Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran.
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran.
Profesionalisme guru mengandung pengertian yang meliputi unsur- unsur kepribadian, keilmuan dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya (Hamalik, 2008: 42-43). Teknologi
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guru Bab II Pasal 3 ayat (7). Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi TIK yang mendukung pembelajaran di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali meliputi internet, laptop dan LCD. Memasuki abad ke-21 TIK mengalami perkembangan pesat, perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Salman (2008), interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, sms dan email. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula, siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui internet.
Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran di sekolah sudah seharusnya mengoptimalkan pemanfaatan TIK. Berbagai hasil penelitian menunjukkan masih banyak guru yang gagap dalam pemakaian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran (Sunarno, 2009). Berbagai hasil penelitian juga mensinyalir ada sekitar 70% sampai 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e- learning ) yang juga harus melibatkan guru dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali belum semuanya memanfaatkan TIK untuk mendukung pembelajaran. Ada guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 6 di Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali belum semuanya memanfaatkan TIK untuk mendukung pembelajaran. Ada guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 6 di
Sementara itu, tiga guru bersertifikat pendidik, Informan 2, Informan 4 dan Informan 3 juga belum memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kompetensi mereka dalam bidang TIK. Informan 6, sudah menggunakan slide presentasi power point ketika menyampaikan kompetensi irisan kerucut pada kelas XI. TKJ. Namun, beliau belum membuat sendiri slide power point tersebut. Beliau hanya menggunakan slide power point tersebut yang diperoleh dari diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali bagi guru yang belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran. Berdasarkan wawancara, kurangnya penguasaan TIK tersebut disebabkan oleh kurangnya kompetensi guru tentang TIK. Guru tersebut mengaku kendala waktu menjadi alasan utama untuk belajar TIK. Namun, guru tersebut bertekad kuat untuk meningkatkan penguasaan TIK dalam mendukung pembelajaran dengan me-manage waktu antara tugas sebagai pendidik dan pengajar, tugas tambahan dari kepala sekolah dan tugas di rumah. Tugas guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali tidak hanya mengajar. Guru tersebut memiliki tugas tambahan dari kepala sekolah seperti waka kurikulum, waka sarana prasarana, bendahara, dan staf pengajaran.
Hal tersebut di atas bertentangan dengan pendapat Usman (2008: 6-8), guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Terdapat tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam Hal tersebut di atas bertentangan dengan pendapat Usman (2008: 6-8), guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Terdapat tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam
Menurut Muhajirin (2009), TIK telah banyak digunakan sebagai alat transformasi sosial dan persamaan gender. Sebagai contoh, program e- governance atau pemerintahan melalui media elektronik telah menggunakan TIK untuk membuat pelayanan pemerintahan yang dapat diakses semua warga masyarakat, termasuk kaum wanita. Sementara itu, Bayu (2008) mengemukakan bahwa pemanfaatan ICT ternyata berdampak pada budaya kerja sehingga prosesnya harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru dan karyawan yang merespon positif, dengan indikasi mau belajar, berlatih meningkatkan kemampuan dalam bidang ICT harus terus didorong lebih optimal dengan memberi tantangan dan pekerjaan yang berdampak pada lingkungan. Transaksi tugas dan pembelajaran harus didorong menggunakan ICT sehingga mau tidak mau semua warga sekolah dapat harus bersentuhan dengan ICT.
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali masih konvensional. Media yang digunakan dalam pembelajaran. Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh pada guru dalam hal memilih variasi sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti yang dikemukakan oleh Sunarno (2009), mengatakan ketidakvariatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuaan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Terlebih lagi, sikap guru yang kurang proaktif dalam menghadapi kemajuan ICT.
