Aktivitas Diplomasi Indonesia untuk Mem-

2. Aktivitas Diplomasi Indonesia untuk Mem-

pertahankan Kemerdekaan

Berikut ini merupakan cara diplomasi yang dilakukan Indonesia dengan Belanda.

a. Perundingan Linggajati

Perundingan Linggajati yang diadakan oleh pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 10 November 1946 dan ditandatangani secara resmi pada tanggal 25 Maret 1947 menghasilkan perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Linggajati yang isi pokoknya adalah sebagai berikut.

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas IX

1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat, di mana salah satu negara

Wawasan Sosial

bagiannya adalah Republik Indonesia.

Perjanjian Linggajati ditentang

3) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk

oleh beberapa partai seperti PNI,

Uni Indonesia Belanda dengan ratu Belanda sebagai

Masyumi, Partai Rakyat Indone-

ketuanya.

sia, Partai Rakyat Jelata, dan Partai Wanita. Partai penentang

Pada Perundingan Linggajati, delegasi Indonesia dipimpin

ini selanjutnya mendirikan

Sutan Syahrir dan delegasi Belanda dipimpin Prof.

organisasi Benteng Republik In-

Schermerhorn. Sementara itu Inggris yang menjadi

donesia.

penengah mengirim Lord Killearn. Anggota delegasi Indonesia terdiri atas Moh. Roem, Susanto

Tirtoprojo, AG. Pringgodigdo, J. Leimena, AK. Gani, Amir Syarifudin, dan Ali Budiharjo. Sedangkan delegasi Belanda terdiri atas M. van Poll dan Dr. van Mook

Akibat Perjanjian Linggajati bagi Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Sisi positif, setelah Belanda mengakui wilayah RI secara

de facto, beberapa negara menyampaikan pengakuan kedaulatan RI (Mesir, Lebanon, Suriah, dan lain-lain).

2) Sisi negatif, menimbulkan pro dan kontra dalam anggota KNIP serta jatuhnya Kabinet Syahrir.

b. Perundingan Renville Perundingan Renville diselenggarakan tanggal 8 Desember

1947 di geladak kapal perang Amerika USS Renville. Delegasi Indonesia dipimpin oleh PM. Amir Syarifudin dan delegasi Belanda dipimpin R. Abdul Kadir Widjojoatmodjo.

Delegasi Indonesia pada perundingan ini antara lain Amir Syarifudin, Dr. J. Leimena, dan Ali Sastroamidjoyo. Perundingan itu menghasilkan sebuah Perjanjian Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian Renville terdiri atas 10 pasal persetujuan gencatan senjata,

12 pasal prinsip politik, dan 6 pasal prinsip-prinsip tambahan. Isi Perjanjian Renville antara lain sebagai berikut.

1) Segera dikeluarkan perintah penghentian tembak- menembak di sepanjang garis van Mook.

2) Penghentian tembak-menembak segera diikuti dengan perjanjian peletakan senjata dan pembentukan daerah- daerah kosong militer.

3) RI menyetujui dibentuknya RIS dengan masa peralihan.

4) Daerah RI yang diduduki Belanda dari agresi pertama harus diakui oleh Indonesia sebagai daerah pendudukan Belanda.

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Wawasan Sosial

Dalam Perjanjian Renville, pihak Belanda sengaja mengangkat orang Indonesia sebagai ketua, sekretaris, dan anggota delegasi untuk menimbulkan kesan bahwa pertikaian yang sesungguhnya terjadi antara orang Indonesia sendiri dan Belanda hanya bertindak sebagai penengah.

Gambar 2.6 Suasana perundingan di atas kapal Renville.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

Perjanjian ini sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit dan dikepung oleh wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda dengan garis van Mook. Apalagi Indonesia harus menghadapi blokade ekonomi dari Belanda yang membuat posisi Indonesia semakin sulit.

c. Konferensi Asia di New Delhi

Konferensi yang diprakarsai oleh Birma dan India ini merupakan bentuk dukungan negara-negara Asia terhadap kemerdekaan Indonesia sekaligus merupakan tekanan internasional bagi Belanda. Konferensi yang dilaksanakan tanggal 20 sampai 23 Januari 1949 ini dihadiri negara-negara Afrika dan Australia yang menghasilkan resolusi sebagai berikut.

