segelintir orang minoritas. Sistem kepemilikan pribadi masih berjaya dalam sistem kapitalisme. Sistem nilai yang mendukung kepemilikan pribadi adalah juga
sistem nilai yang mendukung peminggiran terhadap kaum perempuan. Maka, sesungguhnya bukan hanya patriarki saja yang menjadi penyebab ketertindasan
perempuan diseluruh bumi ini, tetapi juga seluruh sistem yang mendukung patriarki tersebut termasuk kapitalisme dan Neoliberalisme dan sisa-sisa
feodalisme yang mengagungkan kepemilikan pribadi individu serta sistem nilai dan ideologi yang menegaskan paham keunggulan laki-laki dari perempuan.
2. GAMBARAN UMUM SITUASI PEREMPUAN DI INDONESIA AKIBAT SISTEM NEOLIBERALISME DAN PATRIARKI.
Indonesia hari ini adalah negeri yang perekonomiannya didominasi oleh sistem ekonomi Imperialisme Neoliberalisme.
90
Dominasi dan penghisapan ini yang menjadi akar dari permasalahan rakyat Indonesia seluruhnya, juga terhadap kaum perempuan. Akibat dari kebijakan
neoliberalisme membuat rakyat semakin miskin. Rakyat masih harus hidup semakin miskin akibat krisis ekonomi yang sampai saat ini belum juga teratasi.
PHK besar-besaran hingga saat ini terus terjadi, dari hari ke hari menambah lautan penganguran di Indonesia. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung,
Medan, Makasar, merupakan tempat berjubelnya ratusan ribu orang yang hidup Imperialisme menurut Vladimir
Illich Lenin adalah tahapan tertinggi dari sistem ekonomi kapitalisme yakni kapitalisme monopoli. Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang
berlandaskan kepemilikan modal dan penumpukan keuntungan oleh segelintir
orang dengan cara melakukan penghisapan atas tenaga kerja buruh.
Universitas Sumatera Utara
tanpa pekerjaan. Mereka itu, generasi-generasi muda dan kaum perempuan yang datang dari desa menuju kota, dengan tujuan: hidup sejahtera.
Akan tetapi, sampai di kota, setelah mendapatkan pekerjaan di pabrik- pabrik mereka dilemparkan ke jalanan akibat di PHK, karena pabrik-pabrik itu
bangkrut terkena terjangan krisis. Para pengangguran itu akhirnya memadati kota. Sebagai manusia yang harus hidup, mereka mencari pekerjaan apa saja, menjadi
pencopet, sopir, tukang parkir, tukang palak, dan lain-lain, asal bisa menyambung hidup. Tak sedikit jumlah mereka yang terpaksa menjadi pelacur karena himpitan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang harus segera dipenuhi. Walaupun melakukan pekerjaan yang terpaksa karena tidak ada pilihan
lain, pelacuran diperlakukan sebagai tindakan kriminal. Para pelacur di razia, disidangkan dan diadili padahal sudah jelas maraknya pelacuran sebagai pekerjaan
yang tidak bermartabat adalah karena ekses kebijakan-kebijakan ekonomi politik Neoliberal yang semakin menyengsarakan rakyat.
91
Ditengah-tengah kemiskinan rakyat yang semakin menggila, rakyat miskin masih harus menjadi sasaran penggusuran. Mereka, yang sudah hidup pas-pasan,
Para urban tersebut, yang karena tidak mampu lagi untuk menyewa rumah- rumah yang layak, akhirnya mendiami bantaran-bantaran sungai, lorong-lorang
jembatan, kiri kanan jalan kereta api, tanah-tanah rawa yang masih kosong. Hidup dirumah-rumah yang sebetulnya tidak layak disebut rumah, harus hidup
dilingkungan yang kumuh, jorok, yang setiap turun hujan harus siap siaga menghadapi banjir.
90
Soliper Kinasih, Memahami Akar Permasalahan Kaum Perempuan, KOMPAS, Selasa, 26 Juni 2007, hal. 1.
91
Dokumen Resmi Partai Rakyat Demokratik PRD, Resolusi PRD: Jalan Keluar Bagi Perempuan Indonesia dari Cengkraman Penindasan, Jakarta, 6 Maret 2004, hal. 7 - 8.
