USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 1970-2009

(1)

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Harpan Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Petani sekaligus pembuat gagang dan sarung golok Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan.

2. Nama : Alek Limbong Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 28 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan. 3. Nama : Jordan Tinambunan

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 28 Tahun

Pekerjaan : Operator Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 4. Nama : Coky Sihotang

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 28 Tahun

Pekerjaan : Petani sekaligus penyedia arang Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 5. Nama : Adi Ramot Simamora

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Pandai besi


(2)

6. Nama : Hotma Simamora Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 62 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 7. Nama : Gilber Limbong

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 8. Nama : Dedi Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan. 9. Nama : Dosmar Hasugian

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan. 10 Nama : Rolen Hasugian

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 75 Tahun

Pekerjaan : Pemilik usaha pandai besi Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan. 11 Nama : Gandra Hasugian


(3)

Umur : 59 Tahun Pekerjaan : Pandai besi

Alamat : Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang 10. Nama : Marudut Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 49 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan. 12 Nama : Devindo Meka

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Pedagang ikan

Alamat : Desa Tarabintang, Kecamatan Tarabintang 13 Nama : Wilson Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang 14 Nama : Goccas Marbun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 52 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun Sihorbo, Desa Rura Tnjung, Kecamatan Pakkat. 15 Nama :Wenny Limbong

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 49 Tahun


(4)

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 16 Nama :Esmar Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Sihastoruan

Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 17 Nama : Maratua Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : Sekretaris Desa Sihastoruan Alamat : Dusun Gaman, Desa Sihastoruan 18 Nama :Horas Banget Nahampun

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Aparat Desa Sihastoruan


(5)

LAMPIRAN Lampiran 1

1. Rumah penduduk Dusun Gaman


(6)

Lampiran 2

2. Tempat atau pondok pandai besi bekerja di Dusun Gaman


(7)

Lampiran 3

3. Peralatan pandai besi 1. Peralatan tradisional


(8)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 20 February 2017 di Dusun Gaman

Batu asahan.Sumber: Koleksi pribadi penulis, 20 February 2017 di Dusun Gaman


(9)

2.Peralatan listrik yang dipakai pandai besi sejak tahun


(10)

blower.

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 22 February 2017 di Dusun Gaman.

. gerenda dari listrik.


(11)

Lampiran 4

4. Bahan baku dan bahan pelengkap pandai besi

bahan baku utama pandai besi adalah besi per mobil.


(12)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 23 February 2017 di Dusun Gaman.

Gagang golok, sarung golok dan arang adalah bahan pelengkap yang digunakan pandai besi selain besi berupa per mobil.


(13)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 23 February 2017 di Dusun Gaman

air adalah kebutuhan utama manusia, air juga diperlukan sebagai bahan pelengkap dalam usaha pandai besi yakni sebagai penyepuhan setelah pembakaran besi.

Lampiran 5

5. Proses kerja pandai besi di Dusun Gaman 1. Dengan mengandalkan alat tradisional

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 24 February 2017 di Dusun Gaman.

Besi berupa per ditimbang untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan dari satu kilogram besi, setelah itu besi dibakar dengan arang melaui lingkar sepeda yang diayun sampai besi berwarna merah.


(14)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 24 February 2017 di Dusun Gaman.

Setelah besi panas dan berwarna merah, besi dipahat untuk dibelah menjadi beberapa bagian, setelah terbagi menjadi beberapa bagian, besi dipanasakan kembali, setelah panas, besi dibentuk dengan memukul besi dengan mennggunakan palu dan martil supaya besi terbentuk.


(15)

besi yang terbentuk sifatnya masih kasar, maka perlu dipanaskan kembali untuk mempermudah pandai besi menghaluskan dan meratakan permukaan besi yang masih kasar supaya terlihat lebih halus dan datar.

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 24 February 2017 di Dusun Gaman.

setelah besi tersebut menjadi halus, kemudian dibakar sebentar, setelah di bakar besi dimasukkan ke air dan oleskan sedikit sabun untuk mempermudah besi di asah supaya lebih tajam, setelah itu besi siap dipasang gagang dan sarungnya.


(16)

2. dengan penggunaan alat listik.

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017 di Dusun Gaman.

Besi berupa per ditimbang untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan dari satu kilogram besi, setelah itu besi dibakar dengan arang melaui blower dengan cukup dicolokkan ke listrik. Setelah itu besi dibakar hingga panas, kemudian alat yang dipakai untuk membelah per bukan lagi dengan palu, tetapi dengan gerenda.


(17)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017 di Dusun Gaman.

Besi yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian, kemudian dipanaskan, setelah panas besi dibentuk dengan skring hammer, dalam hal ini pandai besi cukup memegang erat besi dan menekan dengan kaki gigi dari pada skring hammer tersebut, maka besi akan terbentuk dengan cepat.


(18)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017 di Dusun Gaman.

besi yang sudah terbentuk dipanaskan kembali untuk di bentuk supaya mejadi lebih


(19)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017 di Dusun Gaman.

Setelah besi halus, besi digerenda, setelah digerenda pandai besi meluruskan besi yang masih terlihat tidak rata, setelah itu besi kembali dipanaskan sebentar, setelah panas besi dimasukkan ke air dan mengoleskan sabun ke permukaan basi untuk mempermudah besi di asah atau di gerinda kembali dengan gerinda tangan supaya besi semakin tajam.

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017.

Setelah besi selesai ditajamkan besi siap untuk dibuat gagang dan berlanjut ke tahap pembuatan sarung, setelah itu besi yang telah diolah dan menjadi barang jadi siap untuk dipasarkan.


(20)

Lampiran 6


(21)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017.


(22)

(23)

Sumber: Koleksi pribadi penulis, 26 February 2017 di Dusun Gaman.


(24)

Lampiran 7

7. Monument golok sebagai ciri khas Dusun Gaman Desa Sihastoruan sebagai desa pandai besi.


(25)

Lampiran 8

1. Peta lokasi penelitian

Sumber: Peta Desa Sihotang Hasugian Toruan, 22 February 2017: kantor kepala desa Sihotang Hasugian Toruan.

Sumber: wikipedia, ensiklopedia bebas, https:// id.wikipedia,org/wiki/Tarabintang, diakses pada tanggal 15 Maret 2017, Jam 08.00.Wib.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Annizar, 2009. Teknik Keselamatan dan KesehatanKerja di Industri, Medan: Graha Ilmu.

Bagyo Sucahyo, 2004. Pekerjaan logam dasar, Jakarta: Grasindo.

Berutu,Lister, 2002. Aspek-aspek kultural etnis pakpak, Medan: Monora.

Berutu,Lister, 2002. Aspek-aspek kultural etnis Pakpak suatu eksplorasi tentang potensi lokal, Medan: Monora.

B.J.M.Beumer Ing, 1994. Ilmu Bahan Logam, Jakarta: Bharata.

Gultom J,1987/1988, Pengrajin Tradisional Di Daerah Propinsi Sumatera Utara,

Medan: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Kamaroesid Herry, 2016. Tata Cara Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Mas Bagong Mulyono, 2000. Wirausaha Vulkanis Ban Sepeda Motor, Bandung: Puspa Swara.

Mj Morris, 1984. Kiat Sukses Mengembangkan Usaha Kecil, Jakarta: Arcan.

Mucdarsyah Sinungan, 1995. Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara.

Nurauni, 1995. Pengujian dan Pemeriksaan Logam, Jakarta : Erlangga.

__________Pendidikan Kewarganegaraan, 2004. Medan.

Schonmetz Alois, 1994. Pengetahuan Bahan Alam Pengerjaan Logam, Bandung: Angkasa.

Silaban Baja Hendriko, 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat PelindungDiri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan


(27)

Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 (skripsi), Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Simanjuntak, BA, 1986. Pemikiran tentang Batak, Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas Nomensen.

Soedarmono, 1987. Historiografi II, Surakarta.

Soekanto, Soerjono, 1980. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia.s

Sucahyo Bagyo, 2004. Pekerjaan Logam Dasar, Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Zoer, Aini, Djamuel Irwin, 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta:

Bumi Aksara.

Zulkarnain, 2003. Membangun Ekonomi Rakyat, Yogyakarta: Adicitia.

Sumber internet

Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas, Pendekar-pendekar besi nusantara: kajian Antropologi tentang pandai besi Tradisional di Indonesia. Sejarah-andychand..blogspot.com/2012/11/22/ pandai besi. Diakses pada tanggal 25 maret 2017.

Wikipedia bahasa indonesia, jawaraweaponshop.Blogspot.com/2014/04/ Undang-undang tentang kepemilikan senjata tajam. Diakses pada tanggal 27 Maret 2017.

Wikipedia bahasa indonesia, Undang-undang kepemilikan senjata

tajam,www.pisau.co.id/?en- Undang-undang….senjata tajam. Diakses pada tanggal 27 Marer 2017.


(28)

BAB III

LATAR BELAKANG MUNCULNYA USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN PADA TAHUN 1970

3.1. Sejarah Munculnya Usaha Pandai Besi Di Dusun Gaman

Di daerah Doloksanggul terdapat beberapa etnis, setiap etnis mempunyai mata pencaharian bercocok tanam (petani). Dalam pengolahan tersebut timbul suatu pemikiran untuk menemukan peralatan yang praktis, dan peralatan itu sendiri dapat berfungsi lain yaitu sebagai senjata, hal ini mendorong beberapa rakyat berpikir untuk membuat suatu usaha untuk menghasilkan peralatan tersebut, salah satunya adalah usaha pandai besi yang ada di Dusun Gaman.

Baik dipandang dari sudut bentuknya maupun dipandang dari sudut teknologi pembuatannya, hasil dari usaha pandai besi ini salah satunya adalah golok/parang. Golok merupakan hasil proses kebudayaan daerah yang telah berkembang sejak lama dan diturunkan secara alami dari generasi kepada generasi berikutnya. Sejarah perkembangan parang tidak terlepas dari sejarah perkembangan sistem teknologi dalam masyarakat. Pada awalnya, manusia selalu berkeinginan untuk melestarikan kehidupannya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menciptakan peralatan hidup sejak zaman purba. Generasi zaman purba tersebut dapat menciptakan kapak batu, peralatan yang terbuat dari tulang, dari bambu dan lain-lain. Pengetahuan tersebut berkembang pesat setelah ditemukan oleh manusia biji besi dan secara


(29)

berangsur-angsur bahan yang lama tersebut ditinggalkan serta beralih kepada teknologi pembuatan besi.20

Ketika Rolen Hasugian mulai giat menekuni usaha sampinganya dan mulai memproduksi beberapa alat rumah tangga seperti golok dan pisau masyarakat melihat bahwa golok yang diproduksi Rolen Hasugian lumayan bagus dan kuat dibandingkan Usaha pandai besi Dusun Gaman merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang merupakan suatu usaha produktif dalam sektor perekonomian rakyat, khususnya rakyat desa, usaha pandai besi ini dikenal semenjak tahun 1970. Rolen Hasugian adalah warga yang pertama membuka usaha pandai besi di Dusun Gaman, beliau belajar pandai besi dari ayahnya yang bertempat tinggal di Bukit Hasang Kecamatan Barus. Pada awalnya Rolen Hasugian mencoba memproduksi barang tempahan dipekarangan rumahnya adapun barang yang pertama sekali ditempanya adalah golok yang akan digunakan untuk keperluan rumah tangga Rolen sendiri, untuk menebang pohon dan mengambil kayu bakar, sedangkan bahan dan peralatan yang dipakai Rolen Hasugian pada tahun 1970 tersebut diambil dari rumah ayahnya yang ada di Bukit Hasang, Rolen Hasugian masih sesekali mengerjakan usahanya tersebut berhubung peralatan yang dipakai Rolen pun masih sedikit dan masih pinjaman dari ayahnya, awalnya pekerjaan ini adalah pekerjaan sampingan bagi Rolen Hasugian ketika musim hujan, karena musim hujan menyebabkan masyarakat tidak bisa bertani dan menyadap karet, daripada menganggur di rumah Rolen Hasugian mengerjakan pekerjaan sampingannya.

