Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penulisan Skripsi Veithzal Rivai , Prestasi Hasil Belajar Peserta Program MM,

9. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

10. Adakah faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. 11. Apakah prestasi belajar siswa dapat ditentukan oleh kualitas pengajaran guru.

12. Apakah prestasi belajar akan meningkat karena

kualitas pengajaran guru yang baik. 13. Bagaimanakah kualitas pengajaran guru agama dan korelasinya terhadap prestasi siswa.

C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang

muncul tetapi waktu dan pengetahuan penulis sangat terbatas maka dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada masalah Kualitas Pengajaran Guru Agama dan korelasinya dengan Prestasi Belajar.

D. Perumusan Masalah Dan untuk mengatasi kesimpangsiuran dalam

pengumpulan data, maka perlu dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualitas pengajaran guru agama di SMK Nusantara.

2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa di SMK Nusantara Ciputat.

3. Apakah terdapat hubungan antara Kualitas Pengajaran Guru Agama dengan Prestasi Belajar Siswa.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penulisan Skripsi

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui: a. Kualitas pengajaran seorang guru

b. Prestasi belajar siswa di sekolah c. Seberapa besar korelasi kualitas pengajaran guru agama

dengan Prestasi Belajar Siswa. 2. Kegunaan Penulisan Skripsi a. Diharapkan dari penulisan skripsi tentang Kualitas Pengajaran Guru Agama dan Korelasinya dengan Prestasi Belajar Siswa ini dapat menambah dan memperkaya Khazanah Ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan umumnya dimana saja. b. Sebagai informasi bagi guru-guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dan sebagai gambaran untuk penelitian selanjutnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kualitas Pengajaran Guru.