Seorang guru profesional yang telah bersertifikat pendidik sudah seharusnya meningkatkan kualitas profesionalismenya. Guru harus proaktif dalam menghadapi kemajuan IPTEK yang semakin pesat. Begitu pula dengan Seorang guru profesional yang telah bersertifikat pendidik sudah seharusnya meningkatkan kualitas profesionalismenya. Guru harus proaktif dalam menghadapi kemajuan IPTEK yang semakin pesat. Begitu pula dengan
Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah menguasai langkah-langkah pelaksanaan dan penulisan laporan PTK. Guru bersertifikat pendidik sudah banyak mengikuti diklat PTK baik di tingkat sekolah, kabupaten maupun provinsi. Menurut Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi dalam Kunandar (2007: 77), kompetensi profesional merupakan penguasaan struktur dan metode keilmuan yaitu penguasaan langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
Penguasaan langkah-langkah penelitian, dalam hal ini PTK penting bagi guru guna menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Suyanto (1997, dalam Sukayati, 2008), PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru. Sementara itu, Hopkins (1993, dalam Wiriaatmadja, 2005) mengemukakan PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
PTK adalah (a) meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, (b) meningkatkan mutu pendidikan, dan (c) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif untuk memperbaiki pembelajaran, berdasar pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas. Sedangkan manfaat PTK dalam pembelajaran antara lain (a) inovasi, (b) pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, dan (c) peningkatan profesionalisme guru (Sukayati, 2008: 13). Di Indonesia, PTK mulai digerakkan pada waktu upaya perbaikan mutu pendidikan dimulai dengan renovasi di tingkat pendidikan guru SD seperti PGSD, kemudian meluas ke kalangan guru-guru SMP dan SMA (Wiriaatmadja, 2005: 24).
PTK merupakan salah satu cara guru untuk memperbaiki proses pembelajaran sehari-hari di kelas. Tujuan dari PTK adalah memperbaiki proses pembelajaran di kelas, memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. PTK juga dapat mendukung peningkatan kualitas guru sebagai tenaga profesional.
Guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK ada 2 guru. Kedua guru tersebut yaitu, Tatik Wirawati , S.Pd dan Informan 3. PTK yang dilaksanakan oleh guru tersebut sesuai dengan permasalahan di kelas masing- masing. Guru yang telah lolos sertifikasi dan berpredikat sebagai guru profesional seharusnya lebih aktif, kreatif, inovatif serta produktif dibandingkan dengan guru yang belum lolos sertifikasi. Berdasarkan wawancara dan observasi, setelah lolos sertifikasi guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali lebih meningkatkan profesionalismenya. Guru-guru tersebut aktif dalam pelatihan/diklat yang relevan terutama MGMD tingkat kabupaten serta memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas-tugas yang diembannya. Salah satu kode etik guru yang telah
membina, dan meningkatkan organisasi profesi sebagai sarana pengabdian. Guru bersertifikat pendidik SMK Negeri kabupaten Boyolali selalu berusaha mengembangkan profesionalismenya dengan cara banyak membaca dan menulis. Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk penguatan kompetensi guru berdasarkan standar kompetensi guru, (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional). Cara pengembangan profesi tersebut dapat dilakukan melalui forum MGMD, seminar/workshop, penerbitan majalah ilmiah, lesson study, pelatihan dan studi lanjut. Keempat kompetensi tersebut (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) perlu dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan agar profesionalisme guru terus meningkat. Bila dalam pelaksanaan pengembangan profesi tersebut menghadapi kendala, diperlukan adanya pendampingan atau advokasi (perlindungan hukum) agar para guru mendapatkan kemudahan untuk mengembangkan profesinya.
Usaha guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali dalam meningkatkan profesionalismenya, yaitu dengan membaca berbagai macam referensi yang relevan, baik dari buku, internet, majalah, surat kabar maupun blog dari rekan-rekan guru. Guru tersebut juga aktif dalam diklat/pelatihan serta forum MGMD tingkat kabupaten. Selanjutnya, guru yang belum melaksanakan PTK akan melaksanakannya untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pembelajaran di kelas dengan me-manage kembali waktu.
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas guru sebagai guru profesional, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut senada dengan pendapat S.Michael Putman.et.al (2009), mengemukakan bahwa model Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas guru sebagai guru profesional, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut senada dengan pendapat S.Michael Putman.et.al (2009), mengemukakan bahwa model
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali mengikuti program sertifikasi guru untuk meningkatkan profesionalismenya, disamping ingin mendapatkan tunjangan profesi. Menurut Connelly, et.al (2007) bahwa guru di Skotlandia yang mengikuti program sertifikasi tidak hanya berorientasi pada kebutuhan materi tetapi juga karena keinginan yang kuat untuk mengembangkan profesinya. Program sertifikasi guru tersebut disebut dengan penghargaan/piagam guru yang memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran karena guru mengembangkan profesinya dengan kreatif.