Gambar 2.7 Suasana Konferensi Asia di New Delhi yang

1) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke

membicarakan masalah

Jogjakarta.

Indonesia.

2) Pembentukan pemerintahan interim yang mempunyai kemerdekaan dan politik luar negeri, sebelum tanggal

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

15 Maret 1949.

3) Penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia.

4) Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1 Januari 1950.

d. Perundingan Roem–Royen

Lahirnya Perundingan Roem-Royen merupakan tindak lanjut dari resolusi Dewan Keamanan PBB yang sebelumnya telah didahului dengan perundingan di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949. Dalam perundingan ini delegasi Republik Indonesia dipimpin Moh. Roem dengan anggota Ali Sastroamidjojo, Dr. J. Leimena, Djoeanda, Soepomo, dan Latuharhary. Delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen yang didampingi N. Blom, A. Jacob, dan J.J. van der Velde. Sementara itu wakil dari PBB (UNCI) adalah Merle Cochran.

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas IX

Perundingan Roem-Royen mencapai kesepakatan tanggal 7 Perundingan Roem-Royen mencapai kesepakatan tanggal 7 Mei 1949 dengan melahirkan persetujuan yang kemudian Mei 1949 dengan melahirkan persetujuan yang kemudian dikenal dengan nama “Roem–Royen statements”. Adapun isi dikenal dengan nama “Roem–Royen statements”. Adapun isi pokok persetujuan tersebut adalah sebagai berikut. pokok persetujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah RI 1) Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah RI untuk berikut ini. untuk berikut ini.

a) Menghentikan perang gerilya. a) Menghentikan perang gerilya.

b) Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian b) Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian serta menjaga ketertiban dan keamanan. serta menjaga ketertiban dan keamanan.

c) Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di c) Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Den Haag.

2) Delegasi Belanda menyetujui untuk berikut ini. 2) Delegasi Belanda menyetujui untuk berikut ini.

a) Mengembalikan pemerintahan RI di Jogjakarta. a) Mengembalikan pemerintahan RI di Jogjakarta.

b) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan b) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan Gambar 2.8 Setiba di Jogjakarta Jen- membebaskan semua tawanan perang. deral Soedirman langsung membebaskan semua tawanan perang.

menemui presiden dan

c) Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara c) Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara

wakil presiden.

di daerah yang dikuasai RI sebelum tanggal 19 di daerah yang dikuasai RI sebelum tanggal 19 Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka Desember 1948 dan tidak akan meluaskan negara atau Desember 1948 dan tidak akan meluaskan negara atau

Tugas Mandiri

daerah dengan merugikan penduduk. daerah dengan merugikan penduduk.

d) Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai d) Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat. bagian dari Negara Indonesia Serikat.

Apakah makna yang dapat

e) Berusaha untuk segera mengadakan Konferensi Meja diambil dengan kembalinya e) Berusaha untuk segera mengadakan Konferensi Meja

presiden, wakil presiden, dan

Bundar (KMB) sesudah pemerintah republik ke Bundar (KMB) sesudah pemerintah republik ke

para pejabat tinggi ke Jogjakarta?

Jogjakarta. Jogjakarta. Perjanjian itu sangat menguntungkan Indonesia karena Perjanjian itu sangat menguntungkan Indonesia karena

Belanda harus meninggalkan Jogjakarta, sehingga TNI dapat Belanda harus meninggalkan Jogjakarta, sehingga TNI dapat memasuki Jogjakarta. Presiden dan wakilnya serta pejabat memasuki Jogjakarta. Presiden dan wakilnya serta pejabat tinggi pun dibebaskan dan dapat kembali ke Jogjakarta. tinggi pun dibebaskan dan dapat kembali ke Jogjakarta.

