Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Direktorat Jenderal Pajak DJP terbilang sering melakukan reformasi perpajakan. Mulai dari mereformasi Undang-undang UU perpajakan sampai dengan aturan pelaksanaannya juga upaya-upaya menutup berbagai celah rawan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN yang memang diyakini ada dalam Undang-undang UU dan aturan main tersebut. Memodernisasi sistem administrasi perpajakan yakni administrasi yang dilakukan dengan teknologi informasi TI serta peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak Anwar, 2005. Pengembangan teknologi informasi TI Ditjen Pajak dimulai awal 90-an, yaitu dengan penerapan NPCS Network Processing Control System yang berfungsi untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak. Pada awal 1994, mulai diperkenalkan Sistem Informasi Perpajakan SIP untuk menggantikan NPCS yang berfungsi sebagai sarana pengawasan SPT sekaligus untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak, serta dapat juga berperan sebagai sarana pendukung pengambilan keputusan. Di bidang PBB diperkenalkan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP. 1 Selain itu, Ditjen Pajak juga menerapkan aplikasi baru meliputi: 1. Situs Internet Ditjen Pajak httpwww.pajak.go.id memuat peraturan perpajakan dan informasi perpajakan. 2. Pengembangan knowledge base di beberapa kanwil berisi petunjuk praktis tentang beberapa permasalahan dan penyelesaian di bidang perpajakan yang dapat dijadikan pedoman oleh fiskus dalam menjawab pertanyaan dari wajib pajak. 3. Situs Intranet Direktorat Jenderal Pajak DJP yang merupakan sarana komunikasi internal Ditjen Pajak dan sekaligus pintu masuk menuju program aplikasi PK-PM dan MP3. 4. Program aplikasi PK-PM yang berfungsi untuk menyandingkan Faktur Pajak Masukan PKP Pembeli dengan Faktur Pajak Keluaran. 5. Program aplikasi “kriteria seleksi” sebagai sarana pemilihan pemeriksaan pajak berdasarkan tingkat resiko. 6. Program Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak MP3 yang berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara online. 7. Program aplikasi e-registration e-reg, sistem pendaftaran wajib pajak memperoleh NPWP secara online. 8. Program aplikasi e-filing, sistem menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak SPT secara online. Program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi wajib pajak untuk dapat menyampaikan SPT melalui media elektronik. 2 9. Sistem Informasi Geografis SIG yang telah dikembangkan menjadi suatu “smart map” sehingga dapat memuat info rinci yang terkait dengan suatu nomor objek pajak NOP. 10. Program terbaru adalah pengembangan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP untuk menggantikan SIP. Sistem ini dikembangkan hanya pada kantor yang telah menerapkan administrasi modern Djazoeli Sadhani, Bisnis Indonesia: http:www.klikpajak.comartikelartikel.php?article_id=5646 . Untuk melakukan reformasi perpajakan tersebut maka sistem informasi perpajakan sangatlah dibutuhkan. Pengertian Sistem Informasi Perpajakan SIP adalah sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak DJP dengan menggunakan perangkat lunak dan keras yang dihubungkan dalam suatu jaringan lokal. Menurut Nuryani 2005:1 Sistem Informasi Perpajakan SIP yang ada di DJP merupakan suatu sistem informasi manajemen di mana sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan yang tepat. Di dalam Sistem Informasi Perpajakan SIP terdapat beberapa kendala yang timbul yaitu antara lain bagaimana menciptakan sistem yang dapat menghasilkan suatu pengertian yang baik antara masyarakat sebagai pembayar pajakwajib pajak dan pemerintah selaku pembuat peraturan dan Undang-undang Perpajakan Judisseno, 1997. Pemerintah selaku fiskus pajak merencanakan dan menggodok Undang-undang Perpajakan atas dasar dan prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memiliki nilai dan 3 manfaat, baik bagi masyarakat maupun bagi negara itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya selaku perancang dan pembuat Undang-undang Perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan itu sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan dapat ditafsirkan secara jelas. Jika produk peraturan yang dibuat sulit dimengerti oleh masyarakat, otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan pajak, yang cara, bentuk, dan dalihnya bias bermacam-macam. Pemerintah juga wajib memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku, peraturan, prosedur, perhitungan pajak, dan informasi lainnya tentang perpajakan. Penyebaran informasi tentang pajak harus seluas-luasnya dengan biaya yang semurah-murahnya. Tujuan utama penyebaran informasi pajak adalah untuk