20

M. Zein Rani dkk, Senjata Tradisional Derah Bengkulu, Bandung: Depdikbud,1990, hal. 133.


(30)

golok yang mereka punya, masyarakat disekitar rumah Rolen Hasugian mulai memesan golok dan pisau kepada Rolen Hasugian. Sehingga setiap harinya masyarakat memerlukan golok dalam aktivitas masyarakat apalagi menebang pohon untuk membuka ladang. Menebang pohon pada tahun 1970 masih manual masih menggunakan golok. Setiap harinya pesanan masyarakat Dusun Gaman semakin banyak yang datang kepada Rolen Hasugian, ia pun mempekerjakan kerabatnya untuk membantu Rolen menempa pesanan masyarakat. Akhirnya Rolen Hasugian yang dulunya pandai besi adalah pekerjaan sampingannya tahun 1972 pandai besi sudah menjadi kegiatan dan pekerjaan sehari hari Rolen Hasugian.21

Tingkat kualitas hidup masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 59 menurut indeks mutu hidup (IMH) pada tahun 1980, angka ini sudah meningkat dari 51 pada tahun 1971 dan 55 pada tahun 1976, tetapi masih jauh dari 100. Indeks mutu hidup ini telah mencakup dampak keseluruhan pembangunan sosial ekonomi. Hal ini berkaitan dengan tingkat pertumbuhan lapangan kerja yang masih rendah daripada tingkat pertumbuhan tenaga kerja. Akibatnya jumlah pencari kerja semakin besar.

3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Usaha Pandai Besi Di Dusun Gaman.

3.2.1. Faktor Ekonomi

22

21

Wawancara, Edu Hasugian (pandai besi), di Dusun Gaman, senin 20 February 2017. 22

J.Gultom, Op.Cit., halaman 2.

Salah satu sumber lapangan kerja yang cukup potensial karena keberadaanya sebagai warisan budaya pada setiap suku bangsa di Indonesia adalah kerajinan tradisional yang diciptakan melalui usaha kecil baik yang ada di desa maupun dikota.


(31)

Demikian halnya dengan masyarakat Dusun Gaman untuk memenuhi kebutuhan ekonomi harus bekerja keras dalam kegiatan sehari-hari, selain dengan bekerja sebagai petani sebagian masyarakat juga mendirikan usaha untuk menambah pendapatan mereka. Adapun salah satu usaha yang diciptakan masyarakat Dusun Gaman adalah usaha pandai besi, usaha ini termasuk dalam industri kerajinan dalam basis ekonomi rumah tangga yang telah ada puluhan tahun lamanya yaitu sejak tahun 1970. Walaupun usaha pandai besi di Dusun Gaman ini merupakan usaha rumah tangga atau usaha keluarga namun pada akhirnya usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dan mempunyai potensi dalam bidang ekonomi bagi masyarakat dipedesaan sekaligus melestarikan warisan budaya nasional. Pandai besi yang mencoba menekuni usaha kerajinan ini awalnya adalah mereka yang ekonomi lemah bahkan ada yang putus sekolah sehingga untuk menopang kehidupan rumah tangga mereka melakukan hal yang sama.

Pengerjaan usaha ini sebagian besar masih mengandalkan tangan dan alat-alat sederhana, disosialisasikan melalui pendidikan informal bukan formal. Pada umumnya masyarakat Dusun Gaman pendidikannya sampai jenjang SD dan SLTP, kalaupun mereka pergi keluar daerah atau kekota untuk merantau mereka merasa tidak mempunya skill atau keterampilan untuk bekerja di kota, kenyataan sekarang menunjukkan bahwa penyediaan lapangan kerja belum dapat mengejar pertumbuhan pencari kerja, apalagi jika mengandalkan industri modern dengan teknologi canggihnya yang belum terjangkau oleh keterampilan sebagian besar angkatan kerja di Indonesia.


(32)

Produk yang paling banyak diproduksi pandai besi adalah golok dengan berbagai ukuran, mulai dari ukuran kecil seperti pisau, golok kecil, golok sedang, golok besar dan golok yang panjang lengkap dengan sarungnya, masing-masing dijual dengan harga yang berbeda, sesuai dengan ukuranya. Adapun golok sebagai produksi utama karena golok yang paling banyak permintaan dari masyarakat. Mengingat pekerjaan mayoritas adalah petani dan keadaan geografis yang berbukit dan masih dikelilingi hutan maka jelaslah bahwa golok sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sihatoruan termasuk Dusun Gaman dan juga Desa lainya. Selain menebang hutan untuk membuka ladang golok juga digunakan untuk mengambil kayu bakar, pada umumnya masyarakat desa masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, golok juga berfungsi bagi masyarakat yang pekerjaanya sebagai pedagang ikan dan daging. Sehingga dapat disimpulkan bahwa golok sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan manusia setiap hari dalam aktivitasnya terutama untuk aktivitas masyarakat di desa.

Penyusunan rencana usaha merupakan suatu keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan, dan juga didasarkan atas kebutuhan masyarakat akan adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.23

23

Dr. Kamaroesid Herry, Tata Cara Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa ,Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016, hal. 61.

Tidaklah rugi dan sangat beruntung usaha pandai besi yang didirikan di Dusun Gaman tersebut dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyarakat maka usaha mereka berjalan setiap hari, dalam hal ini kedua belah pihak sama-sama tidak dirugikan, sebagian kebutuhan masyarakat


(33)

terpenuhi tanpa harus belanja keperluan dapur dan keperluan bertani ke luar daerah, pandai besi juga mendapat masukan yang menambah ekonomi mereka. Pandai besi di Dusun Gaman ini bekerja setiap hari dari pagi sampai sore, biasanya pekerja inti adalah kaum laki-laki yang berusia produktif kecuali hari hari besar dan hari minggu, walaupun sedang tidak ada pesanan mereka tetap bekerja, hasilya akan ditumpuk menunggu ada pesanan yang datang dan untuk dijual kepekan yang ada dibeberapa desa dekat Dusun Gaman yang ada setiap sekali seminggu. Salah satu keumggulan dari usaha pandai besi ini adalah produknya yang tahan lama dan tidak membusuk meskipun lama baru dipasarkan

3.2.2. Faktor Kekerabatan

Selain karena faktor ekonomi yang mempengaruhi berdirinya usaha pandai besi di Dusun Gaman faktor kekerabatan juga merupakan salah satu faktor pendukung berdiri dan berkembangnya jumlah usaha pandai besi.24

24

Wawancara, Jordan Tinambunan(pandai besi) di Dusun Gaman, senin 20 February 2017.

Usaha ini dikategorikan sebagai industri rumah tangga, sesuai namanya usaha ini awalnya dimulai oleh sebuah rumah tangga di Dusun Gaman dan pekerja inti adalah ayah yang dibantu oleh istri atau anaknya jika sedang tidak bekerja diladang mereka. Usaha kecil ini merupakan usaha bersifat turun temurun, jika tidak ke anak maka ke kerabat terdekat atau yang masih tergolong saudara dan sedarah. Pada umumnya keluarga itu saling bahu membahu dalam membentuk suatu kerajinan, biasanya ayah mengelola kerajinan dalam bentuk perangkat keras seperti membelah besi, membentuk, membakar dan mengetok atau memukul besi dengan martil dan palu besar dan berat.


(34)

Sementara ibu atau anak mengerjakan perangkat yang lebih lunak seperti mengayun sepeda untuk membakar arang.

Keluarga pertama mengguluti pekerjaan sebagai pandai besi di Dusun Gaman adalah kelurga Rolen Hasugian. Banyaknya pekerjaan dalam proses menyelesaikan suatu produk membutuhkan atau menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Oleh karena itu kuantitas tenaga kerja perlu ditingkatkan. Mengingat tingkat kekeluargaan di Dusun Gaman masih sangat kuat maka yang dipekerjakan pun pastinya berasal dari keluarga juga.

Ketika pesanan masyarakat mulai banyak, tahun Rolen Hasugian mengajak kerabatnya bekerja dalam usaha pandai besinya. Rolen hasugian membagikan ilmunya kepada kerabatnya tersebut yang tidak jauh dari rumah Rolen Hasugian nama saudaranya ini adalah Dosmar Hasugian. Setahun bekerja ditempat Rolen Hasugian Rolen membuka usahanya sendiri. Tahun 1972 Dosmar membuka usaha pandai besi miliknya disekitar rumahnya sendiri, biasanya pandai besi membuat pondok kecil dari daun rumbia, bambu ataupun seng sebagai atap pondok tempat pandai besi bekerja supaya terhindar dari panas dan hujan sewaktu bekerja.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, semakin banyak pula kebutuhan masyarakat, apalagi jika pekerjaan mayoritas di desa adalah bertani, semakin banyak jumlah masyarakat maka semakin luas lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian. Untuk mengolah lahan tersebut terutama menebang pohon untuk dijadikan ladang dibutuhkan golok. Dengan keadaan tersebut Dosmar yang telah membuka usahanya sendiri dan telah berjalan lancar ia membutuhkan tenaga kerja untuk menyelesaikan pesanan yang datang setiap hari kepadanya. Tahun 1976 Dosmar mempekerjakan 2


(35)

tenaga kerja dalam usaha pandai besinya, kedua tenaga kerja ini juga merupakan masih kerabat Dosmar Hasugian, mereka adalah Dedi Nahampun dan Sunggul Limbong. Tahun 1981 Hotma Simamora yang merupakan adek ipar dari Dosmar Hasugian juga sering datang dan belajar ke tempat usaha Dosmar, Hotma Simamora juga berencana akan membuka usaha pandai besi di Dusun itu juga. Tahun itu Hotma mulai membuka usaha pandai besi di dekat rumahnya dan dibantu oleh anaknya setelah pulang sekolah. Setelah lulus sekolah anaknya tersebut merantau ke kota , setelah dua tahun lebih merantau dan merasa tidak cocok dengan pekerjaan dikota iapun kembali kerumahnya. Dirumahnya ia meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai pandai besi. Demikian sampai seterusnya usaha pandai besi di Dusun Gaman ini berkembang dan diteruskan secara kekeluargaan dan kekerabatan.25

Usaha pandai besi yang berada di Dusun Gaman yang telah berkembang sejak dulunya sampai saat ini tidaklah dipelajari melalui pendidikan formal atau semacam pelatihan. Pengetahuan menghasilkan barang beranjak dari pengalaman yang komulatif, pengetahuan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi dan berkembang sesuai dengan kamampuan manusia dalam berfikir, seperti golok misalnya dibuat oleh pandai besi dengan kemampuan yang diturunkan oleh orangtuanya. Dari masa kecil mereka diberikan pengetahuan tentang jenis besi dan pengetahuan tentang teknologi pengolahan besi itu sendiri.Pada umunnya pekerjaan ini telah mendarah daging terhadap keturunan pandai besi sehingga secara otomatis pekerjaan ini bisa dikerjakan oleh anak cucu dan kerabat pandai besi, dalam artian

3.2.3. Faktor Keterampilan

25


(36)

keterampilan yang dipunyai seorang pandai besi secara otomatis dapat dimiliki oleh keturunan pandai besi tersebut hanya dengan proses sosialisasi.

