Model Dasar

3.3. Model Dasar

Model yang dirancang dalam pengelitian ini didasarkan pada model evaluasi efektivitas sistem informasi yang diusulkan oleh Weber (1999). Model usulan Weber berbasis Model D&M (DeLone dan McLean, 1992) yang dimodifikasi dengan menambahkan konstruk-konstruk TAM (Davis dkk, 1989) dan keyakinan- sendiri komputer dari teori keyakinan-sendiri (Marakas dkk, 2007; Compeau dan Higgins, 1995). Meskipun mendasarkan pada model Weber (1999), tetapi model yang dirancang dalam penelitian ini menggunakan Model D&M yang diperbarui (DeLone dan McLean, 2003) dan tidak memasukkan konstruk-konstruk TAM dan keyakinan-sendiri komputer. Model penelitian ini untuk selanjutnya disebut sebagai Model EFEG.

Menurut Mustakini (2007a) Model D&M original tidak mutakhir terutama untuk digunakan di e-commerce yang merupakan aplikasi yang belum banyak muncul di model awal. Model TAM menyatakan bahwa pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. Bermanfaat atau tidaknya suatu sistem dapat dinyatakan dengan dimensi kualitas sistem yang ada pada Model D&M. Sedang konstruk keyakinan-sendiri komputer berhubungan dengan suatu pertimbangan kemampuan seseorang untuk menggunakan suatu komputer. Penelitian ini menekankan pada karakteristik sistem dan pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan sistem, sehingga pertimbangan kemampuan individu-individu pengguna e- government tidak diteliti.

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa Model EFEG ini sesuai dengan metodologi kriteria. Dimensi “kualitas sistem”, kualitas informasi”, dan “kualitas pelayanan” adalah pengukur-pengukur dari output sistem informasi. Dimensi “pemakaian” dan “kepuasan pemakai” adalah pengukur-pengukur dari dampak aktual dari output sistem informasi. Sedang dimensi “manfaat-manfaat bersih” adalah pengukur dari outcome yang diharapkan dari penggunaan sistem informasi.

Gambar 3.5. Model dasar evaluasi efektivitas e-government yang diusulkan atau model EFEG (dimodifikasi dari Weber, 1999).

Kualitas Informasi (Information Quality)

Pemakaian (Use)

Kualitas Sistem Manfaat-manfaat Bersih (System Quality)

(Net Benefits)

Kepuasan Pemakai (User Satisfaction)

Kualitas Pelayanan (Service Quality)

Output Program

Dampak Output

Outcome

3.3.1. Analisis Tujuan Pengembangan E-Government

Model EFEG dirancang untuk diadaptasi dalam konteks aplikasi e-government di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan analisis terhadap tujuan pengembangan e-government nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kriteria dari Model EFEG dirancang untuk diadaptasi dalam konteks aplikasi e-government di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan analisis terhadap tujuan pengembangan e-government nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kriteria dari

Tabel 3.1. Identifikasi output dan outcome e-government Indonesia berdasarkan

Inpres Nomor 3 Tahun 2003.

Poin Output

Outcome

a- Jaringan informasi publik - Memuaskan masyarakat

- Transaksi pelayanan - Menjangkau seluruh wilayah Indonesia

publik - Beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu - Biaya penggunaan yang terjangkau

b- Interaksi dengan dunia - Meningkatkan perekonomian nasional usaha

- Memperkuat kemampuan perdagangan

internasional

c- Mekanisme dan saluran - Partisipasi masyarakat dalam komunikasi lembaga-

perumusan kebijakan negara lembaga negara - Fasilitas dialog publik

d- Sistem manajemen - Efisiensi dan transparansi layanan - Proses kerja

publik - Memperlancar transaksi dan layanan vertikal dan horisontal institusi pemerintahan

Inpres Nomor 3 Tahun 2003 menyebutkan empat tujuan pengembangan e- government Indonesia yaitu:

a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.

c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.

d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Dari empat tujuan tersebut dapat diidentifikasi output dan outcome e-government yang diharapkan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.2. Manfaat-manfaat bersih e-government.