a. Pengertian Kualitas Pengajaran Guru Sesuai yang tertulis di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia bahwa istilah kualitas diartikan sebagai 1 tingkat baik buruknya sesuatu; kadar. 2 derajat atau taraf. Mempunyai kualitas; bermutu baik. 10 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Inggris disebutkan pula bahwa istilah kualitas Quality diartikan sebagai 1 mutu, kwalitas, 2 sifat. 11 Sesuai dengan arti di atas secara subtantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu mengandung 2 hal, pertama sifat, kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah sesuatu yang menunjukkan kedudukan dalam suatu skala. 12 Sedangkan secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya di dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. 13 Selaras dengan kutipan di atas Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan sebagai kualitas, 10 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…, h 532 11 Jhon M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Inggris, Jakarta, Gramedia, 1996, Cet XXXIII, h. 532. 12 Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet ke-1, h 27. 13 Umaidi. M.Ed. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta : DIRJEN DEPDIKNAS, 2001, Cet ke-1, h 26. suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai sesuatu atau seseorang dalam melakukan suatu proses. 14 Selanjutnya, Muhammad Ali menyatakan bahwa mutu adalah ukuran baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian dan sebagainya. 15 Adapun definisi mutu menurut Prof. Dr. Armai Arif adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang, lembaga institusi atau organisasi dalam upaya menyempurnakan suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien 16 . Jadi mutu merupakan orientasi utama dari suatu produk sejauhmana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan. Dengan demikian dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mutukualitas adalah tingkatan atau kadar sesuatu, baik berupa benda, manusia, atau yang lainnya. Sedangkan dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu, dua dan selanjutnya. Adapun dari sisi kadar, dapat dikatakan kualitas baik, kualitas sedang, kualitas rendah, dan sebagainya. Sementara itu secara etimologi istilah pengajaran berakar dari kata ajar dengan memberinya awalan pe dan akhiran an, yang mengandung arti petunjuk yang harus dikatakan kepada orang lain supaya diketahui dituruti dan sebagainya. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan learning yang berarti 14 Drs. Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Indonesia, Jakarta : PT Sindo, 1994, Cet ke-3, h 5. 15 Muhammad Ali, Kamus lengkap Bahasa Indonesia Moderen, Jakarta : Pustaka Amani, 2002, hal 263. 16 Prof. Dr. Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD PRESS, 2005, Cet ke-1, h 22. pengetahuanpusat pengetahuan. Dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan Talim yang berarti pengajaran proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan dan prihal mengajar; segala sesuatu mengenai mengajar. 17 Sedangkan pengertian pengajaran secara terminologis tidak dapat didefinisikan secara pasti karena memiliki beraneka ragam makna. Keberagaman ini disebabkan karena para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat pengajaran. Menurut Drs. H.M. Alisuf Sabri pengajaran adalah pemberian pelajaran atau informasi pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dengan tujuan agar peserta didik memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan keterampilan. 18 Dra. Roestiyah N.K mengemukakan empat definisi tentang pengajaran yaitu : pertama, pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Kedua, pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana cara belajar. Ketiga pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dengan siswa. Dan keempat mengajar adalah interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru. 19 Pengertian pertama menunjukan hubungan sepihak, dalam arti guru memegang peran sentral dalam kegiatan pengajaran sementara murid dianggap pasif dan hanya menerima tanpa komentar. Tujuan pengajaran hanya pada penguasaan oleh siswa. Pengajaran ini bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang peranan utama. 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., h 14 18 Drs. Ali Sufsabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999, Cet ke-1, h 42. 19 Roestiyah NK, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: Bina Aksara, 1986, Cet ke-3, hal 41. Sering kali ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan model pengajaran tradisional yang sampai kini masih dapat ditemukan pada sekolah-sekolah. Definisi kedua menunjukan bahwa guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, ia hanya sebagai fasilitator yang memungkinkan teciptanya kondisi yang kondusif untuk proses belajar mengajar. Dalam hal ini yang menjadi objek pengajaran bukan siswa atau materi, tetapi suasana. Definisi ketiga menunjukan adanya hubungan yang interaktif antara tiap individu, sementara tugas guru adalah menciptakan situasi agar tiap individu dapat ikut aktif belajar. Sedangkan pada definisi keempat menunjukan bahwa dengan proses interaksi, siswa memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru. Pengajaran juga bisa disebut dengan mengajar yaitu usaha untuk mencapai tujuan berupa kemampuan tertentu, atau usaha untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif sehingga siswa yang belajar memperoleh atau meningkat kemampuannya. Dalam hal ini Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed. Dan Drs Moedjiono menjelaskan bahwa : Mengajar adalah menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan penting, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar- mengajar yang tersedia. 20 20 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993, Cet ke-5, h 3. Dari berbagai pengertian pengajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara sengaja antara guru dan siswa untuk mengelola lingkungan situasi agar memungkinkan anak didik untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Definisi ini juga menunjukan bahwa pengajaran tidak akan dapat terlaksana jika tidak melibatkan komponen guru, siswa, materi ajar, dan situasi yang mendukung. Selanjutnya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mata pencahariannya mengajar. 21 Dalam UU Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 22 Menurut Syaiful Bahri Djamarah guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah. 23 Sedangkan guru dalam bahasa jawa adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., h 330 22 Tim Penyusun, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Dirjen Depag RI, 2006, Cet ke-4, h 88. 23 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet ke-1, h 31-31. dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bicara dan cara berprilakunya sehari-hari. Adapun menurut Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya. 24 Relevan dengan pengertian di atas manurut Zakiah Daradjat guru adalah: Pendidik profesional, karena secara impisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru. 25 Sedangkan definisi guru yang dikemukakan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan adalah seseorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, 24 Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama, 2007, Cet ke-1, h 43. 25 Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

1996, Cet ke-2, h 39.

mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan. 26 Selanjutnya definisi guru yang dikemukakan oleh Dr. E Mulyasa, M.Pd. yaitu: Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. 27 Merujuk kepada pengertian di atas maka guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar atau orang yang tugasnya mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Dengan demikian pengertian kualitas pengajaran guru adalah tingkatan mutu atau baik buruknya seorang pendidik dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswanya serta tingkatan atau baik buruknya seorang guru dalam melakukan suatu proses interaksi antara guru dengan anak didiknya dalam rangka mengelola situasi yang memungkinkan anak didik untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan guru yang berkualitas yang memiliki ciri dan karakteristik serta kemampuan yang profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik

