B. Tindak Pidana Korupsi
1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana korupsi sangat bersinggungan dengan masalah-masalah ekonomi,
79
di samping itu korupsi bisa juga terjadi dalam lapangan jabatan, kekuasaan politik, korupsi moral dan korupsi demokrasi. Sehubungan dengan itu,
Stephen D. Plats dalam Ethic Secience mengemukakan bahwa korupsi dapat terjadi di bidang politik, bidang ekonomi dan bidang sosial.
80
Secara umum pengertian korupsi diartikan sebagai perbuatan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi dan atau
kelompok tertentu. Dengan demikian secara spesifik ada tiga fenomena yang tercakup dalam istilah korupsi, yaitu penyuapan bribery, pemerasan extraction, dan
nepotisme nepotism.
81
Pada hakekatnya kejahatan korupsi juga termasuk ke dalam kejahatan ekonomi, hal ini bisa dibandingkan dengan anatomi kejahatan ekonomi
sebagai berikut:
82
1. Penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan disguise of
purpose or intent; 2.
Keyakinan si pelaku terhadap kebodohan dan kesembronoan si korban reliance upon the ingenuity or carelesne of the victim;
79
Barda Nawawi Arief., “Pokok Pikiran Kebijakan Pembaharuan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi”, Makalah seminar di Unsoed, Poerwokerto, 1999, hal. 12. lihat juga Edi
Setiadi, Op. cit, hal. 50. The Asean Street Journal pada Tahun 1997 sudah menuliskan corruption ranking in 1996, based on the level of corruption in a country.
80
Stephen D. Plats., dalam Triaji., Optimalisasi Fungsi BPK dalam Pengawasan Keuangan Negara, Sebagai Upaya Preventif terjadinya KKN, Makalah seminar di Unsoed, Poerwokerto, 1999,
hal. 3.
81
Syed Husein Alatas., Sosiologi Korupsi, Sebuah Penjelajahan Dengan Data Kontemporer, Jakarta: LP3ES, 1983, hal. 12.
82
Barda Nawawi Arief., dan Muladi., Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Alumni 1992, hal. 56.
3. Penyembunyian pelanggaran concealement of the violation.
Karakteristik tindak pidana korupsi dan pencucian uang sangat berbeda dengan karakteristik tindak pidana secara umum yang dianut di dalam sistem hukum
maupun kaedah KUH Pidana dan Hukum Acara Pidana KUHAP, terutama yang menyangkut pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana korupsi dan pencucian
uang.
83
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus”, dalam bahasa Prancis dan Inggris disebut “corruption”, dalam bahasa Belanda disebut “corruptie”.
Dalam Ensiklopedia Indonesia disebut “Korupsi”, dari bahasa latin corruptio Penyuapan, corruptore Merusak dimana para pejabat, badan-badan negara
menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidak beresannya lainnya.
84
Menurut beberapa sarjana korupsi dapat dirumuskan sebagai berikut:
85
a. Carl J. Friesrich, mengatakan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada apa bila
seorang memegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu seperti seorang pejabat yang bertanggung jawab melalui uang atau
semacam hadiah lainnya yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang, membujuk untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja yang
83
Purnadi Purbacaraka., dan Soerjono Soekanto., Perihal Kaedah Hukum, Bandung: Alumni, 1982, hal. 67. Pembicaraan mengenai tata kaedah hukum telah disinggung mengenai tujuan kaedah
tersebut, yakni kedamaian hidup antar pribadi. Kedamaian tersebut meliputi dua hal yaitu ketertiban ekstern antar pribadi, ketenangan intern dalam pribadi. Kedua hal tersebut ada hubungannya dengan
tugas kaedah-kaedah hukum yang bersifat dwi tunggal merupakan sepasang nilai yang sering bersitegang, yaitu memberikan kepastian dalam dalam hukum “certainly”, “zekerheid” dan
memberikan kesebandingan dalam hukum, kecuali yang telah disinggung di atas, masih ada dua pasang lagi, yakni; Pertama, nilai kepentingan rohaniahkeakhlakan spritualisme dan nilai
kepentingan jasmaniahkebendaan materialisme, Kedua, nilai kebaruan inovatisme dan nilai kelanggengan konservatisme.