Konstituen

Manfaat-manfaat Bersih

Bisnis - Meningkatkan perekonomian nasional

- Memperkuat kemampuan perdagangan internasional

Masyarakat - Memuaskan masyarakat - Menjangkau seluruh wilayah Indonesia - Beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu - Biaya penggunaan yang terjangkau

Pemerintah - Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan negara - Efisiensi dan transparansi layanan publik - Memperlancar transaksi dan layanan vertikal dan horisontal

institusi pemerintahan

3.3.2. Manfaat-manfaat Bersih

Menurut Behn (1995) secara tradisional manfaat bersih e-government sulit untuk diidentifikasi bahkan dikuantifikasi sebab meliputi hal-hal yang tidak berwujud. Meskipun begitu, Inpres Nomor 3 Tahun 2003 memberi gambaran

“outcome” dari Tabel 3.1. Menurut Mustakini (2007a) untuk mengidentifikasi manfaat-manfaat bersih harus diketahui lebih dulu siapa yang mendapat manfaat. Pengelompokan siapa yang mendapat manfaat didasarkan pada tiga konstituen e- government yaitu masyarakat, pemerintah dan bisnis (Zhou, 2001; dan Young dan Leong, 2003). Tabel 3.2 menunjukkan identifikasi manfaat-manfaat bersih e- government berdasarkan tiga konstituennya.

3.3.3. Kualitas e-Government

Inpres No. 3 Tahun 2003 tidak menyebutkan karakteristik kualitas output e- government yang harus dimiliki untuk mencapai outcome yang telah ditetapkan. Menurut Model D&M diperbarui (DeLone dan McLean, 2003), karakteristik kualitas sistem informasi merupakan komposisi dari kualitas informasi (information quality), kualitas sistem (system quality) dan kualitas pelayanan (service quality).

Tabel 3.3. Kualitas e-government.

Kualitas Fungsionalitas Wangpipatwong dkk (2005); Sistem

(functionality) Rahardjo dkk (2007) Keandalan (reliability)

Wangpipatwong dkk (2005) Kegunaan (usability)

Wangpipatwong dkk (2005); The Audit Office of New South Wales (2002); Dias (2003)

Efisiensi (efficiency) Wangpipatwong dkk (2005)

Lama memuat (download Molla dan Licker (2001) time ) Keinteraksian (interactivity) The Audit Office of New South

Wales (2002)

Kemudahan navigasi (ease The Audit Office of New South of navigation )

Wales (2002)

Privasi (privacy) Molla dan Licker (2001); Flavián

Kualitas Keamanan (security) Molla dan Licker (2001) ; Flavián Sistem

dan Guinalíu (2006) Aksesibilitas (accessibility) The Audit Office of New South

Wales (2002)

Kualitas Akurasi (accuracy) Wangpipatwong dkk (2005); Molla Informasi

dan Licker (2001); The Audit Office of New South Wales (2002)

Ketepatwaktuan (timeliness) Wangpipatwong dkk (2005); Molla dan Licker (2001) Relevansi (relevancy)

Wangpipatwong dkk (2005); Molla dan Licker (2001)

Kelengkapan (completeness) Wangpipatwong dkk (2005); Molla dan Licker (2001); The Audit Office of New South Wales (2002)

Kepahamanan Molla dan Licker (2001) (understandability) Kekinian (currency)

Molla dan Licker (2001); The Audit Office of New South Wales (2002)

Format Molla dan Licker (2001); Gable dkk (2003)

Keringkasan (conciseness) Gable dkk (2003) Kualitas

Keandalan (reliability) Kettinger dan Lee (1997); Agus dkk Pelayanan

Keresponan (responsiveness) Kettinger dan Lee (1997); Agus dkk

Jaminan (assurance) Kettinger dan Lee (1997) Empati (empathy)

Kettinger dan Lee (1997)

Tabel 3.3 menunjukkan pengukur-pengukur untuk dimensi “kualitas informasi”, “kualitas sistem”, dan “kualitas pelayanan” e-government yang didasarkan pada beberapa referensi penelitian aplikasi berbasis internet sebelumnya yang menggunakan Model D&M dan teori kualitas pelayanan dan praktik terbaik audit kinerja e-government yang dilakukan oleh Kantor Audit Negara Bagian New South Wales, Australia (Horne, 2003; The Audit Office of New South Wales, 2002) dan Brazilian Court of Audit (Dias, 2003).

