Analisis Nilai HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Analisis Nilai

Profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia Gambar 4.8. Profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia Gambar 4.8 merupakan hasil estimasi Maximum Likelihood Estimation MLE atas besaran profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dengan mengikutsertakan profit inefficiency effect model. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dan juga perbedaan yang bisa diinterpretasikan secara analitik antara profit effciency Islamic Bank Indonesia dan Islamic Bank Malaysia. Selain itu dari Grafik yang ditampilkan juga dapat diketahui bahwa secara umum Islamic Bank Malaysia mempunyai nilai rerata profit efficiency yang lebih besar daripada nilai rerata profit efficiency Islamic Bank Indonesia, yaitu 67,34 berbanding dengan 42,75. Islamic Bank Indonesia mempunyai profit efficiency lebih besar pada tahun 2007 dan 2008 dibandingkan Islamic Bank Malaysia, yaitu 72,87 dan 66,61. Namun selanjutnya dari tahun 2009 sampai dengan 2012 profit efficiency Islamic Bank Malaysia lebih besar dari Islamic Bank Indonesia. Dari Gambar 4.3 juga terlihat bahwa pada tahun 2008 baik Islamic Bank Indonesia maupun Islamic Bank Malaysia mengalami penurunan profit efficiency. Ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara fenomena adanya dampak krisis keuangan global 2008 terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia. Menariknya, pasca 2008 Islamic Bank Malaysia mampu bangkit dan menunjukkan tren kenaikan secara berkelanjutan sampai dengan tahun 2012. Sementara itu Islamic Bank Indonesia terus mengalami penurunan profit efficiency sampai mencapai titik nadir pada tahun 2010 dengan nilai profit efficiency 30,26. Nilai ini bermakna bahwa Islamic Bank Indonesia hanya mampu bekerja atau mempunyai kinerja sebesar 30,26 dari kinerja-dalam hal ini profit maksimum yang seharusnya masih bisa dicapai jika beroperasi secara efisien. Faktor-faktor yang memengaruhi profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dapat dikaitkan kepada variabel input dan variabel penjelas. Pada Islamic Bank Indonesia, total deposit dan biaya tenaga kerja memberikan kontribusi negatif terhadap profit efficiency, sedangkan variabel aset tetap dan total aset berkontribusi secara positif. Sementara itu pada Islamic Bank Malaysia, variabel yang berkontribusi positif terhadap profit efficiency adalah biaya tenaga kerja dan aset tetap, sedangkan total deposit dan aset tetap berkontribusi secara negatif. Secara umum, setidaknya terdapat tiga faktor yang bisa dijadikan alasan mengapa Islamic Bank Malaysia berkembang dan menghasilkan nilai profit efficiency yang lebih baik dari Islamic Bank Indonesia, yaitu: 1. Dari sisi kebijakan, pemerintah Malaysia memberikan dukungan yang jauh lebih besar dari pemerintah Indonesia terkait pengembangan Islamic Bank. Islamic Bank Malaysia tumbuh berkembang karena dukungan penuh dari pemerintahnya government driven. Penempatan dana perusahaan milik Universitas Sumatera Utara Negara BUMN dan dana haji pada Islamic Bank merupakan salah satu bentuk dukungan nyata pemerintah Malaysia. Sementara itu Islamic Bank Indonesia berkembang secara bottom up, lebih mengandalkan dukungan pasar Infobank, 2012. 2. Dari sisi produk, Islamic Bank Malaysia menghasilkan produk yang lebih inovatif. Penguasaan market share sukuk terbesar di dunia merupakan salah satu bukti. Selain itu transaksi trade finance dan valuta asing pada juga lebih baik dari Islamic Bank Indonesia. 