84
Baharuddin Lopa., Kejahatan Korupsi dan Penegakkan Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 7-8.
85
Ibid., hal. 9.
menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum;
b. Bayley menyatakan perkataan korupsi dikaitkan dengan perbuatan penyuapan
yang berkaitan dengan penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi
keuntungan pribadi; dan
c. M.Mc. Mullan seorang pejabat pemerintah dikatakan korup apabila ia
menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang bisa lakukan dalam tugas jabatannya pada hal ia selama menjalankan
tugasnya seharusnya tidak boleh berbuat demikian. Atau dapat berarti menjalankan kebijaksanaannya secara sah untuk alasan yang tidak benar dan
dapat merugikan kepentingan umum. Yang menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan.
Mengenai pengertian korupsi di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UUPTPK tidak disebutkan pengertian korupsi secara tegas. Hanya saja di dalam Pasal 2 ayat 1 UUPTPK
disebutkan: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit
Rp.200.000.000 dua ratus juta rupiah dan paling banyak 1.000.000.000,- satu milyar rupiah.”
Berdasarkan pengertian korupsi dalam Pasal 2 ayat 1 UUPTPK di atas, dapat disimpulkan ada tiga unsur tindak pidana korupsi yaitu:
1. Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian negara;
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara; dan
3. Memberi hadian atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya tersebut.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal UUPTPK bahwa korupsi merupakan tindak pidana dan suatu perbuatan melawan hukum bertujuan
untuk menguntungkan diri sendiri, perusahaan dan menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatannya yang merugikan keuangan dan
perekonomian negara. Menurut Muhammad Ali, bahwa yang dimaksud dengan korupsi adalah
sebagai berikut:
86
1. Korupi busuk, suka menerima uang suap atau sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainnya; 2.
Korupsi perbuatan busuk seperti pengelapan uang, penerimaan uang dan sebagainya; dan
3. Koruptor orang yang korupsi.
Dengan demikian, sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas yaitu:
1. Korupsi, penyelewengan atau pengelapan uang negara atau uang perusahaan
untuk kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain; dan
2. Korupsi, busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan
kepadanya.
Baharuddin Lopa mengutip dari David M. Chalwers memberikan istilah korupsi dalam berbagai bidang yakni yang menyangkut masalah penyuapan yang
86
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Amani, 1999, hal. 15.
berhubungan manipulasi dibidang di ekonomi dan menyangkut dibidang kepentingan umum.
87
Menurut Syed Husein Alatas, bahwa korupsi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
88
a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari 1 satu orang. Hal ini tidak sama
dengan kasus pencurian atau penipuan; b.
Korupsi umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah merajalela dan sehingga individu yang berkuasa mereka yang di dalam
lingkungannya tidak tergoda untuk tidak menyembunyikan perbuatannya, namun walau demikian motif korupsi tetap dijaga kerahasian;
c. Korupsi melibatkan element-element kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Kewajiban dan keuntungna itu tidak selalu berupa uang; d.
Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyembunyikan perbuatannya, dengan berlindung dibalik pembenaran
hukum;
e. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu
untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu; f.
Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan setiap badan publik atau umum masyarakat; dan
g. Setiap bentuk korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan.
Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan tertib tersebut, dilaksanakan
pembangunan secara berencana. Untuk menggerakkan roda pembangunan nasional diperlukan dana
pembangunan, dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan sasaran dan mengalami kebocoran-kebocoran yang cukup signifikan sehingga
87
Baharuddin Lopa., Op. cit, hal. 42.
88
Syed Husein Alatas., op. cit., hal. 46.
menghambat percepatan pembangunan nasional. Untuk mencegah kebocoran- kebocoran dana pembangunan tersebut dilakukan langkah-langkah pengamanan yang
bersifat preventif maupun bersifat represif dengan cara antara lain melakukan penindakan terhadap oknum-oknum yang merugikan keuangan negara.
2. Subjek Delik Korupsi