Menurut Rolen Hasugian proses pengolahan besi menjadi peralatan siap pakai menggunakan cara atau tehnik yang berbeda-beda akan tetapi anak dan kerabat rolen hasugian dapat dengan mudah mengerjakan layaknya pandai besi. Akan tetapi pada umumnya usaha pandai besi yang memiliki tenaga kerja sudah mendapatkan bagian pekerjaan masing masing, tetapi secara khusus mereka juga bisa mengerjakan semua bagian dari tahap awal sampai akhir, sehingga jika anggota yang lain yang bagiannya misalnya bagian penajaman besi bisa digantikan dengan anggota yang biasanya bekerja pada bagian pembakaran besi.26

3.3.Aktivitas Pandai Besi

Aktivitas keseharian pandai besi adalah mengolah besi menjadi alat setengah jadi hingga menjadi alat jadi, selain mengolah besi mereka juga mengatakan bahwa tidak jarang datang penduduk sekitar Dusun Gaman untuk memperbaiki, menajamkan peralatan kerja kebun mereka kepada pandai besi. Penggarapan produk pandai besi pada masyarakat Dusun Gaman merupakan suatu rantai terjadinya berbagai macam barang kerajinan besi, mulai dari adanya pengadaan dan pengolahan bahan baku, teknologi dan peralatan yang digunakan, sistem permodalan dan organisasi kerja sampai pada distribusi dan konsumsi barang kerajinan pandai besi.

Pada dasarnya penanggung jawab usaha adalah milik perorangan atau milik rumah tangga (suami dan istri) karena awalnya pekerjaan merupakan pekerjaan

26

Wawancara dengan Alek Limbong ( pandai besi ), di Dusun Gaman, Kamis, 23 February 2017.


(37)

pokok dan merupakan tumpuan harapan bagi terpenuhinya segala kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Sehubungan dengan itu maka kegiatanya melibatkan seluruh anggota keluarga, khususnya suami dan anak laki-laki yang sudah berusia produktif dan juga sekali sekali istri jika sedang tidak bekerja diladang, masing-masing saling mengisi demi berhasilnya usaha mereka. Semakin lama semakin berkembang pula usaha pandai besi yang ada di Dusun Gaman ini yang dulunya merupakan usaha perorangan dan beranggotakan keluarga, karena pesanan dan kebutuhan yang semakin bertambah maka anggota pekerja pun diperlukan tambahan untuk bekerja di usaha pandai tersebut, sebagai contoh usaha pandai besi milik Rolen Hasugian dari tahun 2009 sampai saat ini adalah unit usaha yang paling besar dan mempekerjakan 3-5 orang perharinya.

3.3.1. Manopa (menempa)

Manopa adalah Bahasa Batak yang artinya menempa. Masyarakat Dusun Gaman biasanya menyebut pandai besi adalah panopa.27

Manopa biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki di Dusun Gaman, kegiatan manopa

dilakukan disekitar rumah panopa itu sendiri, biasanya panopa membuat

Panopa atau pandai besi adalah orang yang pekerjaan sehari-harinya mengolah besi khususnya jenis besi per mobil menjadi bahan jadi, setengah jadi, dan bahan jadi dan siap pakai melalui proses penimbangan, pemanasan, pembelahan/pemotongan,pembentukan, pengikiran, menghaluskan atau meratakan, penyepuhan, pengasahan, pembuatan gagang dan pembuatan sarung.

27

Istilah panopa adalah Bahasa Batak Toba yang sering digunakan masyarakat Dusun Gaman yang mengarah ke orang yang melakukan pekerjaan manopa( pekerjaan pandai besi.) sedangkan manopa lebih mengarah ke pekerjaan yang dilakukan oleh panopa tersebut.


(38)

pondok kecil yang beratapkan seng supaya meraka bekerja pada waktu hujan ataupun panas, biasanya pondok tersebut ada di depan rumah, samping rumah, dan belakang rumah para panopa.

Dalam aktivitas sehari-hari untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja, pandai besi memakai sepatu both untuk menghindari serpihan besi yang berjatuhan ditanah, mereka juga memakai kacamata pada saat menggerenda, supaya serpihan besi yang dihaluskan tidak masuk kemata, pandai besi juga memakai sarung tangan untuk mencegah luka bakar saat memegang besi yang panas dan saat memukul besi dengan martil.

Pandai besi bekerja dari pagi sampai sore dari jam 9 sampai jam 6, dengan waktu istrahat 2 kali yaitu jam 12 untuk minum kopi dan jam 2 untuk waktu makan siang. Akan tetapi jika pandai besi mempunyai banyak pesanan mereka akan bekerja sampai malam untuk dapat memenuhi pesanan tersebut.

3.3.2. Alat-alat dan Bahan Baku yang Digunakan Pandai Besi

Dalam proses kegiatan mengolah suatu barang selain membutuhkan faktor modal, tempat, tenaga kerja, dibutuhkan juga alat alat yang perlu untuk menghasilkan barang tersebut. Dalam rangka penggunaan alat- alat sebelumnya dibutuhkan juga bahan baku utama dan bahan baku tambahan supaya alat-alat tersebut berfungsi.

Bahan baku utama yang diperlukan pandai besi adalah jenis besi yang banyak mengandung kadar baja. Salah satu jenis besi yang paling disenangi pandai besi adalah besi yang berasal dari besi per mobil terutama per mobil jeep. Besi bekas ini diperoleh dari bengkel-bengkel mobil. Pandai besi membeli besi ini dengan harga Rp.


(39)

8.000,- per kg. Satu kilogram besi biasanya terdiri dari satu atau dua buah potongan per mobil..

Bahan baku lain yang dibutuhkan adalah arang, gagang dan sarung golok. Pandai besi Dusun Gaman memperoleh arang dari warga Gaman itu juga. Suberantas Nahampun, Coky Hasugian, Saurdot Limbong adalah warga Dusun Gaman yang bermata pencaharian sebagai petani dan pekerjaan sampingannya adalah penyedia arang bagi pandai besi. Arang yang dibuat menggunakan kayu-kayu yang kualitasnya kuat seperti kayu jati dan mahoni yang ditebang dihutan kemudian dibakar sampai menghasilkan arang. Pandai besi biasanya membeli arang perkarungnya dengan hargaRp. 80.000,-sedangkan untuk sarung dan gagang golok juga diperoleh dari warga Gaman yang pekerjaan sehari harinya adalah petani. Harpan Nahampun adalah salah satu warga yang bekerja sebagai pembuat sarung dan gagang golok di Dusun Gaman, sarung golok terbuat dari kayu jati dan kayu pohon nagka yang dipotong dan dibelah terlebih dahulu menjadi ukuran 30-50 cm atau sesuai dengan ukuran golok yang dibuat pandai besi, kemudian dikeringkan, setelah kering akan dibentuk menjadi sarung golok melalui pembentukan dengan menggunakan pisau, penghalusan dengan menggunakan otom dan penyatuan sarung dengan mengayam rotan untuk mengikat sarung, biasanya pandai besi membeli sarung golok dengan harga Rp.1.500,-persarungnya.

alat-alat utama yang dipakai pandai besi adalah:

 Besi


(40)

 martil besar dan kecil, yang berfungsi untuk menokok atau memukul besi supaya besi yang dipanaskan dapat dibentuk

 pahat yang berfungsi untuk membelah besi dan mempertajam pinggiran besi

 batu asahan untuk mempertajam barang yang sudah selesai dibentuk,

 Timbangan, untuk menimbang besi sebelum dibentuk

 air, untuk penyepuhan besi setelah pembakaran

 roda sepeda yang berfungsi untuk menghidupkan api ketika ingin pembakaran arang

 Alat penjepit besi, yang berfungsi untuk mengangkat besi yang dipanaskan. 3.3.3.Cara Memilih Bahan Baku yang Bagus

Bahan baku adalah bahan pokok penentu suatu produk, bagus atau tidaknya produk ditentukan oleh bahan-bahan yang dipakai mengolah barang tersebut. Sama halnya dengan bahan baku yang dipakai oleh pandai besi Dusun Gaman dalam tahap pengolahan barang mereka tidak asal memakai besi, tetapi mereka lebih memilih besi yang mengandung kadar baja, dibandingkan besi-besi lain yang berbahan plat. Bahan utama yang mereka pakai adalah besi atau per mobil jeep.jenis besi ini sangat baik untuk dibuat parang ataupun sejenisnya. Sifat baja tersebut adalah baja lunak dengan komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0.1% yang sifatnya dapat ditempa.28

28

Nurauni, Pengujian dan Pemeriksaan Logam, Jakarta: Erlangga, 1995, hal.4.

Sehingga per yang dipakai tinggal penyempurnaan besi baja tersebut.


(41)

3.3.4. Proses Menempa

Aktivitas pandai besi dalam menempa per mobil dapat dilakukan dengan beberapa proses yaitu:

 Tahap awal adalah tahap penimbangan per mobil, penimbangan tersebut dilakukan dengan tujuan mengetahuai berapa jumlah pisau atau golok yang dapat dihasilkan dari satu per mobil. Misalnya 1 Kg per mobil bisa menghasilkan dua buah golok dan 3 - 4 pisau. Per mobil itu ditimbang dengan timbangan gantung

 Tahap kedua adalah tahap dimana per mobil dipanaskan sampai membaradan sampai tahap titik leburnya (warna per mobil merah), dalam tahap ini dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam sampai warna besi per mobil berubah menjadi merah.

 Tahap ketiga adalah tahap membelah atau memotong, dalam tahap ini pandai besi menentukan ukuran golok ataupun pisau. Pandai besi menggunakan pahat untuk memotong sesuai ukuran yang dikehendaki .

 Tahap keempat besi kembali dipanaskan dan dipukul pukul dengan martil dengan tujuan untuk membentuknya, sehingga berbentuk parang atau benda yang ingin dihasilkan. Biasanya proses pemanasan ini dilakukan berulangkali sehingga bentuk yang diinginkan dapat dicapai.

 Tahap kelima menghaluskan atau meratakan dalam tahap ini potongan besi yang sudah terbentuk dikikir dengan menggunakan pahat dengan tujuan meratakan permukaan besi, sehingga lekukan-lekukan bekas pukulan martil tadinya dapat hilang, sehingga besi menjadi rata, matanyapun menjadi tajam.

 Tahap keenam adalah tahap pemasangan gagang golok, ujung golok yang sudah terbentuk dipanaskan kembali dan ditempa hingga runcing. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemasangan gagang golok.


(42)

 Tahap ketujuh adalah tahap penyepuhan, setelah golok terbentuk dan gagangnya dipasang kemudian dipanaskan kembali sampai merah, besi yang merah tersebut langsung dicelupkan ke dalam air sepuhan

 Tahap ke delapan adalah tahap pengasahan, setelah disepuh golok diasah biar semakin tajam.

 Tahap terakhir adalah tahap pembuatan sarung golok. Dalam tahap ini pandai besi hanya mencocokkan golok yang sudah dibuatnya dengan sarung golok yang dibuat oleh pengrajin lain, biasanya pandai besi meminta bantuan pengrajin untuk membuat sarung golok apabila banyak yang memesan golok, namum apabila hanya sedikit pandai besi membuat sendiri sarung golok tersebut. Artinya pandai besi bukan hanya mampu membuat golok, tetapi juga mampu membuat sarungnya.

