Konsep Efisiensi TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Konsep Efisiensi

Konsep efisiensi berakar dari ilmu mikro ekonomi, yaitu dari konsep teori konsumer dan produsen. Dalam teori konsumer, setiap individu mencoba untuk memaksimalkan nilai guna utility atau kepuasan satisfaction, sedangkan dari teori produsen didapatkan bahwa produsen berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya Ascarya dan Yumanita, 2008. Kata efisiensi dan produktifitas sering digunakan di berbagai media untuk membahas berbagai topik dalam kehidupan masyarakat. Produktifitas didefinisikan sebagai perbandingan antara output yang dihasilkan, dengan input yang digunakan. = 1 Kedua kata tersebut sering saling dipertukarkan penggunaannya, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian yang tidak persis sama Coelli et al., 2005. Untuk memperjelas perbedaan diantara kedua kata produktifitas dan efisiensi, maka dapat dilihat pada ilustrasi proses produksi seperti terlihat pada Gambar 2.1. Fx adalah fungsi produksi dari input tunggal x yang digunakan untuk menghasilkan output tunggal Q. Garis O-Fx merepresentasikan sebuah production frontier yang biasa digunakan untuk menggambarkan hubungan antara input dan output. Production frontier juga didefinisikan sebagai level output maksimum yang dapat dicapai dari setiap level input Kumbhakar dan Lovell, 2004. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Production Frontier Titik A berada pada production frontier serta mengilustrasikan output Q A dari input x . Pada kondisi ini nilai produktivitasnya adalah Q A x , sedangkan nilai efisiensinya adalah 1 atau 100. Sementara itu pada titik B dimana output yang dihasilkan Q B berada dibawah output maksimumnya, maka nilai produktifitasnya adalah Q B x dan nilai efisiensinya adalah Q B Q A . Perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada garis production frontier, dikatakan efisien secara teknis technically efficient. Sementara itu perusahaan-perusahaan yang beroperasi di bawah garis production frontier dikatakan tidak efisien secara teknis. Konsep technical efficiency pertama kali diajukan oleh Farrell pada tahun 1957. Farrell 1957 menyatakan bahwa efisiensi dari sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen: technical efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan mencapai output maksimum dari serangkaian input yang diberikan, dan allocative efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan dalam menggunakan input Universitas Sumatera Utara secara optimum untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu. Kombinasi dari keduanya-technical efficiency dan allocative efficiency menghasilkan economic efficiency atau overall efficiency. Pengukuran technical efficiency dibatasi kepada hubungan teknikal dan operasional yang terjadi pada sebuah perusahaan dalam proses konversi input menjadi output. Sedangkan nilai economic efficiency tidak dapat dipandang sebagaimana technical efficiency karena nilainya dipengaruhi oleh kondisi dan kebijakan makro ekonomi Ascarya dan Yumanita, 2008. Sebuah perusahaan dikatakan economically eficient jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu pada kondisi level teknologi dan level harga pasar tertentu. Untuk mencapai economic efficiency, perusahaan mesti mengupayakan pencapaian output maksimum dari sejumlah input tertentu technical efficiency, dan menghasilkan output dengan kombinasi input yang baik pada level harga tertentu allocative efficiency. Farrell 1957 mengilustrasikan technical efficiency melalui pendekatan input seperti terlihat pada Gambar 2. Garis melengkung Isoy 1 ,y 2 menandakan garis isoquant dari penggunaan dua input x 1 dan x 2 . Jika sebuah perusahaan menggunakan sejumlah kuantitas dari input-input yang diwakilkan oleh titik A untuk menghasilkan sebuah output, maka technical inefficiency perusahaan tersebut dapat direpresentasikan oleh garis BA. Secara rasio, technical efficiency dapat dituliskan dalam rumusan: TE = OBOA atau TE = 1- ABOA. Jika rasio harga input input price ratio diketahui sebagaimana direpresentasikan oleh garis isocost CD, maka allocative efficiency AE dapat dihitung sebagai: AE = ODOA. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1966 Leibenstein mempopulerkan istilah X-efficiency yang merujuk kepada deviasi dari garis cost frontier yang menggambarkan biaya produksi terendah untuk menghasilkan jumlah output tertentu. X-efficiency berakar dari technical dan allocative efficiency. Oleh karena itu X-efficiency merupakan ukuran seberapa baik sebuah perusahaan mengelola teknologi, sumber daya manusia, dan sumber daya lain guna memproduksi output dalam jumlah tertentu. Gambar 2.2. Pengukuran technical efficiency berorientasi input

2.5. Profit Efficiency