3. Sumber daya manusia yang tersedia secara kuantitatif dan kualititatif juga menjadi faktor keunggulan Islamic Bank Malaysia. Pendirian INCEIF International Center for Education in Islamic Finance berskala global pada tahun 2005 oleh Bank Negara Malaysia dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia Islamic Bank Malaysia. Riset-riset mengenai Islamic Bank juga dilakukan secara lebih intensif oleh berbagai institusi di Malaysia. Selain tiga faktor tersebut, Islamic Bank Indonesia yang masuk sebagai objek penelitian ini sebagian besar baru berdiri, relatif jika dibandingkan dengan Islamic Bank Malaysia. Kondisi ini memunculkan implikasi atau dampak pada kurang atau lebih rendahnya kemampuan bersaing dari Islamic Bank Indonesia Pratikto et al. 2005. Isik dan Hassan 2002 juga mengemukakan pendapat yang senada, yaitu size merupakan faktor penting yang membuat perbedaan tingkat efisiensi. Size bank berkaitan dengan kompetisi atau persaingan, dan bank yang mempunyai keunggulan bersaing akan menginduksi bank tersebut menjadi lebih efisien. Universitas Sumatera Utara Mohamad et al.2008 berpendapat bahwa size bank akan memengaruhi nilai profit efficiency, tetapi tidak memengaruhi cost efficiency. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebagaimana tercermin pada Gambar 4.8 berbeda dengan hasil penelitian Mohamad et al. 2008. Nilai profit efficiency yang didapatkan untuk Islamic Bank di Asia adalah 75,50 dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis SFA. Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh tahun observasi 1990-2005, bank objek penelitian, dan model fungsi yang berbeda. Hasil yang tidak jauh berbeda dihasilkan oleh penelitian Tahir dan Haron 2010, profit efficiency Islamic Bank wilayah Asia Timur dan Asia Tengah adalah sebesar 41,80. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis dengan variabel input yang berbeda. Peneliti lainnya, Said 2012 dalam penelitian dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA mengemukakan bahwa efisiensi Islamic Bank negara-negara di Asia mengalami kenaikan dalam rentang waktu 2006-2008 dan menurun selama tahun 2009. Hasil ini kontras dengan Gambar 4.8 dimana Islamic Bank Malaysia mengalami tren menurun dari 2007 sampai 2008, bahkan Islamic Bank Indonesia mengalami penurunan profit efficiency sampai tahun 2010. Lin dan Tseng 2005, Karmann et al. 2006 serta Kasman dan Turgutlu 2007 dalam penelitian mereka masing-masing mengambil kesimpulan bahwa DEA dan SFA menghasilkan output yang sejalan walaupun dengan nilai yang berbeda. Said 2012 menggunakan total pinjaman, aset lancar, dan pendapatan lainnya sebagai output, sementara penelitian ini menggunakan profit sebagai satu-satunya output. Selain itu perlu diingat bahwa sekitar tahun 2008 awal sampai tahun 2009 merupakan masa-masa krisis keuangan dunia global financial crisis yang Universitas Sumatera Utara digerakkan oleh subprime mortgage crisis dimana terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, kenaikan inflasi, dan kenaikan tingkat suku bunga yang berimbas pada profitabilitas perbankan Wie, 2010. Parashar dan Venkatesh 2010 memperkuat atau mendukung hasil estimasi profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia. Dalam penelitian terhadap Islamic Bank negara-negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council GCC mereka menemukan bahwa ROAE Return On Average Equity dan CAR Capital Adequacy Ratio mengalami penurunan signikan selama terjadinya krisis keuangan global. . Gambar 4.9. Rerata profit efficiency Islamic Bank Indonesia Dari Gambar 4.9 dapat dilihat rerata profit efficiency masing-masing Islamic Bank Indonesia dalam kurun waktu 2007-2012. Kode bank merujuk kepada nama-nama bank sebagaimana tercantum pada Tabel 4.21. Nilai rerata profit efficiency tertinggi diraih oleh Bank Syariah mandiri dengan nilai 75,19. Hal ini bermakna bahwa secara rerata Bank Syariah Mandiri menghasilkan profit aktual sebesar 75,19 dari profit maksimum yang bisa dicapai jika beroperasi secara efisien. Nilai profit efficiency terbesar berikutnya adalah Maybank Syariah Indonesia 59,85, Bank Muamalat Indonesia 55,48 dan Bank Mega Syariah 50,95. Bank Syariah Mandiri adalah Islamic Bank dengan total aset terbesar di Indonesia. Begitu juga dengan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah Universitas Sumatera Utara juga termasuk dalam lima besar pemilik aset terbesar. Isik dan Hassan 2002 telah menjustifikasi hubungan yang erat antara size dan