3.4. Benda-Benda Hasil Tempahan Pandai Besi

 Golok

Golok adalah hasil produksi utama pandai besi di Dusun Gaman. Golok yang dihasilkan terdiri dari berbagai ukuran dan tergantung pesanan.

 Pisau

Pisau yang dimaksud dalam hal ini adalah pisau dapur. Biasanya pandai besi memanfaatkan potongan-potongan besi pembuatan golok untuk membuat pisau.

 Egret

Menurut keterangan pandai besi egret merupakan benda yang paling sulit proses pembuatanya. Ukuran dan bentuk yang berbeda dari golok menyebabkan perlu ketelitian dan waktu yang banyak dalam proses pembuatan egret tersebut.


(43)

 Tajak merupakan salah satu hasil produksi pandai besi selain golok, pisau dan egret.

3.5. Distribusi dan Pemasaran Hasil Produksi Pandai Besi

Jumlah hasil produksi yang diperoleh pandai besi Dusun Gaman dalam setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini bisa terjadi karena kegiatan pembuatan golok dan semacamnya tergantung lamanya jam kerja dan kemahiran yang mereka miliki juga minat masyarakat dan berapa banyaknya pesanan. Usaha pandai besi Dusun Gaman barang utama hasil produksi adalah golok mulai dari ukuran kecil, sedang dan besar, termasuk juga dodos, egret, pisau dan berbagai pesanan yang datang dari masyarakat dengan variasi harga yang berbeda-beda. Sasaran hasil pemasaran hasil produksi kerajinan usaha pandai besi tidak hanya beredar di daerah/dusun itu sendiri ataupun di dalam wilayah kecamatan itu sendiri, akan tetapi meluas sampai kedaerah daerah dalam kabupaten Humbang Hasundutan dan bahkan tidak sedikit diantaranya meluas ke daerah-daerah luar kabupaten.

Dalam proses pemasaran produk usaha pandai besi dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya barang hasil usaha pandai besi selain konsumen langsung datang memesan ke tempat atau rumah pandai besi, pandai besi juga langsung memasarkan barang mereka ke pekan yang ada di kecamatan. Proses pemasaran hasil-hasil usaha pandai besi masih berkisar di Kecamatan dan wilayah-wilayah sekitar Desa Sihastoruan, dalam bidang distribusi belum ada hubungan kerja sama yang dijalin dengan badan lain selain itu faktor lain yang menyebabkan kurangnya


(44)

pemasaran adalah masih sulitnya transportasi di Dusun Gaman menyebabkan pandai besi tidak bisa membawa dan memasarkan hasil produksi mereka ke masyarakat luas.


(45)

BAB IV

PERKEMBANGAN USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG

HASUDUTAN DARI TAHUN 1970-2000 4.1 Sejarah Pandai Besi Di Beberapa Wilayah Indonesia

Sejarah merupakan awal dari peradaban manusia, dengan sejarah maka manusia akan mengetahui asal mula dari suatu peradaban maupun ilmu pengetahuan. Sama halnya dengan pandai besi dan hasil produksi pandai besi merupakan bagian dari rangkaian peradaban manusia.

Pandai besi pada zaman mataram adalah sebuah status atau posisi yang tinggi meski secara kelas sosial wong cilik29

Menurut sejarawan Anthony Reid, keahlian mengolah besi dapat menjadi sarana penciptaan kekuasaan, sebab alat-alatdari logam merupakan penciptaan kekuasaan, karena alat-alat dari logam pertama-tama diperlukan untuk perang, baru sesudahnya untuk pertanian, “tulis Reid dalam Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga” Reid mencontohkan Ciung Wanara yang menyertakan pandai besi, dengan kekuatan yang mana staus dan pekerjaan ini diturunkan dari generasi kegenerasi, sehingga sangat disegani oleh masyarakat lainnya. Pandai besi telah ada sejak berpuluh abad lampau. Kala itu mereka dikenal sebagai pandai wsi

(besi).

29

Wong cilik( rakyat biasa) adalah kata dalam bahasa jawa, wong cilik sebagian besar adalah kaum petani di pedesaan.


(46)

magisnya, sebagai tokoh penting dalam perebutan tahta Kerajaan Galuh (abad ke 7-8). Logam, khasnya besi, kerap kali dipandang sebagai simbol keteguhan dan kekuatan. Untuk mengolah besi, seseorang tak cukup hanya mempunyai keahlian kasar, tapi juga kehalusan batin agar besi tertempa sempurna. Tak heran kala itu sebagian masyarakat menilai bahwa pandai besi menyimpan aura suci. Pada masa Majapahit, mereka dikumpulkan di ibukota untuk menjamin kekuatan perang balatentara Majapahit. Mereka dilindungi raja dan dijamin kesejahteraanya. Ketika Majapahit perlahan runtuh, sebagian pandai besi memilih bertahan dan menurunkan keahliannya. Kelak kesultanan Demak dan Mataram menggunakan jasa mereka untuk memperkuat senjatanya. Tak sedikit pula pandai besi yang menyebar ke wilayah pedesaan.30

Dalam perkembanganya usaha pandai besi Dusun Gaman tidak berjalan lancar melainkan banyak kendala yang ditemukan yang membuat usaha tersebut

4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Usaha Pandai Besi Dusun Gaman

Pertumbuhan dalam sebuah usaha dapat diukur dari kualitas dan kuantitas yang kemudian mengarah pada perkembangannya dan mencakup pada eksistensinya dimasyarakat yang semakin bertambah baik dari segi jumlah produksi, mutu produksi , pemakaian alat-alat produksi dan juga pemasaran hasil produksi.

30

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Pendekar-pendekar besi nusantara: kajian Antropologi tentang pandai besi Tradisional di Indonesia.

Sejarah-andychand..blogspot.com/2012/11/22/ pandai besi. Diakses pada tanggal 25 maret 2017, jam 07.00.WIB.


(47)

mengalami pasang surut. Adapun kendala-kendala yang terjadi pada pandai besi seperti susahnya memperoleh bahan baku karena masih sulitnya transportasi membuat pandai besi susah belanja keperluan ke kota, apalagi bahan yang dicari adalah per mobil bekas pada tahun 1970 kendaraan roda empat masih sangat jarang ditemukan ditambah dengan keluarnya Undang-Undang tentang kepemilikan senjata tajam dalam Undang-Undang Nomor 12/DRT/1951 Pasal 2 ayat 1:

“…..Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba, memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slak, steek of stoot wapen), dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun “.31

31

Wikipedia Bahasa Indonesia, Undang-undang kepemilikan senjata tajam

Dengan berlakunya undang undang ini menjadi penghalang bagi masyarakat pandai besi untuk melanjutkan dan mengembangkan aktivitasnya yang masih bisa dirasakan sampai tahun 1980.

Meskipun didalam Undang-Undang Nomor 12/DRT/1951 Pasal 2 ayat 2 di jelaskan kembali bahwa:

“….. Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib ( merkwaardigheid)’’.


(48)

Dengan berlakunya undang-undang tersebut mematikan semangat pandai besi dalam melanjutkan aktivitas usaha mereka. Hal ini sudah tentu menjadi faktor semakin melemahnya ekonomi pandai besi, akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena sebagai warga negara yang baik sudah semestinya kita tahu dan memahami hukum yang berlaku di wilayah kedaulatan NKRI, sehingga hobby atau kesenangan kita terhadap suatu benda tajam untuk hal-hal yang tidak terlalu dipentingkan perlu di hilangkan karena bisa membahayakan hidup seseorang, tetapi jika senjata tersebut diperuntukkan untuk hal yang sewajarnya maka hal ini tidak perlu dilarang.32

Seiring berjalanya waktu semakin banyak hal baru dan penemuan baru baik berupa ilmu maupun teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Sama halnya dengan usaha pandai besi Dusun Gaman tidak selamanya bersifat monoton,

Sehingga hal ini memberi peluang kepada pandai besi untuk mengembangkan usaha pandai besi di Dusun Gaman guna melanjutkan dan menambah ekonomi pandai besi sekaligus membantu memenuhi kebutuhan konsumen. Sampai saat ini sudah ada enam unit usaha pandai besi yang termasuk kategori besar disbanding usaha yang lain. Unit usaha yang besar ini telah mempekerjakan 3-6 orang karyawan di dalamnya, sedangkan enam unit usaha lagi adalah usaha yang masih dikelola oleh keluarga.

4.2.1 Aspek Penggunaan Peralatan Dalam Usaha Pandai Besi Dusun Gaman Dari Tahun 1970-2009

32

Wikipedia Bahasa Indonesia, jawaraweaponshop.Blogspot.com/2014/04/Undang-undang tentang kepemilikan senjata tajam. Diakses pada tanggal 27 Maret 2017, jam 05.00.WIB.


(49)

tetapi juga mengalami perubahan dari tahun 1970-2009. Perubahan tersebut bisa ditinjau dari aspek proses produksi yang awalnya menggunakan alat sederhana hingga mengalami perubahan dengan menggunkan alat modern. Hasil wawancara dengan Rolen Hasugian mengatakan bahwa pada tahun 1970-1980 Rolendalam usaha pandai besi miliknya masih bersifat tradisional dengan mengandalkan tangan dan alat sederhana. Adapun alat alat yang dipakai pandai besi pada tahun 1970-19750 antara lain:

 landasan besi, sebagai tempat besi dikelola.

 martil besar dan kecil, yang berfungsi untuk memukul besi supaya besi yang dipanaskan dapat dibentuk.

 Pahat, yang berfungsi untuk membelah besi dan mempertajam pinggiran besi.

 batu asahan, gunanya untuk mengasah besi yang sudah dikerjakan supaya lebih tajam.

 air, sebagai penyepuh besi setelah dibakar.

 Bambu yang digunakan dengan cara ditiup yang untuk menghidupkan perapian.

 Alat penjepit besi, yang berfungsi untuk mengangkat besi yang dipanaskan. Sampai tahun 1975 penggunaan alat-alat pandai besi masih sama, hal ini menyebabkan sulitnya pandai besi dalam proses pengerjaannya, tahun 1976 kemudian ada sedikit perkembangan dalam proses produksi, dimana pandai besi tidak lagi menggunakan bambu yang ditiup dalam perapian, tetapi sudah menggunakan lingkar sepeda bekas yang diayun ke depan ketika akan menghidupkan perapian,


(50)

dengan alat sederhana ini setidaknya membantu meringankan pekerjaan pandai besi dalam bidang pembakaran arang, walau masih menggunkan alat-alat sederhana ini semangat pandai besi dalam usaha mereka tidak pernah pudar, tahun 2009 pekerjaan pandai besi sudah mulai ringan dalam proses produksi, dimana pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan dari listrik kepada setiap pandai besi yang ada di Dusun Gaman. Dengan adanya peralatan dari listrik tersebut memudahkan pandai besi dalam pengerjaanya. Adapun alat-alat dari listrik tersebut antara lain:

 Blower, fungsinya untuk menghidupkam perapian,atau membakar arang, guna memanaskan besi yang akan ditempa, dalam hal ini pandai besi tidak perlu lagi repot meniup dan mengayun lingkar sepeda supaya arangnya terbakar, tetapi cukup dengan mencolokkan kabel blower ke listrik dan menekan kontak maka blower tersebut akan menghembuskan udara lewat corong blower, maka arang yang akan dipanaskan akan dihembus hingga menjadi perapian yang panas.