b. Ciri-Ciri Guru yang Berkualitas

Dalam UU 20 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP No.192005 tentang Standardisasi Pendidikan menuntut seorang guru 26 Dr. H. Syafruddin Nurdin, Mpd dan Drs. Basyiruddin Usman, M.pd , Guru Profesional dan implementasi kurikulum, Jakarta : Ciputat Press, 2002, Cet ke-I, h.8. 27 Dr. E Mulyasa, M.Pd, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet ke-6, h 37 harus memiliki syarat-syarat sehingga layak dipandang sebagai guru profesional. Salah satu syarat tersebut adalah guru harus memiliki sertifikat atau semacam lisensi dari pemerintah pusat atau dari perguruan tinggi tertentu yang terakreditasi. Dengan demikian dapat diklarifikasi mana saja guru yang pantas menyandang status guru yang berkualitas dan profesional dan mana yang belum pantas. Bertitik tolak dari pernyataan di atas, maka guru yang berkualitas adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru yang berkualitas adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Jadi guru yang berkualitas adalah guru yang benar-benar menguasai apa yang harus dimiliki seseorang dalam menekuni pekerjaannya dalam hal ini ilmu- ilmu pendidikan yang dapat memenuhi kriteria dia sebagai guru yang profesional dan mencintai pekerjaannya, selain itu seorang guru yang berkualitas harus memiliki kemampuan- kemampuan yang dapat menunjang pekerjaannya tersebut. Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari : Pertama , memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi 1 memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; 2 memiliki hubungan baik dengan siswa; 3 mampu menerima, mengakui, dan memerhatikan siswa secara tulus; 4 menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; 5 mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; 6 mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; 7 mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; 8 mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada. Kedua , kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: 1 memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; 2 mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa. Ketiga , memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik feedback dan penguatan reinforcement, yang terdiri dari: 1 mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respons siswa; 2 mampu memberikan respons yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar; 3 mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan; 4 Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan. Keempa t, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: 1 mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; 2 mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; 3 mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan dengan kekinian. 28 Jelaslah bahwa menjadi sosok guru yang berkualitas adalah bukan perkara yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan, tetapi harus memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui seluk beluk teori pendidikan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Muhammad Nurdin bahwa untuk menjadi guru yang berkualitas harus memiliki syarat-syarat khusus dan mengetahui tentang teori-teori kependidikan. 29 28 Prof. Dr. H. Asep Sjamsul Bachri, Profesionalisme Guru Sebuah Harapan, Pikiran Rakyat Bandung 2006. 29 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi guru Profesional, Jogjakarta: Prismasophie, 2004, Cet ke-1 hal 157 Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi profesional dan berkualitas yaitu : Sehat jasmani dan ruhani, bertaqwa, berilmu pengetahuan, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan yang rabbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan, serta menguasai bidang yang ditekuni. Secara garis besar kesembilan syarat diatas dapat dikelompokan kedalam tiga kategori, yaitu persyaratan administratif, persyaratan akademis dan persyaratan kepribadian. 30 Persyaratan administratif adalah persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan persyaratan legal formal. Persyaratan yang demikian ini menjadi sangat menentukan. Bahkan kualitas seseorang dapat dilihat dari ijazah serta sertifikasi keilmuan yang dimilikinya. Dalam konteks keindonesiaan, persyaratan administratif merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting. Persyaratan akademis adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan kapabilitas dan kualitas intelektual. Persyaratan akademis juga merupakan syarat yang sangat penting bagi seorang guru yang profesional. Persyaratan ini sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan yang dilaksanakannya. Kesuksesan pendidikan bukan hanya menjadi beban dan tanggung jawab sang murid sebagai pencari ilmu, akan tetapi justru gurulah yang memegang peranan dominan. Karena, jika sang guru secara akademis sudah tidak memadai, maka dengan sendirinya keterampilan untuk mengajar, kemampuan penguasaan materi pengajaran, dan bagaimana mengevaluasi keberhasilan murid tidak dimiliki secara akurat dan benar. Sedangkan untuk persyaratan kepribadian adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai 30 Nurdin, Kiat Menjadi..., hal 20 seseorang yang harus digugu dan ditiru, dengan sendirinya mensyaratkan secara internal bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian dan prilaku yang baik. Sebagai seorang guru yang profesional tidak ada alasan lain kecuali berakhlak yang mulia, baik dalam kaitannya dengan orang lain murid dan masyarakat, diri sendiri, lingkungan dan tentunya dengan Allah. Selanjutnya Prof. Dr. Abuddin Nata mengemukakan bahwa ciri- ciri guru yang berkualitas dapat dikelompokan dalam dua dimensi umum kemampuan, yaitu : 1 Kemampuan profesional yang mencakup a Penguasaan meteri pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut. b Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. c Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. 