efisiensi. Tabel 4.21. Profit efficiency Islamic Bank Indonesia No Nam a Bank Tahun Rerata Efisiensi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Bank M uamalat Indonesia 67,80 90,59 19,77 51,82 52,10 50,80 55,48 2 Bank Syariah M andiri 58,36 82,54 86,44 72,05 51,80 99,96 75,19 3 Bank M ega Syariah 92,44 26,69 51,85 26,73 22,21 85,78 50,95 4 Bank BRI Syariah - - 12,67 10,76 5,87 41,44 17,69 5 Bank Bukopin Syariah - - 1,86 20,96 19,42 22,47 16,18 6 Bank Panin Syariah - - - - 28,14 41,98 35,06 7 Bank Vict oria Syariah - - - 4,75 36,61 19,24 20,20 8 Bank BCA Syariah - - - 51,50 17,13 20,83 29,82 9 Bank Jabar Bant en Syariah - - - 31,09 39,03 33,14 34,42 10 Bank BNI Syariah - - - 19,06 44,92 46,01 36,66 11 M aybank Syariah Indonesia - - - 13,83 86,55 79,18 59,85 Rerata Efisiensi 72,87 66,61 34,52 30,26 36,71 49,17 Sumber: Data diolah Tabel 4.21 berisikan rincian nilai profit efficiency Islamic Bank Indonesia pada rentang waktu 2007-2012. Kontradiksi terjadi pada fenomena profit efficiency Bank BRI Syariah dan Bank BNI Syariah. Walaupun keduanya termasuk lima terbesar pemilik total aset di Islamic Bank Indonesia namun keduanya tidak mampu menghasilkan profit efficiency sebagaimana Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah. Tiga bank dengan nilai profit efficiency terendah pada Islamic Bank Indonesia berturut-turut adalah Universitas Sumatera Utara Bank Bukopin Syariah, Bank BRI Syariah, dan Bank Victoria Syariah dengan nilai 16,18, 17,69, dan 20,20. Fenomena yang menarik juga terlihat pada Maybank Syariah Indoensia. Walaupun memiliki total deposit dan size yang jauh lebih kecil, namun Maybank Syariah Indonesia bisa mencapai nilai profit efficiency nomor dua terbaik dengan nilai 59,84. Hal ini merupakan suatu hal yang memungkinkan karena bank kecil mempunyai keunggulan pada biaya overhead yang juga kecil sehingga memungkinkan untuk mendapatkan nilai profit efficiency yang lebih besar Isik dan Hassan, 2002. Endri 2008 dalam penelitiannya terhadap Islamic Bank Indonesia mendapatkan nilai profit efficiency sebesar 61,09. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, bank objek penelitian yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 11 Bank Umum Syariah BUS sementara Endri 2008 menggunakan 15 bank, kombinasi dari Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS. Kedua, tahun observasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rentang waktu observasi 2007-2012, sementara Endri 2008 menggunakan rentang waktu 2005-2007. Ketiga, penelitian ini mengikutsertakan profit inefficiency effect model dalam penelitian ini, sementara Endri 2008 tidak mengikutsertakan komponen tersebut. Pada penelitian lainnya, Pramuka 2011 mempublikasikan hasil yang berbeda dari hasil penelitian ini. Rerata profit efficiency Islamic Bank Indonesia yang didapatkan pada kurun waktu observasi 2003-2009 adalah 96,32 2007, 98,42 2008, dan 99,70 2009. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Rerata profit efficiency Islamic Bank Malaysia Sama seperti Islamic Bank Indonesia, grafik nilai rerata profit efficiency masing-masing bank pada Islamic Bank Malaysia juga bervariasi satu bank dengan bank lainnya, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.10. Sebagai catatan, kode bank mengikut ke list nama bank sesuai Tabel 4.22. Nilai rerata profit efficiency terbesar diraih oleh Bank Islam Malaysia Berhad yaitu sebesar 86,23. Hal ini bermakna bahwa secara rerata Bank Islam Malaysia Berhad menghasilkan profit aktual sebesar 86,23 dari profit maksimum yang bisa dicapai jika beroperasi secara efisien. Berikutnya, nilai rerata profit efficiency terbesar diraih oleh RHB Islamic Bank Berhad 79,89, CIMB Islamic Bank Berhad 79,73, AmIslamic Bank Berhad 79,29, Public Islamic Bank Berhad 76,30, dan Hong Leong Islamic Bank Berhad 75,76. Ke-enam bank tersebut merupakan pemilik aset terbesar pada Islamic Bank Malaysia. Isik dan Hassan 2002 mengatakan bahwa bank-bank besar mempunyai keunggulan dalam size, kemampuan berkompetisi, dan