Dengan situasi seperti itu, maka Jenderal Soedirman dapat Dengan situasi seperti itu, maka Jenderal Soedirman dapat kembali ke Jogjakarta dan Pemerintah Darurat Republik kembali ke Jogjakarta dan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) menyerahkan kembali mandatnya kepada Indonesia (PDRI) menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI di Jogjakarta. Presiden RI di Jogjakarta.

e. Konferensi Inter–Indonesia e. Konferensi Inter–Indonesia Konferensi Inter–Indonesia diadakan pada tanggal 19–22 Juli Konferensi Inter–Indonesia diadakan pada tanggal 19–22 Juli

di Jogjakarta dan pada tanggal 30 Juli sampai tanggal 2 di Jogjakarta dan pada tanggal 30 Juli sampai tanggal 2 Agustus 1949 di Jakarta. Penyelenggaraan Konferensi Inter- Agustus 1949 di Jakarta. Penyelenggaraan Konferensi Inter- Indonesia ini dilatarbelakangi oleh keinginan menjalin Indonesia ini dilatarbelakangi oleh keinginan menjalin persatuan dan sikap bersama guna menghadapi Belanda persatuan dan sikap bersama guna menghadapi Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) nanti. dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) nanti.

Pembicaraan dalam konferensi ini hampir semuanya Pembicaraan dalam konferensi ini hampir semuanya mengenai masalah pembentukan Indonesia Serikat (RIS), mengenai masalah pembentukan Indonesia Serikat (RIS), terutama mengenai tata susunan dan hak pemerintah RIS terutama mengenai tata susunan dan hak pemerintah RIS di satu pihak, serta hak negara-negara bagian di lain pihak. di satu pihak, serta hak negara-negara bagian di lain pihak.

Konferensi yang diselenggarakan antara wakil-wakil Konferensi yang diselenggarakan antara wakil-wakil Republik Indonesia dengan pemimpin-pemimpin Bijeenkomst Republik Indonesia dengan pemimpin-pemimpin Bijeenkomst Voor Federal Overleg Voor Federal Overleg (BFO) ini menghasilkan kesepakatan (BFO) ini menghasilkan kesepakatan sebagai berikut. sebagai berikut.

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

1) BFO mendukung tuntutan RI atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.

2) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang nasional dan TNI menjadi inti dari APRIS.

3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.

4) Negara Indonesia Serikat diganti namanya menjadi

Republik Indonesia Serikat (RIS). Dalam konferensi ini delegasi RI terdiri atas Moh. Hatta,

Moh. Roem, Soepomo, J. Leimena, Ali Sastroamidjojo, Djoeanda, Soemitro Djojohadikoesoemo, Soekiman,

Gambar 2.9 Suasana Konferensi Inter–Indonesia pertama

Soejono Hadinoto, T.B. Simatupang, dan Soemardi.

di Jogjakarta.

Sedangkan delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid II dari

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

Pontianak.

f. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Konferensi Meja Bundar dilaksanakan tanggal 23 Agustus 1949 di Den Haag. Pihak Indonesia diwakili Drs. Moh Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II, Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, dan UNCI oleh Chritchley sebagai peninjau.

Konferensi tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut.

1) Belanda akan mengakui RIS sebagai negara yang

merdeka dan berdaulat selambat-lambatnya pada akhir

Gambar 2.10 Konferensi Meja Bundar

yang berlangsung di

Desember 1949.

Den Haag, Belanda.

2) Penyelesaian soal Irian Barat ditangguhkan sampai tahun

Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar

berikutnya sesudah pengakuan kedaulatan.

3) RIS dan Belanda akan bekerja sama dalam suatu perserikatan yang dipimpin ratu Belanda atas dasar sukarela serta persamaan derajat dan hak.

4) RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberi hak konsensi, dan izin baru bagi perusahaan-perusahaan Belanda.

5) Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh

RIS.

6) Pembubaran KNIL, dan RIS akan membentuk angkatan perang dengan TNI sebagai inti kekuatannya.

Persetujuan KMB berhasil ditandatangani pada tanggal 2 November 1949. Kemudian tanggal 29 Oktober 1949, RI dan BFO melakukan penandatanganan piagam persetujuan Konstitusi RIS.

Dengan persetujuan hasil KMB, maka berdirilah negara Indonesia dalam bentuk federal dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat). Negara RIS terdiri dari negara-negara bagian, yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timur, dan sembilan satuan kenegaraan, yaitu Kalimantan Barat,

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas IX

Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Bangka, Biliton, Riau, dan Jawa Tengah.

Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Hatta berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda.

Selanjutnya Ratu Yuliana pada tanggal 27 Desember 1949

Wawasan Sosial

menandatangani piagam pengakuan kedaulatan RIS di Amsterdam. Pada saat yang bersamaan di Istana Merdeka Jakarta

Di samping rasa syukur bahwa

juga berlangsung penandatanganan pengakuan kedaulatan RIS

perjuangan bersenjata telah

dari Wali Tinggi Mahkota Belanda Lovink kepada wakil berakhir, di kalangan masyarakat pemerintahan RIS Sri Sultan Hamengkubuwono IX. terdapat pula rasa tidak puas

terhadap hasil-hasil yang dicapai

Berbagai konferensi telah dilakukan oleh Indonesia dengan

dalam KMB. Memang terbukti

Belanda untuk menyelesaikan pertikaian. Keberhasilan tokoh- kemudian bahwa Belanda telah

meninggalkan bom-bom waktu

tokoh nasionalis Indonesia dalam perjuangan diplomasi

yang akan mengganggu ketentera-

memaksa Belanda keluar dari Indonesia. Setelah Belanda pergi,

man bangsa Indonesia dalam

di dalam masyarakat muncul tuntutan-tuntutan untuk kembali

mengisi kemerdekaan.

ke bentuk negara kesatuan sesuai dengan amanat UUD 1945.

Dokumen yang terkait

Slamet Muryono Dwi Wulan Titik Andari

0 0 16

PEMBUATAN CUKA ALAMI BUAH SALAK DAN PISANG KEPOK BESERTA KULITNYA TEKNIK FERMENTASI Dwi Ratna Febriani1 , Zidni Azizati2

0 0 6

BAB II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian A. Pengertian dan Hakekat Perjanjian - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 0 34

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 1 14

Didi Nuryadin, Rini Dwi Astuti, Ardito Bhinadi

0 0 6

1 FABRIKASI ELEKTRODA KARBON NANOPORI UNTUK CAPACITIVE DEIONIZATION FABRICATION OF NANOPOROUS CARBON ELECTRODES FOR CAPACITIVE DEIONIZATION Dwi Hany Eryati1 , Memoria Rosi2 , Ismudiati Puri Handayani3

0 0 8

PERANCANGAN SISTEM IDENTIFIKASI KUALITAS KAYU UNTUK QUALITY KONTROL BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Timber Identification System Design For Quality Control Based On Digital Image Processing Igun Gunawan1 , Junartho Halomoan, ST.,MT.2 , Ratri Dwi Atmaja,

0 1 8

Jonathan Togatorop1 , Eko Darwianto ST., MT.2 , Dawam Dwi Jatmiko Suwawi, ST., MT.3

0 0 7

Goklas Giovanni Sitompul1 , Ridha Muldina Negara, S.T., M.T.3 , Danu Dwi Sanjoyo, S.T., M.T.3

0 1 8

Yanti Dwi Astuti Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yantiastutiuin-suka.ac.id Abstrak - Kontruksi Perempuan dalam Media Baru: Analisis Semiotik Meme Ibu-Ibu Naik Motor di Media Sosial

0 4 25