 Skring hammer, adalah semacam mesin yang mempunyai dinamo yang berfungsi untuk membentuk besi yang sebelumnya sudah dipanaskan, dalam hal ini pandai besi cukup mencolokkan kabel ke colokan listrikdanmemegang besi yang akan dibentuk kemudian menginjak dan menekangigi yang akan menggerakkan sking hammer tersebut, sehingga pandai besi tidak perlu memukul besi dengan palu besar supaya besi tersebut terbentuk.

 Gerenda, gerenda dalam hal ini terbagi menjadi dua macam yaitu:gerenda tangan dan gerenda duduk, yang berfungsi untuk mempertajam dan menghaluskan besi yang sudah terbentuk. Gerenda tangan bisa dikerjakan oleh dua orang sekaligus dengan posisi bersebelahan. Cara penggunaanya cukup dengan mencolokkan kabel ke colokan listrik.


(51)

Dengan adanya alat-alat dari listrik tersebut selain memudahkan pandai besi dalam proses produksi juga mempersingkat waktu pembuatan suatu barang. Pandai besi juga bisa bekerja sampai malam karena dengan masuknya listrik ini membantu memberikan penerangan kepada pandai besi jika ada pesanan yang harus dikejar, pandai besi akan bekerja sampai malam hari.

4.2.2. Aspek Kualitas Dan Kuantitas Hasil Produksi Usaha Pandai Besi Dusun Gaman Dari Tahun 1970-2009

Dengan berkembangya alat-alat teknologi yang diciptakan manusia dalam suatu bentuk usaha maka berkembang pula kualitas dan kuantitas hasil dari usaha tersebut. Sama halnya dengan usaha pandai besi Dusun Gaman semakin lama semakin berkembang jumlah produksi barang dan semakin bagus pula barang yang dihasilkan pandai besi Dusun Gaman tersebut. Semua hal tersebut ditunjang oleh adanya perkembangan peralatan para pandai besi. Pada tahun 1970-1975 pandai besi Dusun Gaman biasanya hanya bisa memproduksi barang 3-5 buah perhari disebabkan peralatan yang dipakai pandai besi masih manual menyebabkan pandai besi lama dalam meyelesaikan suatu barang, tingkat kualitas barang misalnya golok, masih belum sangat tajam karena penajaman pada tahun tersebut masih menggunakan batu asah. Pada tahun 1976ada sedikit perubahan dalam proses perapian, walau masih manual pandai besi bisa menyelesaikan barang 6-8 buah perharinya demikan berlanjut sampai belum adanya peralatan dari listrik. Jenis barang yang dihasilkan masih sebatas golok dengan berbagai ukuran, pisau dan tajak.


(52)

Tahun 2009 setelah pandai besi menerima bantuan dari pemerintah berupa peralatan dari listrik, seperti blower, skring hammer, dan garenda pandai besi bisa menyelesaikan puluhan barang setiap hari, selain dengan jumlah yang banyak, sudah tentu juga dengan kualitas yang bagus, kuat dan tajam. Karena penajamannya selain menggunakan batu asah juga menggunakan gerinda, sehingga barang yang dihasilkan akan terlihat lebih tajam.Jenis barang yang dapat diproduksi juga bertambah sebelumnya jenis barang hanya sebatas golok dengan berbagai ukuran, pisau dan tajak, saat ini pandai besi juga sudah bisa memproduksi dodos, egrek, Sabit, kampak, cangkul, guris, dan berbagai pesanan yang datang dari masyarakat.

4.2.3. Aspek Distribusi Dan Pemasaran Hasil Usaha Pandai Besi Dari Tahun 1970-2009

Pemasaran merupakan suatu hal penting dalam produksi dari suatu usaha. Dalam hal ini pemasaranya dibagi menjadi dua cara, cara pertama dimana pandai besi langsung memasarkan hasil usaha mereka kemasyarakat sekitar, maupun masyarakat lain yang ada di pasar atau pekan. Cara kedua dengan menyalurkan hasil produksi ke koperasi.

Biasanya jumlah hasil kerajian yang diperoleh pandai besi Dusun Gaman dalam setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini bisa terjadi karena kegiatan pembuatan golok dan semacamnya tergantung lamanya jam kerja dan kemahiran yang mereka miliki juga minat masyarakat dan berapa banyaknya pesanan. Usaha pandai besi Dusun Gaman barang utama hasil produksinya adalah golok mulai


(53)

dari ukuran kecil, sedang dan besar, termasuk juga dodos, egret, pisau dan berbagai pesanan yang datang dari masyarakat dengan variasi harga yang berbeda-beda. Sasaran hasil pemasaran hasil produksi kerajinan usaha pandai besi tidak hanya beredar di daerah/dusun itu sendiri ataupun di dalam wilayah kecamatan itu sendiri, akan tetapi meluas sampai kedaerah daerah dalam kabupaten Humbang Hasundutan dan bahkan tidak sedikit diantaranya meluas ke daerah-daerah luar kabupaten.

Tahun 1970-1980 produk dari pandai besi Dusun Gaman masih diketahui dan beredar sekitar desa dan kecamatan Parlilitan, hal ini dikarenakan masih minimnya trasnportasi yang dimiliki masyarakat saat itu, hal ini menyebabkan pandai besi tidak bisa memasarkan secara luas hasil usaha mereka.

Tahun 1990 pandai besi mulai memasarkan hasil produksi mereka ke pekan yang ada di Pakkat. Produk pandai besi tersebut semakin tahun semakin dikenal oleh masyarakat, beberapa dari mereka telah menjadi langganan pandai besi ketika memasarkan barang mereka ke pekan. Tahun 2000 barang dagangan pandai besi Dusun Gaman sudah terkenal sampai ke Dolok Sanggul dan beberapa kecamatan lain. Hal ini disebabkan sebagian dari masyarakat sudah mempunyai kendaraan roda dua sehingga mereka sudah bisa membawa barang mereka untuk dipasarkan ke tempat-tempat yang jauh dari Dusun Gaman. Tidak jarang juga ada perantau dari Jakarta yang memesan Golok Gaman menjadi sebuah oleh oleh dari Bona Pasogit.

Tahun 2004 pandai besi Dusun Gaman mulai menjalin kerja sama dengan Koperasi Tunas Baru yang ada di Sidikalang, dalam hal ini hanya beberapa pandai


(54)

besi yang jadi penyalur untuk mengantarkan produk mereka, dan dari Koperasi ini akan didistribusikan ke berbagai kota, seperti ke Sibolga, Jambi, Pekan Baru dan berbagai daerah lainnya. Selain mengantarkan barang pandai besi juga sekalian belanja keperluan usaha pandai besi di Sidikalang tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Rolen Hasugian di Dusun Gaman tanggal 20 February 2016, adapun perkembangan jenis barang dan variasi harga setiap tahunnya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1:Jenis dan harga barang yang dihasilkan pandai besi Dusun Gaman Pada Tahun 1970-2000.

NO JENIS BARANG HARGA BARANG

1 PISAU Rp.500,-

2 GOLOK KECIL Rp.750,-

3 GOLOK SEDANG Rp.800,-

4 GOLOK BESAR Rp.900,-


(55)

Tabel 4.2: Jenis dan harga barang yang dihasilkan pandai besi Dusun Gaman Pada Tahun 2000-2004.

NO JENIS BARANG HARGA BARANG

1 PISAU Rp.8.000,-

2 GOLOK KECIL Rp.10.000,-

3 GOLOK SEDANG Rp.15.000,-

4 GOLOK BESAR Rp.20.000,-

5 SABIT Rp.10.000,-

6 TAJAK Rp.9.000,-

sumber: wawancara dengan pandai besi pertama di Dusun Gaman, Rolen Hasugian.

Tabel 4.3: Jenis dan harga barang yang dihasilkan pandai besi Dusun Gaman Pada Tahun 2004-2009

NO JENIS BARANG HARGA BARANG

1 PISAU Rp.10.000,-

2 GOLOK KECIL Rp.25.000-30.000,-

3 GOLOK SEDANG Rp.40.000-50.000,-

4 GOLOK BESAR Rp.50.000-60.000,-

5 SABIT Rp.12.000-20.000,-

6 TAJAK Rp.20.000-30.000,-

7 GURIS Rp.10.000-20.000,-

8 EGRET Rp.30.000-40.000,-

9 DODOS Rp.60.000-65.000,-

10 CANGKUL Rp.15.000-20.000,-


(56)

4.2.4 Aspek Kehidupan Pandai Besi Dari Tahun 1970-2009

Usaha pandai besi Dusun Gaman dalam kegiatan sehari-harinya selain mengandung nilai budaya juga mengandung nilai ekonomis bagi pandai besi terutama adalah untuk meningkatkan taraf hidup pandai besi dan keluarganya dan juga masyarakat sekitarnya. Pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan barang kerajinan dapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup masyarakat, dan juga mengurangi kecenderungan konsumsi produk luar negeri serta membantu usaha pemerintah dalam upaya meningkatkan ekspor nonmigas. Seiring dengan berkembangnya jenis dan peralatan dalam proses produksi tentu hasil dari usaha juga mengalami perkembangan terhadap pemilik usaha tersebut.

Usaha pandai besi Dusun Gaman yang berdiri pada tahun 1970 yang mana dalam kegiatan pekerjaan pandai besi masih menggunakan alat sederhana, tentu masih menghasilkan barang yang sederhana dan kualitas yang sederhana juga, hal ini tentu mempengaruhi pendapatan pandai besi. Pada tahun 1970-1980 pendapatan pandai besi masih terbilang sedikit,hal ini disebabkan selain penggunaan peralatan yang masih manual, juga karena masih sedikitnya konsumen yang mengetahui produk pandai besi Dusun Gaman. Pada tahun 1980-2002 pekerjaan pandai besi juga merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian pandai besi sehingga pendapatan dari pandai besi juga tidak terlalu mempengaruhi kehidupan ekonomi pandai besi.

Fluktuasi penghasilan pengrajin dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan permintaan konsumen dan keadaan musim turun ke ladang atau kesawah. Ini berarti


(57)

penghasilan para pengrajin tidak dapat dipastikan berapa besar jumlah penghasilan/pendapatan setiap hari maupun setiap bulan.

Rata-rata setiap pengrajin berpenghasilan antara Rp. 1.500,- sampai dengan Rp. 2.500,- setiap hari. Dalam satu bulan hari kerja efektif dari para pengrajin maksimal 26 hari (Rp. 39.000,- sampai dengan Rp. 65.000.- setiap bulannya ).Penghasilan seperti ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga guna menutupi kekurangan yang diperoleh dari hasil pertanian. Kebutuhan keluarga tersebut meliputi sandang dan pangan. Selain itu juga digunakan untuk membeli bahan baku dan bahan pelengkap secukupnya untuk melanjutkan pekerjaan pengrajin. Apabila ada sisanya baru digunakan untuk membiayai anak, membeli pakaian, dan perhiasan anak. Dalam artian pendapatan pandai besi masih pas-pasan belum bisa untuk ditabung guna untuk keperluan kedepannya. Selama penggunaan peralatan pandai besi masih manual pendapatan pandai besi terus seperti ini, walaupun demikian pandai besi Dusun Gaman tetap saja gigih dan terus melanjutkan pekerjaanya sebagai pandai besi. Tentu pekerjaan pandai besi sangat bermanfaat bagi rumah tangga dan bagi masyarakat desa Gaman, yang mana jika pihak laki-laki sedang tidak bekerja diladang karena musim hujan, maka mereka tetap memiliki pekerjaan lain yang bisa menambah pendapatan mereka. Tentu dalam hal ini pendapatan ekonomi padai besi berbeda dengan ekonomi masyarakat lain yang pekerjaan utamanya hanya bertani.