Universitas Sumatera Utara
yang hanya sekedar bisa menyambung hidup untuk esok harinya, dengan kejam, tanpa mengenal belas kasihan, digusur, diusir dari tempat tinggalnya. Tanpa diberi
rumah baru, mereka digusur begitu saja, sehingga, dengan terpaksa harus tinggal di tenda-tenda darurat. Bayi-bayi itu, anak-anak kecil itu, beserta para ibunya
harus hidup ditempat yang selayaknya bukan menjadi tempat bagi manusia. Kapitalisme telah melemparkan kaum perempuan, menjadi buruh-buruh
upahan, menjadi bagian dari baling-baling industrialisasi. Perempuan-perempuan dari golongan rakyat miskin itu bagi kapitalisme adalah tenaga kerja yang
melimpah dengan upah yang murah.
92
Dari desa-desa, kaum perempuan miskin itu ditarik ke kota menjadi buruh-buruh pabrik, penjaga-penjaga toko, pelayan-
pelayan restoran, babu orang-orang kaya, dan bahkan, karena kerja-kerja yang bermantabat tidak mereka dapatkan lagi, mereka bekerja menjadi pelacur-
pelacur.
93
Sedangkan perempuan-perempuan yang tidak tertampung untuk bekerja di Indonesia yang semakin sempit lapangan pekerjaanya, sebagian besar
menyerahkan nasibnya ke luar negeri, menjadi Tenaga Kerja Wanita TKW. Di luar negeri, karena hanya tenaga yang mereka miliki, dengan sedikit ketrampilan
untuk kerja-kerja rumah tangga, sering kali diperlakukan sewenang-wenang, dilucuti hak-hak sebagai manusia. Tidak ada yang bisa mengingkari lagi, sudah
beribu-ribu TKW di Indonesia yang diperlakukan sewenang-wenang. Dari diperkosa, disiram dengan air panas, disetrika punggungnya, dipukul, bahkan ada
yang sampai gila. Apakah kaum perempuan memang diciptakan untuk diperlakukan seperti itu?
92
C. Y. Marselina Nope, op. cit., hal. 58.
93
Dokumen Resmi Partai Rakyat Demokratik PRD, ibid., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Selain mereka harus bekerja di pabrik, di toko-toko, ditempat kerja-kerja lainya, kaum perempuan masih harus dibebani dengan kerja-kerja rumah tangga.
Kerja-kerja rumah tangga, dari membersihkan rumah, merawat anak, melayani suami, masak, mencuci, semua harus dilakukan oleh perempuan-perempuan
Indonesia dari golongan yang miskin-kalau perempuan dari golongan kaya bisa membayar pembantu. Kerja-kerja kaum perempuan dirumah lebih banyak bila
dibanding jam kerja di tempat kerja mereka, namun tidak dibayar sepersepun. Dan hal ini dianggap sebagai suatu kewajaran.
Keringat, jerih payah, kaum perempuan itu, sering kali dibayar oleh caci maki, tamparan suami-suami mereka karena dianggap kerjanya tidak beres.
Merebaklah di Indonesia, kasus-kasus kekerasan rumah tangga yang dialami oleh kaum perempuan. Sering kali, kekerasan yang dialami kaum perempuan di rumah
tangga mereka, tidak diketahui, tidak ditangani secara hukum, karena masih lemahnya posisi perempuan di Indonesia.
94
Sumber asal-usul keterpurukkan kaum perempuan adalah PATRIARKI.
Patriarki adalah musuh paling tua kaum perempuan Indonesia. Patriarki, bisa bercokol sampai saat ini, karena kegagalan Revolusi Nasional 1945 dalam
menghancurkan sisa-sisa feodalisme. Feodalisme, yang seharusnya menjadi salah satu musuh revolusi pembebasan nasional, tetap dipelihara, tidak dihancurkan,
Masih banyak kaum perempuan yang tidak berani melaporkan perlakukan kejam suami mereka ke aparat hukum.
Akibatnya, secara berulang-ulang, kekerasan-kekerasan sang suami kepada istrinya terus terjadi.
94
Hasil wawancara dengan Mbak Diah, seorang kuasa hukum yang bekerja di KontraS – Sumatera Utara yang juga adalah kuasa hukum Pengacara yang mendampingi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
sehingga sisa-sisanya masih ada sampai sekarang.
95
Di Indonesia, sikap diskriminasi terhadap perempuan ini sangat jelas dalam hal perkawinan. Kaum laki-laki diberi hak untuk mempunyai istri lebih dari
satu poligami, sedangkan kaum perempuan tidak diberi hak untuk bersuami lebih dari satu poliandri. Sampai saat ini, poligami, yang sebetulnya warisan
budaya patriarki, masih dipertahankan, bahkan kemudian disahkan dalam Budaya feodal yang menempatkan kaum laki-laki sebagai poros dunia,
yang memegang peran sentral dari kehidupan ini dan mempunyai keistimewaan- keistimewaan, tetap dipertahankan. Inilah yang kemudian melahirkan sistem
patriarki. Dan praktek nyata diterapkannya sistem ini terdapat pada lingkungan keluarga.
