Teori Feminisme Sosialis. 2. Teori Gerakan Perempuan.

emansipasi perempuan berarti bebas dari pembatasan yang menindas yang dikenakan oleh seks; penentuan diri; dan otonomi. 51 Feminisme juga dapat dikatakan sebagai sebuah ide yang berupaya melakukan pembongkaran terhadap ideologi penindasan atas nama jender 52 , pencarian akar ketertindasan perempuan sampai upaya penciptaan pembebasan perempuan secara sejati. 53 Feminisme sesungguhnya adalah basis teori dari gerakan pembebasan perempuan. Berbicara mengenai pembebasan berarti ada hubungannya dengan penindasan. Pembebasan mewujudkan pembatasan atas penindasan. Penindasan bersifat tidak adil. Penindasan dan pembebasan tidak hanya memperkenalkan terminologi politik baru, namun sebuah perspektif baru dalam dunia politik, pandangan ini dipengaruhi oleh ide Marxis dari perlawanan kelas. 54 Aliran feminis sosialis mulai berkembang di Jerman dan Rusia dengan menampilkan beberapa tokohnya, seperti Clara Zetkin 1871-1919. Feminisme sosialis sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Akan tetapi, [

5.2.2. Teori Feminisme Sosialis.

50 C.Y. Marselina Nope, Jerat Kapitalisme Atas Perempuan, Yogyakarta: Resists Book, 2005, hal. 66. 51 C.Y. Marselina Nope, ibid., hal. 68. 52 Dalam Webster’s New World Dictionary 1984: 561, Jender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku” Endang Sumiarni, op. cit., hal. 1. 53 C.Y. Marselina Nope, op. cit., hal. 57. 54 http:pembebasan.wordpress.com20070207 Penelusuran tentang Sejarah feminisme, hal. 2. Universitas Sumatera Utara feminisme sosialis tidak melihat laki-laki sebagai sumber penindasan ataupun sebagai musuh kaum perempuan. 55 Menurut pandangan feminisme sosialis, perjuangan melawan penindasan atas perempuan adalah perjuangan untuk melawan penindasan dan penghisapan dari kelas masyarakat, bukan perjuangan melawan laki-laki karena penindasan perempuan merupakan produk dari kelas masyarakat. 56 Feminis sosialis berupaya menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Aliran ini berpendapat bahwa ”ketimpangan jender didalam masyarakat adalah akibat penerapan sistem kapitalis” yang mendukung terjadinya tenaga kerja tanpa upah bagi perempuan dalam lingkungan rumah tangga. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat untuk kebutuhan minoritas, untuk pengejaran keuntungan dan karenanya menimbulkan perampasan, eksploitasi, dan penindasan dalam segala bentuk dari mayoritas. 57 Melalui perspektif Marxis, penindasan perempuan merupakan produk dari masyarakat kelas dan hanya bisa diakhiri apabila kita mampu menghancurkan seluruh tatanan masyarakat kelas. 58 Perempuan tidak akan terbebaskan sebelum menghancurkan sisa-sisa kelas masyarakat, sehingga perjuangan kelas dan perjuangan untuk perempuan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ini menegaskan bahwa jika gerakan feminisme tidak mengembangkan strategi untuk membangun aliansi dengan sektor tertindas lainnya maka mustahil dasar penindasan perempuan dapat dihancurkan. 59 55 C.Y. Marselina Nope, op. cit., hal. 62. 56 http:rumahkiri.net 20070502 Nur Amin Samhuri, Feminisme Sosialis, hal. 8. 57 http:pembebasan.wordpress.com20070207 Nur Amin Samhuri, Feminisme Marxis , hal. 1. 58 Ernawaty Sasongko , op. cit., hal. 7. 59 Ernawaty Sasongko, ibid., hal. 40. Universitas Sumatera Utara Feminis sosialis memandang kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung. Menurut Heidi Hartmann 1992, salah seorang feminis sosialis, patriarki adalah relasi hirarkis antara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih dominan dan perempuan menempati posisi subordinat. Menurutnya, patriarki semacam forum solidaritas antar laki-laki yang mempunyai landasan material serta memungkinkan mereka untuk mengontrol perempuan. Agenda perjuangan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki. Di Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem- problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan. 60 Engels dalam bukunya yang diterbitkan 1884 Origins of the Family, Private Property, and the State: Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi,dan Negara, mengatakan, “masyarakat kapitalis yang memiliki kepemilikan pribadi asal usulnya berasal dari institusi keluarga. Dan keluarga yang universal itu adalah keluarga patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga”. 