Setelah adanya peralatan dari listrik yang diberikan pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2009, ikut membantu kehidupan pandai besi, bisa


(58)

ditinjau dari segi pengerjaan sudah semakin ringan, dari segi waktu sudah bisa dilaksanakan sampai malam hari jika ada pesanan yang harus ditargetkan, dari segi kualitas dan kuantitas barang juga sudah semakin berkembang, pemasaran dan distribusinya juga sudah meluas ke berbagai daerah. Tentu dengan kriteria seperti ini ikut membantu pendapatan ekonomi pandai besi, yang mana dalam hal ini pandai besi selain bisa menyelesaikan puluhan produk setiap hari,ditambah jika mereka mempunyai pesanan dari masyarakat maka tentu pendapatan mereka semakin besar.

Rata-rata setiap pengrajin berpenghasilan antara Rp. 80.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- setiap hari. Dalam satu bulan hari kerja efektif dari para pengrajin maksimal 26 hari (Rp. 2.080.000,- sampai dengan Rp. 2.600.000,- setiap bulannya ). Pada tahun 2009 pendapatan seperti ini sudah lumayan banyak bagi pandai besi Dusun Gaman. Pedapatan ini diperoleh jika mereka hanya bekerja untuk keperluan dijual ke pasar dan ke koperasi, jika ada pesanan yang datang maka sudah tentu pendapatan mereka juga semakin bertambah.


(59)

BAB V

DAMPAK USAHA PANDAI BESI TERHADAP MASYARAKAT 5.1 Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Pandai Besi

Masyarakat yang beraktivitas adalah masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya,dan juga mampu membangun perekonomian terhadap keluarganya. Sistem perekonomian dimana pelaksanaan kegiatan pengawasannya, dan hasil dari kegiatan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat disebut juga ekonomi kerakyatan, yang dibangun pada kekuatan ekonomi rakyat dapat memberikan kesempatan luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana dengan baik. Manusia tidak pernah puas akan sesuatu hal yang selalu ingin mendapatkan nilai yang lebih sehingga mempengaruhi keinginan untuk mendapatkannya. Untuk itu diperlukan berbagai cara demi mencapai sebuah tujuan kearah yang lebih baik. Kehidupan yang diciptakan manusia tidak terlepas dari tujuan utama hidupnya. Manusia yang bertujuan hidup untuk kesejahteraan dirinya, akan terus berusaha mencari dan menemukan hal yang membuat dirinya sejahtera. Kebutuhan akan makan, kebutuhan materil lainnya, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebebasan berekspresi, apapun akan dilakukan demi tujuan itu.33

Pandai besi juga mengalami hal yang sama. Salah satu faktor munculnya pandai besi Di Dusun Gaman adalah karena faktor ekonomi.Dari kehidupan yang

33


(60)

selalu berkekurangan (ekonomi lemah ) membuat mereka mencari jalan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka yang bekerja sebagai pandai besi ingin menambah penghasilan demi menopang kebutuhan rumah tangga sebagai pendapatan tambahan. Selain bermanfaat bagi pandai besi berupa uang, dengan adanya usaha ini juga menambah keahlian dan kreativitas pandai besi. Yang paling nyata adalah sebagian dari pengrajin mengubah profesinya yang mana sebelumnya usaha kerajinan hanyalah usaha sampingan, tetapi kemudian bergerak menjadi pekerjaan utama dan penghasilan utama. Dari sini dapat juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan kesehatan serta taraf hidup yang lebih baik. Yang mana sebelum menekuni usaha pandai besi mereka mayoritas berpendidikan SD, sampai SMP, namun setelah itu anak-anak mereka telah memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan telah dapat memenuhi kebutuhan tersier.

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan ekonomi pandai besi dengan kehidupan ekonomi masyarakat yang hanya berkerja dalam bidang pertanian, dimana rumah,perlengkapan,dan pendidikan anak pandai besi lebih bagus dari masyarakat biasa, contohnya saja Rolen Hasugian dari pekerjaanya sebagai pandai besi dari tahun 1970 ia sudah dapat membangun rumah dengan lantai keramik, dan berdinding beton dan juga mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi, demikian juga dengan peralatan rumah Rolen, telah ada kulkas, tv, kompor gas,kamar mandi, dan sepeda motor. Pada umumnya tingkat kesejahteraan dikota dengan di desa berbeda, dimana dengan ktiteria ekonomi yang dimiliki Rolen Hasugian sudah


(61)

termasuk sejahtera, sedangkan dikota kriteria ekonomi seperti Rolen Hasugian masih tergolong biasa.

Selain bermanfaat bagi masyarakat pandai besi itu sendiri usaha pandai besi jug berguna untuk masyarakat sekitar, dimana masyarakat tidak perlu ke luar daerah untuk membeli peralatan pertanian dan peralatan dapur mereka, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk belanja keluar, karena jika ada masyarakat yang memesan kepada pandai besi, pandai besi tersebut juga kadang mau mengantarkan barang pesanan tersebut kepada konsumennya.

5.2 Mengurangi Tingkat Pengangguran Di Dusun Gaman

Dengan adanya usaha pandai besi di Dusun Gaman, Desa Sihastoruan Kecamatan Tarabintang, selain menjadi penopang ekonomi pandai besi itu sendiri usaha pandai besi Gaman juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi keluarga dan masyarakat sekitar mereka yang tidak merantau ke kota, karena tingkat pendidikan yang rendah. Biasanya anak-anak yang putus sekolah dan anak muda yang pulang dari perantauan dan tidak merantau ke kota akan ikut bekerja dalam usaha pandai besi Gaman. Selain bekerja sebagai panopa mereka juga bekerja sebagai penyedia bahan pelengkap untuk pandai besi, seperti pembuat gagang dan sarung golok. Contohnya: Adi Ramot Simamora adalah salah satu anak muda yang sudah pernah merantau ke kota Bengkalis, tetapi setelah habis kontrak dan tidak memperoleh pekerjaan lagi di kota, dia kembali ke kampung halamanya dan bekerja di usaha pandai besi bersama ayahnya.Sama halnya dengan Alex Limbong dan


(62)

Jordan Tinambunan mereka anak muda yang mengecap pendidikan sampai SMP, oleh karena itu mereka tidak merantau ke kota, mereka memilih bekerja di usaha pandai besi milik Rolen Hasugian, demikian juga dengan Harpan Nahampun beliau juga mengecap pendidikan sampai jenjang SD beliau juga tidak merantau, dia bekerja sebagai pangguris(penyadapkaret) dan pekerjaan sampingannya adalah pembuat gagang dan sarung golok, jika pandai besi meminta membuat gagang dan sarung golok kepadanya. Coky Hasugian juga merupakan warga Gaman yang menjadi penyedia arang untuk pandai besi beliau juga juga mengecap pendidikan sampai jenjang SMP, beliau sudah pernah merantau dan ketika dia di PHK dia kembali ke kampung halamanya, dikampung dia membantu orangtuanya bekerja diladang, tetapi dia juga bekerja menyediakan arang untuk pandai besi.

5.3 Meningkatkan Eksistensi Nama Dusun Gaman Itu Sendiri

Usaha pandai besi yang sudah ada sejak tahun 1970 samapi saat ini selain memberikan keuntungan sebagai nilai ekonomis, dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan juga bermanfaat secara keseluruhan kepada Dusun Gaman tersebut. Dengan barang-barang yang diproduksi pandai besi mulai dari peralatan pertanian dan peralatan dapur seperti golok, sabit, pisau, dodos, eggrek, pisau, kampak, dan guris yang berkualitas bagus dan dipasarkan ke berbagai daerah, membuat nama Dusun Gaman ini dikenal masyarakat sebagi desa Pengrajin pandai besi. Akan tetapi barang yang paling terkenal dari antara barang olahan pandai besi adalah Golok, yang dikenal masyarakat dengan Golok Gaman dengan berbagai ukuran lengkap dengan sarungnya.


(63)

Dengan adanya pandai besi di Dusun Gaman ini menjadi ciri khas Dusun Gaman itu sendiri, dibandingkan dusun dan desa desa yang lain. Ini bisa dilihat dari monument yang dibangun anak muda Dusun Gaman pada tahun 2004, yaitu monument dengan gambar golok, monument ini dibuat sebagai monument selamat datang dan selamat jalan dari Dusun Gaman, sebagai dusun satu-satunya yang memiliki pandai besi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Monument ini bisa kita lihat jika kita sedang melintas dari arah parlilitan menuju tarabintang atau pakkat. Pandai besi di Dusun Gaman menjadi kebanggaan masyarakat Gaman itu sendiri yang mana wilayah mereka dikenal masyarakat luar karena pandai besi dan barang-barang mereka yang banyak dipakai oleh masyarakat penduduk. Pandai besi yang jumlahnya hanya sebagian kecil dari total penduduk telah memberi warna dan memberikan kontribusi besar bukan hanya kepada masyarakat Dusun Gaman tetapi kepada masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan secara keseluruhan .


(64)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Keterampilan yang dimiliki oleh pandai besi menjadi sebuah Usaha pandai besi merupakan suatu usaha keluarga yang berlangsung dalam lingkungan rumah tangga yang sudah ada sejak tahun 1970 sampai saat ini di Dusun Gaman Desa Sihastoruan Kecamatan Tarabintang. Usaha pandai besi ini diperoleh melalui pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teknologi dan peralatan yang digunakan awalnya hanya mengandalkan tangan dan alat sederhana serta keterampilan yang diwariskan melalui pendidikan non formal bukan pendidikan formal. Bahan baku umumnya dibeli dari bengkel mobil yang ada di dalam dan luar daerah Dusun Gaman, sedangkan bahan pelengkap diperoleh dari masyarakat Dusun Gaman tersebut. Hasil usaha pandai besi sudah berorientasi pada pasar sehingga hasil usaha pandai besi Dusun Gaman ini sudah terkenal ke berbagai daerah.

Hal yang mendorong mereka untuk mengubah tingkat perekonomian mereka, sekaligus menjadi sebuah lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang berminat dalam kegiatan pandai besi.Usaha kecil yang muncul dikalangan masyarakat Dusun Gaman menjadi sebuah hal yang patut dibanggakan yang mana usaha ini mampu menunjukkan kualitasnya yang dapat bertahan dan berkembang walau banyak tantangan yang harus dihadapi. Untuk mencapai tingkat kesuksesan tersebut tidaklah semudah apa yang diharapkan mengingat ketika berlakunya undang-undang sajam


(65)

(senjata tajam), yang sempat mempengaruhi tingkat produksi pandai besi dan juga daya saing produk pandai besi dengan produk luar yang berbahan plastik.dan semacamnya yang akan mengurangi minat konsumen terhadap produk pandai besi.Hal itu telah dialami oleh para pandai besi terlebih dahulu yang mana pada awal perintisannya mereka harus menghadapi berbagai tantangan, baik itu dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Adapun hambatan dari dalam adalah berupa permodalan, penggunaan alat yang masih tradisional, alat transportasi yang masih minim dan juga proses pemasaran yang kurang memadai. Tetapi dengan adanya perhatian dari pemerintah yang memberikan bantuan tambahan kepada pandai besi dengan memberikan peralatan pandai besi dengan menngunakan listrik membuat pandai besi merasa terbantu. Kuantitas dan kualitas pandai besi mulai berkembang setelah diberikannya bantuan tersebut, pemasarannya juga tidak hanya mencakup pasar lokal tetapi juga sudah sampai ke luar kabupaten.

