Kontrol Hormon Reproduksi Pria Spermatogenesis

14 bergerak maju ke arah lumen dan terpisah dari agen komponen darah, seperti antibodi, serta ditahan oleh bantuan tight junction. Setelah terisolasi dari darah, spermatosit primer mengalami meosis I, menghasilkan dua sel haploid spermatosit sekunder. Tiap spermatosit sekunder mengalami meiosis II, menghasilkan 4 spermatid. Setiap tahap semakin mendekati lumen tubulus.Proses spermatogenesis yang tersisa yaitu spermiogenesis. Tidak lagi terjadi pembelahan sel, tetapi terjadi pematangan dari tiap spermatid menjadi spermatozoa. 15,17-18 Gambar 2.7Spermatogenesis dan hubungannya dengan sel sustentakular Sumber: Saladin,2004 B. PackagingSpermiogenesis Saat spermatid pertamakali terbentuk, spermatid masih memiliki karakteristik dari sel-sel epitelioid, tetapi lama-lama mereka mulai berdeferensiasi dan memanjang membentuk spermatozoa. 15 Gambar 2.8 Spermiogenesis. Pada proses ini, spermatids membuang sitoplasma ekor bertambah panjangdan menjadi spermatozoa Sumber:Saladin,2004 Gambar 2.8.Spermatozoon matang a Struktur B Kepala dan ekor spermatozoon TEM Sumber:Saladin,2004 Spermatozoon terdiri dari 2 bagian, yaitu Head kepala yang dilindungi oleh akrosomdan tail ekor 16

2.1.2.1 Kepala Head

Kepala sperma terdiri dari nukleus yang terkondensasi berisi materi kromosom yang kaya akan DNA dengan sitoplasma yang tipis dan lapisan membran sel di permukaannya, bagian kepala dilindungi oleh akrosom yaitu lisosom yg termodifikasi yang terbentuk dari apparatus golgi, berisi enzim yang identik dengan yang dimiliki lisosom diantaranya yaitu hyaluronidase dapat mencerna filamen proteoglikan pada jaringan dan enzim proteolitikdapat mencerna proteinyang berperan dalam penetrasi ovum. Enzim akan bersifat inaktif sampai pada waktunya sperma berkontak dengan ovum. 17-18

2.1.2.2 Ekor Tail

Ekor dari sperma dibagi menjadi 3 regio yaitu: midpiece, principal piece, dan endpiece.Midpiece berbentuk silinder dengan panjang 5-9 µm dan lebar setengah kali lebar kepala, merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari banyak mitokondria yang mengelilingi aksonema dari flagelum. Mitokondria berfungsi untuk menghasilkan Adhenosine triphosphate ATP yang dibutuhkan untuk pergerakan ekor ketika sperma berjalan di traktus reproduksi wanita. Principal piece berukuran panjang 40 - 45 µm, bagian terbesar yang menyusun ekor sperma. Terdiri dari aksonema yang dikelilingi oleh selubung serat. Terdapat protein unik yang bernama CatSper pada bagian principal tail yang berfungsi untuk bergerak maju. Endpiece memiliki panjang 4-5 µm, hanya terdiri dari aksonema dan merupakan bagian yang paling sempit dari sperma. Banyak mengandung mitokondria, berperan menghasilkan energi untuk pergerakan sperma. 15-17

2.1.2.3 Maturasi Sperma di Epididimis

Setelah pembentukan di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan beberapa hari untuk sampai di epididimis. Sebelumnya, sperma yang berada di tubulus seminiferus dan sebelum memasuki epididimis merupakan sperma nonmotile dan tidak dapat memfertilisasi ovum.Setelah sperma sampai di epididimis selama 18- 24 jam, mereka baru bersifatmotile namun protein inhibitor dalam cairan epididimis menghambat pergerakan dari sperma sebelum terjadinya ejakulasi. 18 17

2.1.2.4 Penyimpanan Sperma

Kedua testis menghasilkan 120 juta sperma setiap hari. Sperma disimpan dalam jumlah kecil di epididimis dan paling banyak disimpan di vas deferens. Sperma dapat disimpan di vas deferens selama satu bulan. Selama penyimpanan, sperma dalam keadaan inaktif dan dihambat oleh substansi inhibitorik dalam sekret duktus. Setelah ejakulasi sperma menjadi motil, dan juga memiliki kemampuan untuk memfertilisasikan sel ovum, atau disebut juga proses maturisasi. Sel-sel sertoli dan epitel epididimis mensekresikan cairan nutrien yang diejakulasikan bersama sperma. Cairan ini mengandung hormon-hormon termasuk testosteron dan estrogen, enzim-enzim, dan nutrisi yang penting untuk pematangan sperma. 18

2.1.2.5 Semen

Semen adalah cairan yang dikeluarkan pada saat terjadi orgasme. Komposisi dari semen yaitu cairan dan sperma yang berasal dari vas deferens sekitar 10 dari jumlah total, cairan yang disekresikan oleh vesikula seminalis sekitar 60, cairan dari kelenjar prostat sekitar 30, dan sedikit dari kelenjar mukosa, terutama dari kelenjar bulbouretra. Dengan demikian, bagian terbesar menyusun dari semen adalah cairan vesikula seminalis, yang diejakulasikan paling terakhir. Cairan prostat memberikan kesan menyerupai susu, cairan dari vesikula seminalis dan kelenjar mukosa memberikan konsistensi kental pada semen. Terdapat prostaglandin dengan konsentrasi tinggi pada semen yg berasal dari vesika seminalis tapi fungsinya pada semen tidak diketahui. Selain itu enzim pembekuan yang berasal dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula seminalis membentuk koagulum fibrin yang menyebabkan semen menempel pada bagian vagina yang lebih dalam dimana terdapat serviks. Koagulum lalu lisis disebabkan oleh fibrinolisin yang terbentuk dari profibrinolisin prostat. Volume tiap ejakulasi yaitu sekitar 2,5-3,5 ml setelah beberapa hari tidak mengalami ejakulasi. Bila ejakulasi terjadi berulang-ulang maka volume semen dan sperma semakin berkurang. Tiap mililiter semen mengandung sekitar 100 juta 18 sperma Normal. Sperma bergerak dengan kecepatan 3 mmmenit di saluran genital wanita. Sperma mencapai tuba uterina sekitar 30-60 menit setelah kopulasi. Sperma dapat bertahan selama beberapa minggu di duktus genital pria, setelah diejakulasikan dalam semen, bertahan sekitar 24-48 jam pada suhu tubuh. Pada suhu yang lebih rendah sperma dapat disimpan beberapa minggu dan apabila dibekukan pada suhu dibawah -100 o C sperma dapat disimpan beberapa tahun. 17-18 Tabel 2.1 Komposisi Semen Warna: Putih, Keabuan Gravitasi Spesifik: 1.028 pH 7,35 – 7,50 Jumlah sperma : Sekitar 100 jutamL, dengan jumlah sperma abnormal 20 Komponen lainnya: Berasal dari vesika seminalis 60 dari volume total Fruktosa 1,5 – 6,5 mgmL Phosphorylcoline Ergothioneine Asam Askorbat Flavins Prostaglandin Spermine Berasal dari prostat 20 dari volume total Asam Sitrat Kolesterol, Fosfolipid Fibrinolisin, Fibrinogenase Zink Asam Fosfat Fosfat Buffer Bikarbonat Hyaluronidase Sumber: Ganong,2010 telah diolah kembali

2.1.3. Infertilitas Pria

Definisi klinis dari infertilitas pria adalah adanya parameter keabnormalan pada semen laki-laki dari pasangan yang belum dapat mengandung setelah satu tahun aktif berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi. Menurut WHO, mendefinisikan faktor infertilitas pria berdasarkan adanya satu atau lebih keabnormalan pada analisis sperma atau adanya fungsi seksual dan ejakulasi yang 19 tidak adekuat. Pada 50 pasangan yang tidak memiliki anak, infertilitas pria ditemukan berkaitan dengan ketidaknormalan parameter semen. 19 A. Penyebab infertilitas non-obstructive 1. Kelainan Hormonal Idiopathic hypogonadotrophic hypogonadism disebabkan oleh defisiensi dari folicle-stimulating hormone FSH dan lutenising hormone LH. Penyebab kongenital utama yaitu Kallmanns syndrome yang terjadi satu di setiap 10.000 laki-laki. 2. Penyebab Genetik Kelainan jumlah dan struktur kromosom ditemukan pada 5 laki-laki infertil. Kelainan genetik meliputi mikrodelesi dari kromosom Y, aneuploidi, dan translokasi kromosom. 3. Variococele Kerusakan saluran vena menyebabkan gangguan pertukaran panas dari funikulus spermatikus menyebabkan peningkatan suhu skrotum dan merusak sperma. 4. Undescend testis Pajanan testis terhadap suhu intra-abdominal yang tinggi menyebabkan kerusakan pada proses spermatogenesis. 5. Pajanan Gonadotoksin Gonadotoksin meliputi rokok, alkohol, insektisida, logam berat 6. Penyebab iatrogenik Meliputi antiandrogen, steroid, radioterapi, dan kemoterapi 7. Orchitis Orchitis dapat disebabkan oleh infeksi ascending pada traktus urogenital dan dapat menyebabkan infertilitas. 8. Torsi testis Apabila tidak dilakukan tindakan dalam 6 jam, maka dapat menyebabkan kerusakan dan pengerutan permanen dari testis akibat nekrosis iskemik 9. Trauma testis 10. Tumor testis 11. Infertilitas autoimmune