61 Cikal bakal kapitalisme adalah adanya struktur patriarki dalam keluarga yang menempatkan pria sebagai penguasakepala keluarga serta adanya konsep kepemilikan pribadi dalam keluarga, termasuk kepemilikan harta dan kepemilikan istri. 62 Patriarki menurut Edwards dkk adalah suatu sistem yang dapat berproduksi secara mandiri yang memberikan kendali atas komponen-komponen penting dari alat produksi dan reproduksi, kepada laki-laki. 63 60 http:rumahkiri.net Nur Amin Samhuri, Feminisme Sosialis, op. cit., hal. 10. 61 C. Y. Marselina Nope, op. cit.., hal. 118. 62 C. Y. Marselina Nope, ibid. 63 Endang Sumiarni, op. cit., hal. 77. Di sini dinilai pihak perempuanistri tertindas karena tidak punya kekuatan ekonomi. Universitas Sumatera Utara Dalam masyarakat dibawah cengkraman kapitalisme seperti Indonesia, kaum perempuan yang jumlahnya setengah dari umat manusia mengalami penindasan ganda, dimana secara ekonomi kaum perempuan mengalami penindasan dalam lapangan kerja produksi, seperti perempuan buruh di pabrik- pabrik yang harus berjuang menuntut kenaikan upah yang layak, serta dalam lingkup budaya yang terhegemoni oleh budaya patriarki. Seorang buruh perempuan dan petani perempuan ditindas oleh modal. Mereka, yang telah lelah sepulang bekerja, juga harus memenuhi tugasnya sebagai istri dengan melayani suami, memasak di dapur, mencuci dan mengurus anak. 64 Secara ringkas, feminisme sosialis berpandangan bahwa perjuangan sosialisme tak dapat dipisahkan dengan perjuangan pembebasan perempuan dan dengan keteguhan didalam masyarakat yang terorganisirlah pembebasan perempuan sejati akan tercapai, yakni ketika masyarakat sosialis telah tercipta. Tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan, tak ada pembebasan perempuan tanpa sosialisme. Feminisme sosialis mencoba membongkar akar ketertindasan perempuan dan menawarkan ideologi alternatif yakni: Sosialis. Penindasan terhadap perempuan tidak akan berakhir selama masih terus diterapkannya sistem kapitalisme. Inilah yang dikatakan sebagai peminggiran peran perempuan sebagai bagian dari produk sosial, politik dan ekonomi yang berhubungan dengan keberadaan kapitalisme sebagai suatu sistem. Inilah penindasan yang berakar pada keberadaan kelas-kelas dalam masyarakat. 65 64 Artikel Ken Budha Kusumandaru, Asal – Usul Penindasan Perempuan Materi Pendidikan Politik Perempuan yang dibawakan dalam DIKPOL Kelompok Diskusi - Perempuan Mahardika, Medan, 5 Januari 2007, hal. 7. 65 Nur Amin Samhuri, op. cit., hal. 2 – 3. Universitas Sumatera Utara Ini berarti bahwa perjuangan pembebasan perempuan hanya berhasil ketika sistem kepemilikan pribadi yang memerlukan secara logis penindasan terhadap perempuan, berhasil dihancurkan dan lalu berhasilnya transformasi sosial masyarakat yang menghancurkan kelas-kelas, dan penguasaan alat-alat produksi oleh segelintir orang untuk diserahkan dan dikelola secara sosial. Perjuangan perempuan harus dilakukan dengan persatuan yang kokoh dengan berbagai sektor masyarakat lain, terutama dengan kelas pekerja. Perjuangan perempuan tak bisa terpisah secara sektoral dan eksklusif, karena akan melemahkan persatuan kokoh dari masyarakat yang tertindas. Ini berarti perempuan juga harus terlibat aktif dalam gerakan-gerakan sosial lainnya.

5.2.3. Teori Neoliberalisme