Kehadiran usaha pandai besi ini dapat mengubah tingkat ekonomi para pandai besi yang berpengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya dan kesehatan keluarganya, dengan adanya usaha pandai besi juga telah menjadi tingkat popularitas dan eksistensi Dusun Gaman tersebut dikenal sampai ke berbagai daerah. Dalam artian usaha pandai besi Dusun Gaman mampu menciptakan warna bagi masyarakat Gaman dan masyarakat luar melalui kualitas dan kuantitas pandai besi Gaman.


(66)

6.2 Saran

Sebagai bangsa yang majemuk selain memiliki berbagai macam suku dan budaya yang menjadi sebuah kekayaan Indonesia juga memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih perlu digali dan dibina supaya dapat menghasilkan nilai ekonomi yang mengarah terhadap kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk mencapai sebuah keseimbangan ekonomi kerakyatan, misalnya dengan mendaur ulang barang-barang bekas menjadi produk baru, mengolah tumbuhan di lingkungan seperti bambu, kelapa, dan bahan-bahan lainnya menjadi sebuah barang bermanfaat yang bisa menghasilkan nilai ekonomi.

Sama halnya dengan usaha pandai besi Dusun Gaman meskipun digolongkan terhadap usaha berbasis kecil dan berorientasi usaha rumah tangga, akan tetapi dengan keterampilan yang dimiliki sumber daya manusia dapat mengolah sumber daya alam yang ada di sekitar masyarakat Dusun Gaman tersebut setidaknya mampu menambah nilai ekonomi bagi pelaku ekonomi tersebut. Dengan demikian sebagai hasil karya anak bangsa perlu dibina dan dikembangkan supaya kecintaan akan produk dalam negeri semakin meningkat pula. Untuk mencapai hasil tersebut diharapkan kerja sama dari berbagai pihak, baik pihak pemerintah, masyarakat, dan pandi besi tersebut.

Adapun saran penulis dalam tulisan ini sebagai sebuah usulan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan ekonomi masyarakat menengah ke bawah


(67)

yang sangat membutuhkan perhatian berupa pemberian modal dan sarana transportasi dalam pengembangan usaha. Sampai saat ini para pandai besi masih terkendala dengan modal dan alat transportasi. Selain itu pemerintah diharapkan dapat membantu pandai besi dalam proses pemasaran barang-barang produksi.

Dengan mengadakan hubungan kerja sama dan terobosan pasar dengan pihak dan badan usaha tertentu seperti BUMN yang bergerak di bidang perkebunan di Sumatera utara khususnya dalam pengadaan alat-alat pertanian seperti golok atau parang panjang, arit, dodos akan membantu pandai besi untuk menambah nilai ekonomi baran usaha mereka sekaligus menjadi sarana luasnya pemasaran hasil usaha pandai besi Dusun Gaman.

Bagi masyarakat juga diharapkan untuk tetap tetap mencintai produk lokal dibandingkan produk luar, selain itu masyarakat juga perlu menjalin kerja sama dan toleransi yang baik antara para pengrajin dengan masyarakat lain supaya tercipta hubungan sosial yang harmonis.

para pandai besi juga diharapkan tetap memproduksi karya-karya baru dengan desain yang tetap memperhatikan kualitasnya sehingga dapat bersaing dengan barang dan kerajinan yang sekarang ini semakin banyak.


(68)

BAB II

GAMBARAN UMUM DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN

KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN 2.1 Letak geogrfafis Dusun Gaman Desa Sihastoruan

Desa Sihastoruan terbagi menjadi 4 dusun yaitu, Dusun Gaman, Dusun Gaman Toruan, Dusun Situmeang dan Dusun Onggol, termasuk Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini merupakan salah satu desa dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan Tarabintang. Sihastoruan merupakan kepanjangan dari Sihotang Hasugian Toruan, disebut sebagai Desa Sihotang Hasugian Toruan karena penduduk desa ini kebanyakan marga Sihotang dan Hasugian.

Terletak pada ketinggian 700-1000 m diatas permukaan laut, dengan topografi berbukit-bukit atau pengunungan, banyaknya curah hujan pertahun 2000 mm, dan suhu udara rata-rata 280 C. Desa Sihastoruan berbatasan dengan Kecamatan Parlilitan di sebelah Utara, Desa Marpadan di sebelah Timur, Desa Sihombu di sebelah Selatan, dan Desa Tarabintang di sebelah Barat. Jarak kota Medan sebagai ibukota provinsi adalah 400 Km, Doloksanggul sebagai ibukota kabupaten adalah 50 Km, jarak Tarabintang sebagai ibukota kecamatan adalah 12 Km. Luas Desa Sihastoruan adalah sekitar 46 Km2. wilayahnya merupakan pedesaan yang masih dikelilingi hutan yang ditumbuhi tanaman keras, sedangkan pada lahan yang datar dijadikan persawahan dan ladang yang dapat ditanami padi dan tanaman-tanaman muda. Di wilayah Desa ini


(69)

mengalir beberapa sungai kecil yang mengelilingi Desa Sihastoruan, sungai inilah yang dimanfaatkan penduduk desa untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak, mandi, mencuci, menjala, dan juga untuk mengairi sawah. Pola pemukiman didesa ini adalah pola berbanjar dengan posisi rumah berhadap-hadapan satu dengan lainnya,lantai dan dinding terbuat dari papan dan seng.

Hanya sebagian kecil saja rumah penduduk yang terbuat dari keramik dan beton. Jalan yang terbentang dihadapan rumah merupakan halaman bersama seluruh warga desa, pada umumnya halaman warga desa masih luas, sehingga halaman ini biasa digunakan sebagai tempat untuk bermain anak-anak, melaksanakan upacara adat dan tempat para pengrajin melaksanakan kegiatannya. Pada bagian belakang, biasanya terdapat kandang ternak babi atau ayam, diantara kandang ternak tersebut biasanya ditanami kopi, rambutan, langsat, sirsak dan lain-lain.

2.2 Komposisi Penduduk

Mata pencaharian di kecamatan Tarabintang pada umumnya adalah bertani. Hal ini terjadi karena wilayah pertanian yang masih luas. Mayoritas penduduk adalah petani padi yang kemudian merangkap menjadi petani karet, di Desa Sihastoruan tepatnya di Dusun Gaman sebagian masyarakat juga bekerja sebagai pengrajin. Dalam hal pekerjaan, terdapat pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Biasanya laki-laki akan turun tangan menangani pohon karet mereka sedangkan perempuan akan bekerja disawah atau diladang.


(70)

Data-Data Penduduk Desa Sihas Toruan

NO KETERANGAN JUMLAH ( JIWA )

1 Jumlah Laki-Laki 436

2 Jumlah Perempuan 404

3 Pendidikan SD 345

4 Pendidikan SLTA 169

5 Pendidikan D3/S1 13

Sumber: Data Umum Desa Sihas Toruan, Kantor Kepala Desa Sihas Toruan Tahun 2009.

2.3 Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Sihastoruan didominasi kehidupan sebagai petani, karyawan baik negri/swasta dan pedagang. Kehidupan ekonomi ini tampak dalam hal pemilikan rumah tempat tinggal, kelengkapan rumah tangga, makanan, pendidikan dan juga pakaian. Sebagian besar rumah tempat tinggal penduduk terbuat dari bahan baku kayu baik untuk lantai maupun dindingnya, atap rumah umumnya telah menggunakan seng ada juga rumah yang sudah berlantaikan semen, sebagian masyarakat juga sudah berlantai keramik dan berdinding beton.

Begitu pula pemilikan dalam kelengkapan rumah tangga masih tampak jelas, belum semua warga yang mempunyai TV dirumahnya, akan tetapi baik di kedai kopi maupun kedai tuak televisi dapat kita temukan. Sebagaiman biasanya masyarakat Batak baik Batak Toba maupun Pakpak nasi adalah makanan utama, frekuensi makan


(71)

nasi tiga kali satu hari, yakni pagi, siang, dan malam. Dalam bersantap makanan tidak ketinggalan lauk dan sambal, lauk yang biasa dimakan warga adalah ikan asin, dan kadang-kadang ikan yang dipancing dan di jala dari sungai seperti ikan haporas, ikan gaman, dan ikan anak garing dan juga lauk dari hewan buruan atau yang didapat warga dari jorat atau perangkap yang dipasang warga di kebun karet mereka, seperti kancil, monyet, dan babi hutan. Biasanya jika warga mendapatkan hasil perangkapnya maka akan dimakan bersama oleh warga dan dibuat tambul9oleh laki-laki yang minum tuak, sedangkan sayur-sayuran biasanya langsung dari ladang warga dipetik dan dimasak menunggu hari pekan yang ada sekali seminggu di ibukota kecamatan. Kebiasaan lain yang dikenal warga Desa Sihastoruan adalah

manggadong10

Masyarakat Desa Sihastoruan sebagian besar belum memiliki kamar mandi, sehingga untuk mandi, mencuci, dan mengangkat air semua dari sungai yang mengalir berada dekat rumah penduduk. Sarana penerangan sudah menjangkau sampai ke desa-desa sehingga sebagian besar penduduk sudah memanfaatkan fasilitas penerangan berupa listrik tersebut. Masih sedikit masyarakat yang memiliki kendaraan roda dua apalagi memiliki mobil masih bisa dihitung jari. Untuk bepergian ke kota Medan hanya ada satu bus yaitu Sampri yang sejak dulu sampai saat ini masih beroperasi.

,akan tetapi sekarang telah berkembang dan bervariasi jenis makananya, seperti goreng pisang, lepat, mi sop, mi ayam dan bakso.

9

Tambul sejenis makanan yang diminum bersama tuak atau nira . 10

Manggadong adalah sejenis makanan pengganti nasi pada zaman dulu yang artinya memakan ubi.


(72)

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anak-anak kaum ibu bekerja di ladang dan sawah mereka, sedangkan kaum ayah bekerja dikebun karet dan diusaha pandai besi bagi yang memiliki usaha pandai besi, anak-anak biasanya membantu orangtua setelah pulang sekolah. Kebutuhan warga desa ini agaknya masih tergolong sederhana apabila ditinjau dari segi pemilikan barang-barang serta menu makanan serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2.4. Kehidupan Sosial Budaya

Penduduk Desa Sihastoruan mengikuti garis keturunan Patrilineal, yakni sistem penarikan garis keturunan mengikuti pihak laki-laki, oleh karena itu, bapak adalah sumber keturunan dan kekuasaan maka garis keturuna patrilineal berlaku sampai saat ini di Desa tersebut. Satu keturunan kelompok yang mempunyai garis keturunan yang sama berdasarkan nenek moyang yang sama dinamakan marga.Suatu kelompok kekerabatan didesa ini dihitung berdasarkan satu bapak atau ayah (sa ama)satu kakek atau nenek moyang(sa ompu). Warga desa ini masih menunjukkan garis hubungan kekerabatan terhadap kaum kerabatnya sampai beberapa generasi sebelumnya. Satuan kekerabatan yang paling kecil adalah keluarga batin yang disebut ripe yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Satuan kekerabatan yang lebih besar adalah marga yang dapat berarti klen. Bagi mereka kesamaan marga sangat penting karena orang yang satu marga masih merasa satu keturunan yang sangat dekat. Hal ini menimbulkan adanya rasa persaudaraan yang bertanggungjawab satu sama lain, meskipun telah dipisahkan oleh garis keturunan yang cukup jauh.