Program sertifikasi guru di Indonesia dilaksanakan dengan dua jalur, yaitu sertifikasi bagi calon guru dan sertifikasi guru dalam jabatan namun, pelaksanaannya belum secara online. Hal ini berbeda dengan program sertifikasi guru di Amerika Serikat yang sudah dilaksanakan secara online bernama The Online Post Baccalaureate Program. Program ini berhasil dengan baik dalam mencapai tujuan selama dua tahun pelaksanaannya. Keberhasilan program sertifikasi online ini dapat dilihat dalam (a) pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya calon guru yang memasuki program itu termasuk etnis dan gender; (b) meningkatkan jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT) dalam waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap calon guru yang setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang Program sertifikasi guru di Indonesia dilaksanakan dengan dua jalur, yaitu sertifikasi bagi calon guru dan sertifikasi guru dalam jabatan namun, pelaksanaannya belum secara online. Hal ini berbeda dengan program sertifikasi guru di Amerika Serikat yang sudah dilaksanakan secara online bernama The Online Post Baccalaureate Program. Program ini berhasil dengan baik dalam mencapai tujuan selama dua tahun pelaksanaannya. Keberhasilan program sertifikasi online ini dapat dilihat dalam (a) pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya calon guru yang memasuki program itu termasuk etnis dan gender; (b) meningkatkan jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT) dalam waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap calon guru yang setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang
Sertifikasi guru bertujuan untuk (a) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (c) meningkatkan martabat guru, (d) meningkatkan profesionalitas guru (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008). Program sertifikasi guru di Indonesia merupakan salah satu gerakan reformasi bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru matematika bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali lolos sertifikasi guru melalui jalur sertifikasi guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi guru dalam jabatan ini dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk dokumen. Penilaian dokumen portofolio ini memiliki kelemahan, sebagai contoh pemalsuan dokumen oleh peserta sertifikasi. Hal ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah dengan cara lebih keras lagi dalam menentukan syarat sertifikasi guru.
Hal ini senada dengan Joshua D. Angrist dan Jonathan Guryan (2005), menjelaskan bahwa gerakan reformasi bidang pendidikan di Amerika Serikat meliputi usaha untuk meningkatkan kualitas guru dengan cara lebih teliti dalam menentukan syarat sertifikasi dan lisensi. Sebagian besar negara bagian Amerika Serikat membutuhkan banyak guru sekolah negeri yang lolos ujian terstandarisasi. Ujian rekrutmen guru memerlukan segala kemampuan yang dapat diukur dengan ujian terstandarisasi tersebut, selain itu juga memerlukan biaya yang mahal bagi para pelamar/calon guru. Sehingga mahalnya biaya menjadi hambatan bagi guru yang berkualitas tinggi untuk mengikuti ujian terstandarisasi dan mengajar di sekolah negeri. Berbeda dengan pendapat tersebut diatas, bahwa sertifikasi guru di Indonesia tidak
guru yang ingin mengikuti program sertifikasi. Profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali belum sepenuhnya profesional sehingga masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan dan dikuasai oleh guru tersebut. Hal tersebut meliputi penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang teknologi yang mendukung pembelajaran seperti TIK dan PTK dalam mendukung pembelajaran. Penilaian sertifikasi guru dalam bentuk dokumen portofolio hendaknya dikaji ulang oleh pemerintah agar tujuan program ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terealisasi. Pemerintah juga harus mengadakan evaluasi kinerja bagi guru-guru yang telah lolos sertifikasi agar tetap komitmen menjaga dan mengembangkan profesionalismenya.
Kemampuan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah terjalin dengan baik hal ini bisa dilihat dari bagaimana guru mengajar didalam kelas, siswa sangat aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan dengan cukup baik, suasana yang kondusif memang sangat diperlukan didalam lingkungan kerja khususnya disekolah, karena suasana yang mendukung ini dapat meningkatkan dan juga memaksimalkan kinerja guru untuk meningkatkan kemampuan diri dengan saling bertukar informasi dan bekerjasama dalam satu visi dan misi untuk kemajuan sekolah.
Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru di SMK Negeri 1 Sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagaimana guru menilai siswa, para guru menilai siswa dengan obyektif dengan tanpa membeda-bedakan siswa selain itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru di SMK Negeri 1 Sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagaimana guru menilai siswa, para guru menilai siswa dengan obyektif dengan tanpa membeda-bedakan siswa selain itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan