatif Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia
namun sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak BBM untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi.
Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini memberi dampak yang besar pada perekonomian nasional, terutama dengan adanya kenaikan harga
BBM. Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi, biaya produksi industri dan pembangkitan tenaga listrik. Dalam
jangka panjang impor BBM ini akan makin mendominasi penyediaan energi
nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk melaksanakan penganekaragaman energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dan lain-
lain. Oleh karena itu pemakaian energi alternatif terbarukan sebagai subsisdi BBM di Indonesia sangatlah penting, salah satunya adalah biodiesel.
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber
terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Minyak kelapa dapat diproses menjadi bahan bakar alternatif sebagai
biodiesel cocodiesel. Cocodiesel dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel ataupun dicampur dengan solar dengan perbandingan
tertentu. Cocodiesel merupakan perpaduan antara minyak kelapa dengan methanol yang merupakan reaksi transenterifikasi menggunakan katalis pada
suhu dan waktu tertentu. Berikut reaksi kimia pembuatan biodiesel dari minyak tanaman kelapa cocos nucifera dengan reaksi transesterifikasi.
CH
2
OOCR1 CH
2
OH R1COOR’ CH OOCR2 + R’OH CHOH + R2COOR’
CH
2
OOCR3 CH
2
OH R3COOR’
1 minyak kelapa 3 alkohol 1 gliserin 3 metil ester Gambar 13. Reaksi transesterifikasi cocodiesel Hamilton, 2004
Diagram alir pengolahan cocodiesel dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil pembakaran dari minyak ini tidak beracun dan tidak mengeluarkan
asap, sehingga aman dipakai serta ramah lingkungan dan senyawanya mudah terurai. Minyak cocodiesel ini memiliki emisi rendah, titik nyalanya tinggi,
dan senyawa mono alkil ester dari trigliserida ester cukup baik. Bahan baku tersedia melimpah, dapat mengatasi bila ada kelangkaan solar di daerah
terpencil serta ramah lingkungan Anonim, 2007.
Gambar 14. Diagram alir pengolahan biodiesel dari minyak kelapa
M inyak kelapa + M etanol + KOH
Est erif ikasi
Pendiaman Pengendapan
Pemisahan
Hasil Reaksi I + M et anol + KOH Gliserin
Transest erif ikasi
Pendiaman Pengendapan Pemisahan
Gliserin Biodiesel Kasar
Pencucian
Pengeringan Vakum
COCODIESEL
G. PENELITIAN TERDAHULU