d. Pertumbuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Serpong
Keberhasilan suatu penerimaan pajak tidak lepas dari banyaknya jumlah WP yang menyetor dan membayar pajak terutangnya, serta
pengelolaan dalam sistem pembayaran dan pelaporan pajak yang baik. Dalam meningkatkan penerimaan pajak di wilayah Banten, maka KPP
Serpong sebagai instansi atau lembaga di bawah DJP yang bertugas memungut pajak, aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar
terdaftar menjadi WP. Dibawah ini merupakan pertumbuhan WP terdaftar serta WP efektif yang ada di KPP Serpong.
Tabel 4.3 Pertumbuhan WP pada KPP Pratama Serpong
Tahun WP Terdaftar
WP Efektif 1999 sebelum Intranet
3.771 2.702
2000 sebelum Intranet 4.379
3.502 2008 sesudah Intranet
49.378 48.269
2009 sesudah Intranet 61.805
60.350
Sumber : KPP Pratama Serpong
2. Uji statistik
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan sebelum dan sesudah penggunaan Intranet berdasarkan
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP terhadap penerimaan pajak pada KPP Serpong. Hubungan kedua variabel tersebut yaitu
pengelolaan SSP dan penerimaan pajak dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
51
Tabel 4.4 SSP yang Disampaikan dan Penerimaan PPh KPP Pratama Serpong
Tahun Jumlah SSP
Penerimaan Pajak 1999 sebelum Intranet
1.705 23.620.677.057
2000 sebelum Intranet 2.111
30.847.662.400 2008 sesudah Intranet 25.896 454.072.000.000
2009 sesudah Intranet 36.928 616.090.000.000 Catatan : Sampai dengan bulan Desember
a.
Uji Beda T-Test
Tabel 4.5
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SSP1 SSP2
N 24
24 Mean
159.00 2617.67
Normal Parameters
a
Std. Deviation 23.348
558.044 Absolute
.134 .212
Positive .117
.197 Most Extreme Differences
Negative -.134
-.212 Kolmogorov-Smirnov Z
.659 1.037
Asymp. Sig. 2-tailed .778
.232 a. Test distribution is Normal.
Pada tabel 4.5 menunjukkan normalitas dari uji NPar Tests yaitu sebelum penggunaan SSP normalitasnya 0,778 sedangkan setelah
menggunakan sistem intranet normalitasnya 0,232 sehingga H
1
: µ
1
≠ µ
2
yang berarti kedua rata-rata populasi adalah tidak identik rata-rata
52
populasi pengunaan sebelum dan sesudah intranet adalah berbeda secara nyata.
Tabel 4.6 T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
SSP1 159.00
24 23.348
4.766 Pair 1
SSP2 2617.67
24 558.044
113.910
Dari hasil uji t-test pada tabel 4.6 menunjukkan standar deviasi SSP 1 sebesar 23.348 sedangkan setelah diberlakukannya sistem Intranet
menjadi 558.044 pada SSP 2. Sehingga dapat disimpulkan setelah penggunaan intranet standar deviasi menjadi meningkat.
Tabel 4.7
Paired Samples Correlations
N Correlation
Sig. Pair 1 SSP1
SSP2 24
.917 .000
Tabel 4.7 menunjukkan hasil korelasi antara dua variabel, yang menghasilkan angka 0,917 dengan nilai probabilitas kurang dari 0,05 lihat
nilai signifikansi output yang 0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara rata-rata penyetoran SSP 1 dengan rata-rata penyetoran SSP 2
adalah kuat dan signifikan.
53
Tabel 4.8
Paired Samples Test
Paired Differences 95 Confidence Interval of
the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower Upper
T df
Sig. 2- tailed
Pair 1
SSP1 – SSP2
-2.459E3 536.714
109.556 -2685.301
-2232.032 -22.442
23 .000
Pada tabel 4.8 dapat melihat perbandingan t hitung dan t tabel. Data hitung menunjukkan Lower=
-
2685.301 dan Upper= -2232.032 sedangkan data tabel menunjukkan 2.0129 untuk nilai Lower dan Upper.
Sehingga dapat disimpulkan t hitung t tabel maka Ho diterima. Hasil uji statistik ini sejalan dengan penelitian Rosalinda Hasanah
2006:64 2008:76 yang menyatakan bahwa pengelolaan sistem MP3 terhadap optimalisasi penerimaan pajak berpengaruh secara signifikan.
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan dalam bentuk tesis yang dilakukan oleh Mineati Somya Lasmana 2005, hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa variabel penerapan sistem MP3 memiliki korelasi yang sangat kuat dan signifikan dengan tingkat kepuasan. Model yang
dihasilkan menyatakan bahwa kualitas penerapan sistem MP3 yang baik akan meningkatkan kepuasan, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
penerapan sistem MP3 yang baik memiliki kecenderungan WP untuk membayar kewajibannya secara sukarela, sehingga penerimaan pajak akan
lebih optimal.