(73)

Perkawinan yang semarga tidak diperbolehkan dan dianggap tabu oleh warga Desa.Suatu perkawinan mengakibatkan terjadinya hubungan antar kelompok-kelompok kerabat dari seseorang dengan kelompok-kelompok kerabat tempat istrinya berasal dan kelompok kerabat suaminya. Kelompok pemberi anak disebut dengan hula-hula, kelompok penerima anak disebut dengan boru, sedangkan kelompoknya sendiri disebut dengan dongan sabutuha. Secara keseluruhan ketiga kelompok ini dinamakan

Dalihan Na Tolu dan merupakan prinsip dasar yang menjadi landasan dan ukuran dalam tata hubungan sosial orang Batak Toba. Dalihan Na Tolu tidak hanya sekedar menetapkan struktur sosial dan fungsi sosial masyarakat Toba, tetapi juga menetapkan sikap dan perilaku yang patut ditampilkan oleh setiap kelompok. Manat

atau berhati-hati merupakan sikap terhadap dongan sabutuha (marga yang sama). Somba atau hormat merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap hula-hula dan

elek atau lemah lembut merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap boru.

Hubungan tersebut digambarkan dalam suatu kalimat yang bersifat hipotesis dan selalu diucapkan oleh orang Batak Toba pada umumnya yakni “somba marhula-hula”, “elek marboru”, dan “manat mardongan tubu” yang kira-kira berarti sembah sujud kepada hula-hula, bersifat membujuk pada boru, dan berhati-hati terhadap kerabat semarga.11

Disamping kelompok kekerabatan dalam masyarakat Desa Sihastoruan terdapat pengelompokan sosial seperti dongan sahuta, yaitu( kerabat satu kampung /desa) yang merupakan kesatuan yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal,

11


(74)

dongan saparadaton yaitu (pengelompokan sosial yang didasarkan atas kesatuan dalam kerja adat). Biasanya kelompok ini adalah gabungan dari beberapa desa yang masih mempunyai hubungan kekerabatan walaupun sudah agak jauh. Biasanya ibu-ibu yang masih semarga atau semarga suaminya mempunyai kumpulan yang disebut dengan arisan yang dilakukan sekali sebulan secara bergilir dirumah masing-masing anggota. Selain untuk menjalin kekeluargaan ibu-ibu ini juga membuat kumpulan uang khas guna menambah simpanan untuk keperluan mendadak dan keperluan lainya.

Dalam adat-istiadat penduduk desa ini sangat ditekankan menghormati orangtua dan orang yang lebih tua. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kerja adat di desa ini. Selain itu terdapat pula pantangan terhadap anak untuk menyebutkan nama orang tua, biasanya mempunyai panggilan berdasarkan nama anaknya yang tertua.

Di desa Sihastoruan masih sering diselenggarakan upacara-upacara adat terutama upacara dalam daur hidup atau mangukkal holi,12

12

Mangungkkal holi adalah upacara atau pesta menggali tulang tulang nenek moyang yang telah lama meninggal dan menyatukan nya dengan keluarganya yang sudah meninggal juga dalam suatu tugu yang telah dibangun, acara mangukkal holi adalah salah satu pesta besar bagi orang Batak Toba

meskipun dalam pelaksanaanya telah diwarnai oleh upacara keagamaan khususnya agama Kristen. Dengan masuk dan berkembangnya kehidupan beragama di Desa Sihastoruan sangat berpengaruh dalam kehidupan seluruh warga desa khusunya bagi keluarga inti, hal ini dapat dilihat dari keluarga inti dimana suami sebagai kepala keluarga tidak ada yang mempunyai istri


(75)

lebih dari satu, selain itu sangat jarang ditemukan kasus perceraian suami-istri di Desa Sihastoruan.

Disamping satuan sosial yang didasarkan atas kesatuan geneologis dan kesatuan teritorial, terdapat pula kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan agama, satuan sosial yang didasarkan atas agama dibedakan berdasarkan sektenya, yaitu sekte HKBP, sekte GKLI, dan Katolik. Setiap sekte memiliki perkumpulan kaum ibu, perkumpulan bapak-bapak, dan perkumpulan remaja atau muda-mudi. Kegiatan kelompok tersebut diutamakan untuk tujuan pengembangan kerohanian dan mengisi sebagian dari acara kebaktian setiapa hari minggu di gereja.

Di Desa Sihastoruan terdapat lembaga PKK, Poskesdes dan Posyandu, disamping itu terdapat pula lembaga sosial dibidang pendidikan formal seperti PAUD dan SD. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih warga desa melaksanakan gotong royong sekali dalam dua bulan, belum terdapat balai desa sebagai tempat rapat atau pertemuan warga, dinas dan pejabat yang mengadakan pertemuan. Jika ingin diadakan rapat atau pertemuan maka akan diadakan di rumah kepala desa dan rumah raja huta.

Penduduk Desa Sihastoruan terdiri dari etnis Batak Toba dan Etnis Pakpak. Ini terlihat dari daftar marga-marga di buku data penduduk Desa Sihastoruan, terdiri dari marga: Hasugian, Sihotang, Tumanggor, Meka, Nahampun, Tinambunan, Limbong, Simamora, Silalahi, Pandiangan, Butar-butar, Sinaga, Pane, Sihaloho,


(76)

Simbolon, Purba dan lain-lain.13

Saat ini akibat terjadinya migrasi dan tingginya mobilitas, kelompok masyarakat yang mengaku etnis Pakpak sudah menyebar hampir keseluruh wilayah nusantara, walaupun dibandingkan dengan sub etnis Batak lainnya jumlahnya termasuk minoritas dan tertinggal ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Berdasarkan

Meskipun terdapat dua etnik yang mendominasi akan tetapi masyarakat Desa Sihastoruan hidup rukun dan hampir tidak pernah ada kesenjangan sosial diantara mereka. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sihastoruan menggunakan Bahasa Pakpak atau lazimnya disebut Bahasa Dairi, meskipun menggunakan bahasa Dairi dalam bahasa sehari-hari mereka juga mengerti dan mahir berbahasa Batak Toba. Adat yang dipakai dalam pesta adalah adat Batak Toba dan ibadah gerja juga menggunakan Bahasa Batak Toba.

Bayak kalangan yang mengelompokkan pakpak sebagai bagian dari sub etnis Batak, pendapat ini bisa saja bila ditinjau dari berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, seperti adanya kesamaan struktur sosial, bahasa, dan sistem kekerabatan yaitu menganut prinsip patrilineal. Secara geografis sub etnis Pakpak berbatasan langsung dengan sub etnis Batak lainnya, malah beberapa nama marga dari masing-masing sub etnis hampir sama sebutannya dan bahkan diakui berasal dari nenek moyang yang sama. Contohnya marga Manik Siketang (Sihotang), Lembeng(Limbong), Kebeaken (Habeahan) dan marga-marga lainya. Secara teoritis kesamaan dapat terjadi karena faktor intensitas dan intervensi dari proses difusi, akulturasi, dan asimilasi, disamping didukung oleh faktor geografi.

13


(1)

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang Usaha Pandai Besi Di Dusun Gaman Desa Sihastoruan Kecamatan Tarabintang Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 1970-2009. Adapun yang menjadi persoalan skripsi ini adalah latar belakang munculnya usaha pandai besi, Bagaimana perkembangan usaha pandai besi, Bagaimana dampak usaha pandai besi di Dusun Gaman Desa Sihastoruan. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk menjelaskan latar belakang munculnya usaha pandai besi, perkembangan usaha pandai besi, dampak usaha pandai besi di Dusun Gaman Desa Sihastoruan. Kajian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah melalui heuristik, kritik, interpretasi dan historoiografi.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam usaha pandai besi pada dasarnya adalah usaha rumah tangga yang diwarisi dari generasi kegenerasi berikutnya melalui pendidikan informal. Usaha ini dibuka untuk menambah nilai ekonomi pemiliknya dan memenuhi permintaan pasar. Usaha pandai besi di Dusun Gaman masih bersifat tradisonal dengan proses pengerjaan yang masih sederhana. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan manusia proses pengerjaan pandai besi ikut mengalami perunahan, yang mana pandai besi tidak lagi bekerja secara manual dengan mengandalkan tangan, tetapi sudah beralih dengan menggunakan peralatan dan mesin dari listrik. Perkembangan ini sudah tentu berpengaruh terhadap ekonomi keluarga pandai besi dan terhadap desa itu sendiri. Dengan adanya pandai besi di Dusun Gaman, nama Dusun tersebut menjadi tidak asing bagi masyarakat asing.


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ... 8

1.5. Metode Penelitian ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN 2.1. Letak Geografis Dusun Gaman Desa Sihastoruan ... 13


(3)

2.3. Kehidupan Ekonomi ... 15

2.4. Kehidupan Sosial Budaya ... 17

2.5. Sejarah Dusun Gaman Desa Sihastoruan ... 26

2.5.1. Sebelum Penjajahan Belanda ... 26

2.5.2. Masa Penjajahan Belanda... 27

2.5.3. Masa Pemerintahan Pendudukan ... 28

2.5.4. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia………... 28

BAB III LATAR BELAKANG MUNCULNYA USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN PADA TAHUN 1970 3.1. Sejarah Munculnya Usaha Pandai Besi di DusunGaman ... 32

3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Usaha Pandai Besi di Dusun Gaman ... .34

3.2.1. Faktor Ekonomi ... .34

3.2.2. Faktor Kekerabatan ... 37

3.2.3. Faktor Keterampilan ... 39

3.3 Aktivitas Pandai Besi ... 40


(4)

3.3.2. Alat-Alat dan Bahan Baku yang Digunakan Pandai Besi ... 43

3.3.3. Cara Memilih Bahan Baku yang Bagus ... 45

3.3.4. Proses Menempa ... 45

3.4. Benda-Benda Hasil Tempahan Pandai Besi ... 47

3.5. Distribusi Dan Pemasaran Hasil Produksi Pandai Besi ... 48

BAB IV PERKEMBANGAN USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DARI TAHUN 1970-2009 4.1. Sejarah Pandai Besi di Beberapa Wilayah Indonesia ... 50

4.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Usaha Pandai Besi di Dusun Gaman..51

4.2.1.Aspek Penggunaan Peralatandalam Usaha Pandai Besi Dusun Gaman dari Tahun 1970-2009 ... 54

4.2.2. Aspek kualitas dan Kuantitas Hasil Produksi Usaha Pandai Besi Dusun Gaman Dari Tahun 1970-2009... 57

4.2.3. Aspek Distribusi dan Pemasaran Hasil Usaha Pandai Besi Dusun Gaman Dari Tahun 1970-2009 ... 58

4.2.4. Aspek Kehidupan Pandai Besi Dusun Gaman dari Tahun 1970-2009 ... 62


(5)

BAB V DAMPAK USAHA PANDAI BESI TERHADAP MASYARAKAT

5.1. Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Pandai Besi ... 66

5.2. Mengurangi Tingkat Pengangguran Di Dusun Gaman ... 68

5.3. Meningkatkan Eksistensi Nama Dusun Gaman Itu Sendiri ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 71

6.2. Saran. ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR INFORMAN ... 76


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2. Data-Data Penduduk Desa Sihas Toruan Tahun 2009………15

Tabel 4.1. Jenis dan Harga Barang yang Dihasilkan Pandi Besi Tahun 1970-2000 ... 60

Tabel 4.2.Jenis dan HargaBarang yang Dihasilkan Pandi Besi Tahun 2000-2004 . .61

Tabel 4.2.Jenis dan Harga Barang yang Dihasilkan Pandi Besi Tahun 2004-2009 ... 62