memberikan pengertian dan kesadaran bagi masyarakat luas sehingga masyarakat sadar untuk berpartisipasi aktif dalam membayar pajak. Oleh karena itu, sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak DJP terdapat peran serta Intranet DJP. Intranet pada dasarnya adalah sama seperti internet yang merupakan kumpulan webserver, intranet digunakan hanya untuk keperluan internal dari suatu organisasi. Dengan intranet pengguna dapat terhubung secara online antar kantor. Menurut Febrian dalam kamus komputer 2004:251, Intranet merupakan sebuah organisasi yang dilengkapi dengan sebuah atau beberapa 4 webserver untuk keperluan organisasi tersebut. Webserver digunakan untuk keperluan sehari-hari yang sifatnya internal seperti menyimpan memo, data dan sebagainya. Intranet menghubungkan antar kantor pusat dengan kantor cabang melalui infrastructure jaringan publik menggunakan IP Security IP Sec atau Generic Route Encrypter untuk memberikan keamanan pada tunnel yang dipakai. Dengan menggabungkan service dari provider seperti mekanisme quality of service, management bandwith weighted fair queving WFO dan penggunaan committed access rate CAR akan memberikan penggunaan bandwith yang efisien dan troughput yang bias dipercaya. Sedangkan dari segi struktur organisasi yang dirancang dengan baik akan membantu kelancaran kegiatan Kantor Pelayanan Pajak KPP, tetapi faktor lain diperlukan untuk memaksimumkan efisiensi kerja. Salah satu faktor penting untuk tercapainya administrasi yang efisien adalah sistem komunikasi antar bagian organisasi. Untuk mengkoordinasikan tugas atau pekerjaan, diperlukan lebih dari sekedar sistem komunikasi terutama dalam bentuk penyampaian data antar bagian. Koordinasi akan lebih baik dan handal bila data disalurkan melalui pusat data yang akan memberikan analisis dasar dan kemudian menyalurkannya. Disinilah peranan pusat pengolahan data dan informasi sebagai ujung tombak dalam menetapkan persoalan pajak secara lebih tepat Nasucha, 2000:2. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Idrus 2008 dengan judul “Analisis pengaruh pengelolaan SSP berdasarkan sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak MP3 terhadap 5 optimalisasi penerimaan pajak”, dan hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa hubungan antara pengelolaan SSP dengan sistem MP3 adalah signifikan serta dengan pengelolaan SSP berdasarkan sistem MP3 mampu meningkatkan penerimaan pajak. Adapun perbedaan dengan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini mengganti variabel SSP dengan intranet yang berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal SIDJP serta menggunakan sampel sebelum diberlakukannya sistem intranet yaitu pada tahun 1999 dan 2000 serta sampel sesudah diberlakukannya penggunaan intranet pada tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena peran intranet sangatlah penting untuk pengembangan modernisasi Sistem Informasi Perpajakan SIP yang ada di kantor pelayanan pajak, dengan adanya intranet diharapkan KPP dapat memberikan pelayanan yang prima kepada wajib pajak, serta dapat meminimalisasi biaya ketika wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya pada KPP tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penggunaan Intranet Berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP terhadap Penerimaan Pajak Studi Kasus pada KPP Pratama Serpong” . 6

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pelayanan Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 102 44

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pelayanan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 69 47

Sistem Informasi Dan Manajemen Objek Pajak Dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Administrasi Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 43 68

Evaluasi 11 (Sebelas) Layanan Unggulan Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

1 47 61

PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (Study Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta) Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Study Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

0 1 16

Analisis Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Penerbitan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.

0 1 21

Perbandingan Penerimaan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pemeriksaan Lengkap (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara).

0 0 23

ANALISIS PERBANDINGAN JUMLAH WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PROGRAM TAX AMNESTY DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PONDOK GEDE

0 0 14

ANALISIS PERBEDAAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PANGKALPINANG

0 0 20