2 Kemampuan personal yang mencakup a Penampilan dan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan. b Pemahaman dan penghayatan serta penampilan terhadap nilai-nilai yang sepantasnya dilakukan dan dimiliki guru. c Penampilan diri sebagai panutan dan teladan bagi para siswa. 31 Kemudian sejalan dengan ciri-ciri di atas Prof. Dr. H. Mohammad Surya juga mengemukakan bahwa : kualitas profesionalisme ditunjukan oleh lima hal : 1 Keinginan untuk selalu menampilkan prilaku yang mendekati standar ideal. 2 Meningkatkan dan memelihara citra profesi. 3 Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan keterampilan. 4 Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi 5 Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. 32 31 Dr. H. Abuddin Nata, MA. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, cet ke-1, hal 2. Dalam UU Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1 bahwa pada dasarnya prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut: 1 Memilliki bakat, minat, panggilan dan idealisme, 2 Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas 3 Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 4 Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi 5 Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6 Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7 Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan, dan 8 Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 33 Adapun ciri-ciri guru yang berkualitas yang dimaksud oleh Prof. Dr. Oemar Hamalik mencakup berbagai macam aspek, dan yang paling penting yaitu profil kemampuan dasar guru yang meliputi: 1 Kemampuan menguasai bahan 2 Kemampuan mengelola program belajar- mengajar 3 Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar 4 Kemampuan menggunakan mediasumber dengan pengalaman belajar 5 Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan dengan pengalaman belajar. 6 Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman belajar 7 Kemampuan menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar 8 Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan dengan pengalaman belajar 32 Prof. Dr. H. Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, Cet ke-1, hal 51 33 Surya, Percikan Perjuangan Guru..., hal 51 9 Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dengan pengalaman belajar 10 Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. 34 Senada dengan hal di atas Drs. Moh Uzer Usman menambahkan dalam bukunya Menjadi Guru Profesional bahwa ciri-ciri guru yang berkualitas salah satunya adalah ditunjukkan dengan adanya keterampilan dasar mengajar seorang guru. 35 Keterampilan itu meliputi: 1 Keterampilan bertanya Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan yang sangat penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Setidaknya agar keterampilan bertanya seorang guru lebih efektif dan akurat harus memperhatikan dasar-dasar pertanyaan yang baik. Adapun dasar-dasar itu adalah: a jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. b berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. c difokuskan pada suatu masalah. d berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir. e berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk bertanya. f tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menenukan sendiri jawaban yang benar. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berlangsungnya tanya jawab adalah : a kehangatan dan keantusiasan, b kebiasaan yang perlu dihindari, seperti jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak 34 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet ke-4, hal 43-58. 35 Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung :Remaja Rosdakarya, 2002, Cet ke-XIV, h 74-102 mampu menjawab, jangan mengulang-ulang jawaban siswa, jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa menjawabnya, usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak, jangan menentukan kepada salah satu siswa sebelum pertanyaan dilontarkan, dan jangan mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda. 2 Keterampilan memberi penguatan Penguatan merupakan respon terhadap suatu prilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali prilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian ; seperti bagus, puas dan lain-lain. Sedangkan nonverbal dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan. 3 Keterampilan mengadakan variasi Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditunjukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam keterampilan mengadakan variasi ini adalah : pertama variasi dalam cara mengajar guru, kedua variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran dan ketiga variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. 4 Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum- hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal. 5 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara profesional. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya. 6 Keterampilan membimbing diskusi Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka dengan berbagai pengalaman atau informasi untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi, yaitu : a memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, b memperluas masalah atau urutan pendapat, c menganalisis pandangan peserta didik, d meningkatkan partisipasi peserta didik, e menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan f menutup diskusi. 7 Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan yang interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlaq bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efetif. 