kemampuan menghasilkan profit yang lebih besar. Oleh karena itu menjadi sesuatu hal yang wajar jika bank-bank besar mempunyai level profit efficiency yang lebih tinggi. Di lain pihak Isik dan Hassan 2002 juga mengatakan bahwa adanya bank-bank besar dengan tingkat profit efficiency yang Universitas Sumatera Utara lebih kecil bisa disebabkan oleh penggunaan sumber daya manusia dan aset tetap yang tidak efisien, kemampuan bersaing yang lemah, serta keberadaan agency cost. Tabel 4.22. Profit efficiency Islamic Bank Malaysia No Nam a Bank Tahun Rerata Efisiensi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Affin Islamic Bank Berhad 35,05 42,12 50,13 53,48 75,44 86,66 57,15 2 Alliance Islamic Bank Berhad 26,13 24,68 80,12 67,21 77,00 58,90 55,67 3 AmIslamic Bank Berhad 77,77 71,11 85,99 72,97 75,06 92,84 79,29 4 Bank Islam M alaysia Berhad 88,12 86,69 70,59 92,76 89,36 89,86 86,23 5 Bank M uamalat M alaysia Berhad 43,42 30,05 71,84 81,84 62,26 89,72 63,19 6 CIM B Islamic Bank Berhad 78,08 60,62 80,65 92,06 84,01 82,95 79,73 7 Hong Leong Islamic Bank Berhad 72,22 73,73 77,61 81,37 68,26 81,34 75,76 8 HSBC Amanah M alaysia Berhad - 34,13 67,05 57,26 83,84 88,04 66,06 9 Kuw ait Finance House Berhad 26,23 31,89 - - - 75,22 44,45 10 OCBC Al-Amin Bank Berhad - - 24,20 28,52 23,51 61,09 34,33 11 Public Islamic Bank Berhad - 21,66 87,12 92,67 90,43 89,64 76,30 12 RHB Islamic Bank Berhad 90,60 82,00 67,63 67,45 85,54 86,14 79,89 13 St andar d Chart ered Saadiq Berhad - - 8,05 61,98 61,34 70,90 50,57 Rerata Efisiensi 59,74 50,79 64,25 70,80 73,00 81,02 Sumber: Data diolah Tabel 4.22 berisikan rincian nilai profit efficiency Islamic Bank Malaysia pada rentang waktu 2007-2012. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa bahwa OCBC Al-Amin Bank Berhad, Kuwait Finance House Berhad, dan Standard Chartered Saadiq Berhad mencatatkan diri sebagai tiga bank dengan nilai profit Universitas Sumatera Utara efficiency terendah, masing-masing 34,33, 44,45, dan 50,57. Ketiga bank tersebut merupakan pemilik aset terendah pada Islamic Bank Malaysia. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa skala ekonomi sangat menentukan nilai profit efficiency pada Islamic Bank Malaysia. Noor et al. 2010 mempublikasikan hasil riset mereka terhadap 10 Islamic Bank di beberapa negara Asia dengan metode Data Envelopment Analysis DEA dan mendapatkan nilai rerata profit efficiency sebesar 61,40. Nilai profit efficiency untuk Islamic Bank Malaysia adalah 50,50, berbeda dengan profit efficiency yang didapatkan dari penelitian ini. Perbedaan hasil secara jelas disebabkan oleh metode, objek bank penelitian, variabel, dan tahun observasi yang berbeda. Sejalan dengan Noor et al. 2010, Kamaruddin et al. 2008 mengadakan penelitian pada Islamic Bank Malaysia dengan bank objek sebanyak 14 bank dalam rentang waktu 1998-2004, dan menemukan bahwa nilai rerata profit efficiency-dalam hal ini technical efficiency sebesar 85,30. Perbedaan nilai profit efficiency dengan metode Data Envelopment Analysis DEA dan Stochastic Frontier Analysis SFA merupakan sesuatu hal yang memungkinkan, mengingat bahwa DEA menggunakan pendekatan non parametrik dan SFA menggunakan pendekatan parametrik Coelli et al. 2005. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aik dan Tan 2012 juga menunjukkan hasil yang berbeda. Profit efficiency Islamic Bank Malaysia dari penelitian tersebut menghasilkan nilai rerata sebesar 96,30. Kamaruddin et al. 2008 mempublikasikan hasil profit efficiency Islamic Bank Malaysia adalah 62,5 secara rerata untuk tahun observasi 1998-2004. Dalam hal ini perlu untuk diketahui bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbeda. Aik dan Tan 2012 serta Kamaruddin et al. 2008 Universitas Sumatera Utara menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA, sementara penelitian ini menggunakan Stochastic Frontier Analysis SFA dan mengikutsertakan profit inefficiency effect model. Terakhir, rentang waktu observasi yang dilakukan atau diambil juga berbeda.

4.7. Uji Beda