Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan, oleh karena itu diperlukan pembaharuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan, untuk mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap perubahan jaman. Konteks pembaharuan dalam pendidikan ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan yaitu perubahan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Dunia pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik menyeluruh, kreatif, objektif dan logis. Pendekatan pembelajaran masih didominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Asam basa dan titrasi asam basa adalah salah satu materi kimia yang dipelajari pada siswa kelas XI. Selain harus memahami konsep, pada materi ini juga terdapat hitungan-hitungan yang harus dipahami siswa. Sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal dan terlatih dalam perhitungan matematika saja, tetapi kurang memahami konsep kimia yang mendasari soal tersebut Gabel, 2006. Oleh karena itu, pembelajaran asam basa dan titrasi asam basa sebaiknya lebih menekankan pada proses perolehan konsep. 2 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Mufarikhah Daryanti,S.Pd. selaku guru mata pelajaran kimia SMA NU Al- Ma’ruf Kudus, diketahui bahwa proses pembelajaran kimia masih cenderung teacher centered. Ketika guru mengajar masih sering menggunakan metode ceramah, dimana siswa diberikan konsep-konsep langsung oleh guru kemudian siswa mengerjakan soal berdasarkan konsep tersebut. Selain itu, siswa kurang dapat memahami materi asam basa dan titrasi asam basa. Hal ini terjadi karena guru hanya menjejalkan materi tanpa melibatkan siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga siswa hanya didorong untuk menghafal tanpa tahu konsep yang mendasarinya. Hasil belajar siswa kelas XI SMA NU Al- Ma’ruf Kudus pada materi asam basa dan titrasi asam basa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian materi asam basa dan titrasi asam basa selama dua tahun terakhir yang dimuat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Siswa SMA NU Al- Ma’ruf Kudus Materi Asam Basa dan Titrasi Asam Basa Tahun Ajaran Kelas 20122013 20132014 Rata-rata Kelas Rata-rata Kelas XI IPA 1 73 71 XI IPA 2 69 70 XI IPA 3 65 68 Berdasarkan observasi saat proses pembelajaran di kelas, diketahui bahwa hanya sedikit siswa yang aktif. Siswa hanya bertanya untuk materi yang dianggap menarik saja namun untuk materi yang kurang menarik, siswa hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru. S iswa juga masih merasa kesulitan pada mata pelajaran kimia khususnya materi asam basa dan titrasi 3 asam basa. Kemampuan siswa dalam berpikir kritis juga masih tergolong rendah, hal tersebut terlihat dari hasil observasi peneliti yaitu pada saat siswa diminta untuk menjelaskan aplikasi asam basa dan titrasi asam basa dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pernyataan tersebut dengan tepat. Salah satu penyebab siswa merasa kesulitan dalam menjawab pernyataan adalah karena pembelajaran yang dilaksanakan guru lebih banyak menekankan pada aspek hafalan saja. Hal ini didasarkan pada pendapat Taylor, sebagaimana dikutip oleh Muhfahroyin 2009 yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran yang berbasis hafalan menjadikan siswa jarang dituntut untuk bertanya dan berpikir, sehingga kemampuan berpikir kritis kurang terpacu. Kecenderungan pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa kurang berkembang. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa tidak diberi kesempatan untuk melatih kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya. Begitu juga dengan rendahnya hasil belajar dikarenakan selama proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan menerima pengetahuan dari guru tanpa dilibatkan dalam proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan. Hal tersebut menyebabkan pengetahuan yang diterima siswa tidak bermakna atau siswa hanya menghafal pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut tidak bertahan lama. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rusmiyati dan Yulianto 2009 bahwa aktivitas siswa yang menggunakan keseluruhan indera dalam kegiatan belajar mengajar akan meningkatkan penguatan ingatan serta perubahan sikap 4 sehingga hasil belajar lebih tahan lama. Belajar bermakna tidak akan terwujud. Mengalami sendiri merupakan kunci kebermaknaan Trianto, 2009: 69. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru harus bijaksana dalam menentukan metode yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa serta menciptakan situasi dan kondisi kelas yang aktif serta kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan siswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa Zohar et al., 2006. Salah satu upaya menciptakan siswa berpikir kritis adalah dengan metode inkuiri. Metode inkuiri ini diharapkan siswa lebih mudah memahami materi kimia, dan dapat menghubungkannya dengan kejadian sehari-hari. Pembelajaran inkuiri diterapkan agar siswa bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari bukan hanya sebatas materi yang dicatat saja kemudian dihafal Yulianingsih Hadisaputro, 2013. Pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui inkuiri yang didasarkan pada kegiatan merumuskan masalah hingga menemukan pemecahannya merupakan proses dalam pembelajaran inkuiri yang mengakibatkan siswa mempunyai keterampilan memecahkan masalah Sidiq Prayitno, 2012. Penelitian Sochibin 2009 menunjukkan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini karena metode pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman langsung pada siswa serta melibatkan 5 keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri. Dengan pengalaman belajar yang baik, siswa dapat memahami konsep dengan baik pula. Selain itu, siswa dapat memiliki daya ingat yang lebih kuat dalam pemahaman konsep sehingga siswa mudah menyelesaikan masalah dan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Hasil penelitian Malihah 2011 membuktikan bahwa metode pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar IPA. Begitu juga dengan Anggareni 2013 yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa berkembang lebih baik setelah penerapan metode pembelajaran inkuiri. Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan uraian di atas, terdapat kebutuhan untuk menerapkan metode inkuiri dalam metode pembelajaran di sekolah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, oleh karena itu penulis mengambil judul pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMA NU Al- Ma’ruf Kudus. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tanpa menyampingkan kepentingan konsep.

B. Rumusan Masalah