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab lagi antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Selanjutnya Ace Suryadi mengemukakan dalam Studi Basic Education Quality ditemukan bahwa guru yang bermutu ditentukan oleh empat faktor utama: yaitu, 1 Kemampuan Profesional, 2 Upaya Profesional, 3 Waktu yang tercurahkan untuk kegiatan Profesional dan ke – 4 Akuntabilitasnya. 36 Pertama, kemampuan professional. Adalah intelegensi, sikap dan prestasi di bidang pekerjaanya. Secara sederhana ditunjukan dengan kemampuan menguasai materi pengajaran dan metodologinya. Untuk mencapai kemampuan profesional seorang guru tidak cukup mengantongi ijazah, tetapi kemampuan belajar seumur hidup untuk memperkaya dan memutakhirkan kemampuannya. Kedua, upaya professional. Adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara berhasil. Upaya profesional ini antara lain diwujudkan dengan penguasaan keahlian dalam menyusun program pengajaran sesuai tahap perkembangan anak, menyiapkan pengajaran, mengunakan bahan-bahan ajar, mengelola kegiatan belajar murid dan mendiagnosa keberhasilan. Guru juga dapat memperkaya dan meremajakan kemampuan melalui inovasi dalam mengajar, termasuk dalam mengatasi dan membantu memecahkan kesulitan belajar anak didik. Sebagai guru profesional seorang guru dituntut untuk mengkaji, meneliti dan mengevaluasi cara mengajarnya untuk tidak mengulangi kegagalan dan tetap berhasil meningkatkan kemampuan belajar anak setiap saat. Ketiga, waktu yang tercurahkan untuk kegiatan profesional. Maksudnya adalah intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas mengajar. Tidak mungkin guru menjadi profesional jika hanya sebagain kecil waktu yang tercurahkan untuk pekerjaannya. 36 Ace Suryadi, Menyoal Pendidikan dan Profesi Guru, Kompas Rabu 4 April 2001. Keempat, Akuntabilitasnya. Maksudnya yaitu guru bisa dikatakan profesional jika pekerjaannya itu dapat menjamin kehidupan mereka. Pendapatan seorang profesional ditentukan oleh kemampuan dan prestasi kerjanya. Ia terikat oleh kepentingan klien, yaitu sebagai siswanya sebagai pembayar pendidikan. Jika klien puas atas hasil kerjanya, guru akan memperoleh imbalan yang setimpal. Jika sebaliknya, maka ia tidak sepantasnya memperoleh imbalan yang memadai. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran. Dalam suatu pengajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran seorang guru, karenanya untuk menjadikan proses pengajaran yang dilakukan menjadi berkualitas seyogyanya harus ditunjang dengan sebaik- baiknya dan selengkap-lengkapnya, agar proses pengajaran yang dilakukan menjadi lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan. Prof. Dr. H. Muhamad Surya mengatakan bahwa kualitas prilaku pengajaran guru ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal, seperti tingkat pendidikan, penguasaan subjek, pengalaman, Kualitas kepribadian, kualitas kehidupan, sikap dan pandangan lingkungan masyarakat dan sebagainya. 37 Masih menurut Prof. Dr. H. Muhamad Surya bahwa salah satu unsur lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran guru adalah Imbalan jasa. Yang berupa gaji dan tunjangan yang diperoleh para guru. 38 Beberapa studi yang telah dilakukan, 37 Surya, Percikan Perjuangan..., hal 79 38 Surya, Percikan Perjuangan..., hal 80 menunjukan kecenderungan hal itu bahwa imbal jasa yang diperoleh para guru akan mempengaruhi dinamika prilaku dan kehidupan guru dalam melaksanakan tugasnya. Walaupun demikian, tidak secara otomatis imbalan jasa itu akan memberikan dampak langsung terhadap kualiatas pengajaran guru, karena masih banyak faktor-faktor lain yang terkait. Selanjutnya pengajaran seorang guru bisa dikatakan berkualitas apabila terdapat faktor-faktor lain yang menunjang dan mempengaruhi di dalam proses pengajarannya , diantaranya yaitu: 1 Kemampuan Membuat Perencanaan Pengajaran. Kemampuan merencanakan pengajaran bagi profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitektur. Sebelum membuat perencanaan belajar-mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan pengajaran. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, ketermpilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pengajaran. Makna atau arti pada perencanaan pengajaran tidak lain adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terinci harus jelas kemana siswa akan dibawa, apa yang harus siswa pelajari, bagaimana cara siswa mempelajarinya dan bagaimana cara kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya. Tujuan, isi, metode dan tekhnik serta penilaian merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap program pengajaran. 2 Kemampuan Dalam Merumuskan Tujuan Pengajaran Kemampuan dalam merumuskan tujuan pengajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam proses perencanaan pengajaran, sehingga baik arti maupun jenis-jenisnya perlu dipahami betul oleh setiap guru. Kemampuan guru dalam menentukan tujuan pengajaran ini mutlaq harus dilakukan oleh guru agar materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3 Kemampuan Dalam Penguasaan Materi Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan khususnya dalam proses belajar mengajar. Kemampuan menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh dari proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi guru. Guru bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang diajarkannya. Adanya buku pelajaran yang harus dibaca oleh siswa, tidak berarti guru tidak perlu menguasai bahan. Sungguh ironis dan memalukan jika terjadi ada siswa yang lebih dahulu tahu tentang sesuatu dari para guru. Memang guru bukan maha tahu tetapi guru juga dituntut pengetahuan umum yang luas dan mendalami keahliannya atau mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, disamping pengetahuan lain sebagai pelengkapnya. 4 Kemampuan Mengelola Proses Belajar Mengajar Secara Efektif. Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Pengelolaan proses belajar-mengajar yang efektif merupakan faktor dalam menunjang kualitas pengajaran seorang guru. Bagaimana mungkin kualitas pengajaran guru dikatakan baik jikalau pengelolaan proses belajar- mengajar yang dilakukan tidak efektif. Jadi pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif adalah kunci keberhasilan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. 5 Kemampuan Mengelola Kelas. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh pengelolaan kelas yang baik, antara lain: Pertama, besarnya kelas. Kedua, suasana belajar yang demokratis. Suasana belajar seperti ini akan memberi peluang yang optimal dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku. Dalam suasana belajar yang demokratis ada kebebasan siswa dalam belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain sebagainya. Ketiga, Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia di dalam kelas. Sering kita temukan bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar dikelas. Situasi seperti ini kurang menunjang kualitas pengajaran sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak optimal. Keempat, kelas baiknya diberi aneka macam pajangan untuk menghias ruang kelas sebagai tempat proses mengajar menjadi indah dan nyaman. 6 Kemampuan Menggunakan Media atau Alat Bantu Pelajaran Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain : tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya. Yang berfungsi sebagai cara atau tekhnik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu memegang peranan yang sangat penting sebab sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering juga disebut audio visual, maksudnya adalah alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. 7 Kemampuan Dalam Menerapkan Keterampilan Dasar Mengajar Seorang guru yang ideal dan berkualitas harus memiliki dan memahami keterampilan dasar mengajar agar memudahkan tugasnya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Penerapan keterampilan dasar mengajar seorang guru ini mutlaq dikuasai oleh guru dalam rangka menjadikan proses belajar mengajar yang berkualitas. 8 Kemampuan Menggunakan Metode Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa aktif. 9 Kemampuan Mengevaluasi Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evauasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga berdasarkan criteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakankan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. 39 Dari uraian faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran adalah : 1 Kemampuan guru dalam membuat rancangan pengajaran 2 kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pengajaran 3 penguasaan guru tentang materi yang 39 Hasil bacaan penulis kesimpulan dari berbagai sumber referensi yang penulis baca dan temukan. diajarkan. 4 kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, 5 Kemampuan guru dalam mengelola kelas, 6 Kemampuan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran, 7 Kemampuan guru dalam menggunakan variasi metode dan strategi pembelajaran , 8 kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar, dan 9 Kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dengan demikian, tinggi rendahnya atau baik tidaknya suatu pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru kiranya dapat diukur berdasarkan kesembilan faktor-faktor di atas.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”, yang mempunyai arti berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah “hasil yang telah dicapai dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya” 40 Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Mas’ud Khasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”, Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “ penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan 40 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 787. dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. 41 Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa prestasi adalah “suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Adapun pengertian belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung 3 hal: pertama, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Kedua, berlatih dan ketiga, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 42 Dan untuk memahami pengertian belajar lebih jauh lagi, berikut akan dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya, menurut Slameto, dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, bahwa belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 43 Relevan dengan Slameto, Drs. Tohirin, Ms. M.Pd menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 44 41 Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya : Usaha Nasional, 1994, Cet ke 1, hal 20-21. 42 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 14. 43 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet ke-3, hal 2. 44 Drs. Tohirin, Ms. M.Pd, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, Cet ke-2, h 8 Sedangkan belajar menurut Dr. Oemar Hamalik adalah Modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 45 Menurut pengertian ini belajar adalah suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan tingkah laku. Adapun definisi belajar yang dikemukan oleh Drs. H.M Arifin M.Ed adalah suatu rangkaian proses kegiatan respon yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh.. 46 . Selanjutnya pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Witherington sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. 47 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Penguasaan pengetahuan 45 Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumu Aksara, 1999, Cet ke-2, hal 36. 46 Prof. Dr. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Radar Jaya Offset,