Diskriminasi, sistem patriarki lahir seiring dengan lahirnya penindasan terhadap perempuan. Patriarki merupakan kelanjutan perkembangan matriaki.
Dalam sejarah dunia, patriarki muncul dari pembagian kerja secara sosial, ketika perempuan mulai dipisahkan dari pekerjaan pertanian yang dianggap bidang laki-
laki. Hasilnya, kekayaan meningkat, kepemilikan pribadi dan perbudakan muncul. Dalam patriarki, kepemilikan diwariskan kepada anaknya biasanya anak
laki-laki dan laki-laki menjadi jenis kelamin dominan dalam ekonomi dan aktivitas-aktivitas lainnya. Perempuan kemudian menjadi sebuah obyek
eksploitasi. Kemilikian pribadi terhadap alat-alat produksi, yang kemudian memunculkan kelas-kelas sosial dalam masyarakat, merupakan cikal bakal
penindasan terhadap terhadap umat manusia, termasuk kaum perempuan didalamnya.
Pematang Lalang dalam kasus sengketa tanah dengan PT. ATP Anugerah Tambak Perkasindo, Kamis 29 Agustus 2007.
Universitas Sumatera Utara
undang-undang perkawinan. UU No.1 Tahun 1974, bahwa poligami diperbolehkan untuk dilakukan walaupun dengan syarat-syarat tertentu. UU No. 1
Tahun 1974 ini juga banyak menempatkan perempuan sebagai warga negara kelas dua dalam pasal-pasalnya yang menempatkan perempuan berkwajiban mengurusi
urusan kerumahtanggaan atau domestik. Ini jelas-jelas merupakan bentuk diskriminasi yang merupakan warisan budaya patriarki yang disahkan oleh
negara.
96
Budaya patriarki, juga menyingkirkan perempuan dari kesempatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Akibat pandangan budaya patriarki, bahwa tugas
perempuan untuk mengerjakan urusan rumah tangga, maka, hak dalam mendapatkan pendidikan juga dibedakan. Pada jaman Kartini dan masa
sebelumnya, perempuan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan formal, sehingga tetap hidup dalam dunia yang tidak bisa baca tulis. Akibat
diskriminasi dalam hal pendidikan ini, perkembangan perempuan Indonesia menjadi terhambat. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh seorang ibu rumah
tangga yang juga berprofesi sebagai buruh tani kepada penulis saat diwawancarai, yang menyatakan “untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, kan nanti setelah
menikah akan menjadi ibu rumah tangga, yang tugasnya mengurus suami dan anak”.
97
Masih ada lagi, warisan budaya patriarki, yang sampai saat ini masih Pernyataan ini cukup mewakili pandangan banyak masyarakat bahkan
kaum perempuan sendiri sampai hari ini dalam menyikapi persoalan perempuan.
95
Dokumen Resmi Partai Rakyat Demokratik PRD, loc. cit.
96
Dokumen Resmi Partai Rakyat Demokratik PRD, ibid., hal. 12.
97
Hasil wawancara dengan Ibu Rosdiana Sihombing, seorang buruh tani yang juga merangkap sebagai ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Desa Pematang Lalang, Kec. Percut Sei
Tuan, Kab. Deli Serdang. Beliau juga merupakan salah satu pengurus Komite Pimpinan Desa –
Universitas Sumatera Utara
dipeluk erat oleh masyarakat Indonesia dan malah dilegitimasi oleh negara. Budaya warisan patriarki itu adalah peraturan tentang hak waris. Dalam
pembagian warisan, misalnya, dapat dilihat pada masyarakat Batak, laki-laki mendapatkan bagian lebih besar dibandingkan kaum perempuan. Ini dasarkan
pada pandangan budaya patriarki, bahwa laki-laki adalah orang yang bertangungjawab dalam kehidupan keluarga, laki-laki adalah makluk yang
memiliki keistimewaan-keistimewaan, sehingga, dalam pembagian hak waris pun juga harus diistimewakan.
98
3. PETANI PEREMPUAN DESA PEMATANG LALANG DALAM JERATAN NEOLIBERALISME DAN PATRIARKI.