54
Penelitian ini dapat mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agus Sofyan 2007:104, yang menyatakan bahwa
penerapan sistem Administrasi Perpajakan Modern SAPM terutama penerapan e-filling dan e-payment MP3 berpengaruh positif terhadap
peningkatan kepatuhan WP dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Dari hasil penelitian tersebut akan terjadi peningkatanoptimalisasi
penerimaan pajak, sehingga hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan ada perbandingan yang signifikan sebelum
dan sesudah penggunaan intranet berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP terhadap penerimaan pajak.
Kemudian diperjelas oleh penelitian yang dilakukan oleh Idrus 2008 dengan judul “Analisis pengaruh pengelolaan SSP berdasarkan
sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak MP3 terhadap optimalisasi penerimaan pajak”, dan hasil dari penelitian tersebut
menjelaskan bahwa hubungan antara pengelolaan SSP dengan sistem MP3 adalah signifikan serta dengan pengelolaan SSP berdasarkan sistem MP3
mampu meningkatkan penerimaan pajak. Dengan hasil penelitian sebelumnya maka memperkuat hasil
temuan penelitian ini yang menjelaskan bahwa sesudah diberlakukannya penggunaan intranet berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak SIDJP secara signifikan dan sangat kuat dalam meningkatkan penerimaan pajak di tiap tahunnya. Peneliti menduga bahwa pengaruh
yang signifikan antara sesudah diberlakukannya penggunaan intranet
55
berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP dengan penerimaan pajak karena sistem SIDJP merupakan bagian perbaikan
sistem administrasi perpajakan terbaru yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk meningkatkan kepuasan, kesadaran dan kepatuhan WP. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djoko dan Junaedi yang dikutip dari Skripsi Marcus taufan Sofyan 2004:46, ”Langkah-langkah perbaikan
administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan WP patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan serta pajak
yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Kedua WP akan patuh karena mereka berfikir bahwa mereka akan mendapat
sanksi berat akibat pajak yang tidak dilaporkan terdeteksi sistem informasi dan administrasi perpajakan serta kemampuan crosschecking informasi
dengan instansi lain”. Membayar pajak adalah kewajiban siapa pun yang mengaku
sebagai warga negara dalam sebuah negara. Tapi praktek di lapangan, banyak warga yang sengaja bersembunyi agar tidak membayar pajak.
Solusinya, modernisasi perpajakan wajib hukumnya. Itu adalah fenomena hampir di negara mana pun, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun salah
satu syarat pemungutan pajak yang dikutip dari pendapat para ahli yaitu pemungutan pajak harus efisien yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh
karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk
56
dilaksanakan. Serta pemungutan pajak harus sederhana yaitu Sistem yang sederhana akan memudahkan WP dalam menghitung beban pajak yang
harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi para WP untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika
sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak
www.wikipedia.com .
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Dirjen Pajak melakukan pembentukan kantor dan penerapan sistem modern, juga ditandai dengan
penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan online payment
MP3, e-SPT, e-filling, e-registration dan sistem informasi Media Indonesia, 30 Oktober 2007.
Menurut sekretaris Direktorat Jenderal Pajak I Gusti Ngurah Mayun Winangun Media Indonesia, 30 Oktober 2007, penerapan sistem
administrasi perpajakan modern dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanaan kepada WP. Penerapan sistem tersebut mencakup aspek-aspek
perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP, perubahan implementasi pelayanan kepada WP, fasilitas pelayanan yang
memanfaatkan teknologi informasi dan kode etik pegawai dalam rangka menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas KKN. Menurutnya,
perbaikan sistem dan prosedur kerja melalui pembentukan kantorunit kerja dengan sistem modern akan berdampak pada pertumbuhan yang
tinggi dan perbaikan citra aparat pajak.
57
Ditjen Pajak, sebagai organisasi pemerintah yang terkait dengan seluruh sektor kehidupan masyarakat, menyadari sepenuhnya tanpa
improvisasi di bidang teknologi informasi, dinamika bisnis tidak akan mampu diantisipasi. Pemanfaatan teknologi informasi secara tepat mampu
mendukung program tranparansi dan keterbukaan, dimana kemungkinan terjadinya KKN, termasuk didalamnya penyalahgunaan kekuasaan dapat
diminimalisasi Media Indonesia, 30 Oktober 2007. Kedepan Direktorat Jenderal Pajak DJP harus meningkatkan
sosialisasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP, meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia, serta melakukan koordinasi
dengan pihak Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro, serta menyempurnakan prosedur dan program insentif bagi bank-bank persepsi.
Sehingga penerimaan pajak yang ingin dicapai akan optimal atau meningkat di tiap tahunnya sesuai dengan target yang diberikan oleh
pemerintah.
58
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI