BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Suatu kegiatan usaha bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentulah memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen.
Pertama, pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya. Kedua, pemilik menginginkan bahwa usaha yang dijalankan
nantinya tidak hanya satu periode kegiatan saja. Artinya pemilik menginginkan usaha yang dijalankan memiliki umur yang panjang untuk beberapa period eke
depan dan bukan hanya seumur jagung. Ketiga, tujuan perusahaan adalaah tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang ataua jasa
untuk kepentingan masyarakat umum. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, manajemen perusahaan harus mampu membuat perencanaan yang dapat dipantau
perkembangannya, setiap perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan, dan laporan terhadap semua kegiatan usaha. Catatan, pembukuan, dan laporan
dibuat baik dalam suatu periode tertentu. Setiap perusahaan umumnya memiliki laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen terhadap aktivitas- aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan kepada pihak- pihak yang berkepentingan selama satu
periode tertentu. Setelah laporan keuangan disusun bedasarkan data yang relevan dan dilakukan dengan prosedur akuntansi yang benar maka akan terlihat kondisi
keuangan perusahaan yang sebenarnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah
jumlah aktiva, kewajiban utang, serta modal ekuitas dalam neraca yang dimiliki. Kemudian ketiga akan diketahui pendapatan ynag diterima dan jumlah
biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak tertentu dilakukan analisis keuangan. Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan serta
kemajuan suatu perusahaan yang dilihat dari posisi keuangan perusahaan pada saat ini. Melalui analisis laporan keuangan akan diketahui tingkat kinerja
perusahaan dari periode ke periode selanjutnya terutama mengenai likuiditas dan kemampuan dalam memperoleh laba.
Menurut Silaen 2012: 1 terdapat banyak pihak yang berkepentingan dengan informasi likuiditas dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba,
yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi pihak intern dan pihak ekstern. Pihak intern manajemen menggunakan informasi likuiditas dan laba
sebagai dasar untuk membuat perencanaan dan menetapkan keputusan- keputusan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dimasa mendatang. Selain itu, pihak
ekstern seperti banker, kreditur, serta lembaga keuangan lainnya, dan pemasok menggunakan informasi likuiditas dan laba sebagai dasar untuk melakukan kerja
sama dengan perusahaan. Jika likuiditas dan kemampuan perusahaan menghasilkan laba cukup rendah maka pihak ekstern akan sulit memberikan dana
dan kemudahan fasilitas kepada perusahaan.
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang jangka pendek. Artinya apabila perusahaan
ditagih perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Sedangkan profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba atas sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam suatu periode tertentu. Rasio yang digunakan
dalam mengukur likuiditas adalah rasio lancar Current Rasio. Sedangkan rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset ROA,
dan Return On Equity ROE. Rasio lancar adalah perbandingan antara total aktiva lancer dan total utang lancar, Return On Asset ROA merupakan
perbandingan antara laba bersih dan total aktiva, sedangkan Return On Equity ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas.
Likuiditas memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba Profitabilitas, karena likuiditas menentukan
kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban- kewajiban dalam aktivitas operasionalnya. Kemampuan kas yang cukup baik didalam perusahaan
memungkinkan perusahaan dapat beroperasi secara maksimal serta dapat terhindar dari kesulitan khususnya yang diakibatkan oleh krisis keuangan.
Semakin banyak perusahaan menahan uang kasnya maka semakin liquid perusahaan tersebut dan semakin berkuranglah uang kas yang digunakan oleh
perusahaan dalam peredarannya. Dalam usaha memperoleh laba uang kas tersebut harus beredar semakin besar dan cepat perputarannya maka semakin besar pula
kemungkinan dalam memperoleh laba. Dengan kata lain apabila perusahaan
terlalau banyak menahan uang kasnya maka kesempatan untuk memperoleh laba akan menjadi semakin kecil. Idealnya kas perusahaan harus tersedia cukup dan
tidak berlebihan dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan. Dengan demikian kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan lebih maksimal.
Perusahaan yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah: PT. Alam Karya Unggul Tbk, PT. Argha Karya Prima Industri Tbk, PT. Asia Plast Tbk, PT.
Berlina Tbk, PT. Champion Pacific Indonesia Tbk, PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk, PT. Sekawan Inti Pratama Tbk, PT. Siwani Makmur Tbk, PT. Titan
Kimia Industri Tbk, dan PT Trias Sentosa Tbk.
1.2. Perumusan Masalah