3.3.4. Pemakaian dan Kepuasan Pemakai

“Pemakaian” adalah pengukuran yang penting untuk efektivitas sistem-sistem e-government. Tanpa adanya pemakaian maka outcome yang diharapkan dari e- government tidak tercapai. Pemakaian sistem e-government juga bersifat sukarela tidak diwajibkan, artinya pemakainya memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan apakah akan menggunakan sistem e-government atau akan menggunakan cara manual, sehingga konstruk ini dimasukkan dalam model. Sifat pemakaian e-government umumnya adalah: pencarian informasi; pengunduhan, pengisian dan submisi formulir dan dokumen; transaksi online; interaksi; dan konsultasi layanan publik (Wangpipatwong dkk, 2005; Carter dan Belanger, 2003; Asgarkhani, 2005). Kepuasan pemakai diukur berdasarkan kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, dan kepuasan menyeluruh dari pengalaman menggunakan e-government (Gable dkk, 2003).

Gambar 3.6. Model penelitian dan hipotesis-hipotesis.

3.3.5. Model Penelitian dan Hipotesis

Gambar 3.6 menunjukkan hipotesis-hipotesis yang diuji, yang mewakili hubungan proses dan kausal dari model yang dirancang. Hipotesis-hipotesis tersebut didaftar dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hipotesis-hipotesis yang diuji.

Model Konseptual Hipotesis-hipotesis

Kualitas sistem, kualitas H1a: Kualitas sistem e-government mempengaruhi informasi, dan kualitas

secara positif ke pemakaian e-government pelayanan e-government H1b: Kualitas sistem e-government mempengaruhi secara sendiri-sendiri

secara positif ke kepuasan pemakai e-government dan bersama-sama

H2a: Kualitas informasi e-government mempengaruhi mempengaruhi

secara positif ke pemakaian e-government pemakaian dan

H2b: Kualitas informasi e-government mempengaruhi kepuasan pemakai

secara positif ke kepuasan pemakai e-government H3a: Kualitas pelayanan e-government mempengaruhi

secara positif ke pemakaian e-government H3b: Kualitas pelayanan e-government mempengaruhi secara positif ke kepuasan pemakai e-government

Pemakaian dan H4a: Pemakaian e-government mempengaruhi secara kepuasan pemakai e-

positif ke kepuasan pemakai e-government government saling

H4b: Pemakaian e-government mempengaruhi secara mempengaruhi dan

positif ke manfaat-manfaat bersih

secara sendiri-sendiri H5a: Kepuasan pemakai e-government mempengaruhi dan bersama-sama

secara positif ke pemakaian e-government mempengaruhi manfaat- H5b: Kepuasan pemakai e-government mempengaruhi manfaat bersih e-

secara positif ke manfaat-manfaat bersih government

Model di Gambar 3.6 menunjukkan arah bolak-balik dari pemakaian e- government dengan kepuasan pemakai e-government. Pengaruh mutual seperti ini tidak dapat diuji bersamaan, sehingga harus diuji dua kali yaitu menjadi model 1 seperti pada Gambar 3.7 yang mengasumsikan pengaruh dari pemakaian e- government ke kepuasan pemakai e-government (H4a) dan model 2 seperti pada Gambar 3.8 yang mengasumsikan pengaruh dari kepuasan pemakai e-government

Gambar 3.7. Model penelitian 1.

Gambar 3.8. Model penelitian 2.