1998, Cet ke-2, h 123.

47 Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, Cet ke-1, hal 155. atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. 48 Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan prilaku Individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai angka dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat dalam priode tertentu. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, terkadang berjalan dengan lancar dan terkadang tidak. Terkadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang pula terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar. Hal demikian kenyataannya sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupannya sehari-hari didalam aktivitas belajar- mengajar. Perbedaan-perbedaan masalah belajar di atas disebabkan oleh banyak hal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di dalam proses belajar-mengajar. Selain memang setiap siswa memiliki pola dan tingkah laku yang 48 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar...,hal 787. berbeda-beda, sehingga menyebabkan perbedaan tingkah laku dalam belajar yang akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda-beda, terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut yaitu : Menurut M. Alisuf Sabri, mengenai belajar ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa disekolah, secara garis besarnya dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu: 1 Faktor internal faktor dari dalam diri siswa, meliputi keadaan kondisi jasmani Fisiologis kondisi rohani psikologis dan kelelahan. 2 Faktor eksternal faktor dari luar siswa, terdiri dari a Faktor lingkungan, baik sosial dan non sosial, b Faktor instrumental. 49

a. Faktor Internal 1 Faktor Fisiologis

Yaitu faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan siswa dan kebugaran fisik serta kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran. 2 Faktor Psikologis Yaitu faktor kondisi psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, perhatian, Ingatan berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan bahan apersepsi yang dimiliki siswa. 50 Selain kedua faktor di atas, Slameto juga menambahkan faktor ketiga yang termasuk ke dalam 49

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman ilmu Jaya,

1996, Cet ke-1, hal 59.

50 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hal 60 faktor internal yaitu faktor kelelahan 51 . Faktor ini meskipun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam. Yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor Eksternal 1 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini terdiri dari dua bagian, yakni lingkungan sosial baik di sekolah maupun di rumah dan non sosial. Kalau lingkungan sosial disekolah seperti guru, staf administrasi, serta teman-teman lingkungan sekolah, selanjutnya lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi adalah orang tua dan keluarga itu sendiri. 52 2 Faktor Instrumental Faktor instrumental terdiri dari gedungsarana fisik kelas, saranaalat pengajaran,media pengajran, guru dan kurikulum materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 53 51 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor..., hal 59. 52 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet ke-2, hal 138-140. 53 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hal 60. Selanjutnya Muhibbin Syah juga menambahkan dari kedua faktor tersebut, yakni faktor yang ketiga yaitu faktor pendekatan belajar Approach to Learning yaitu cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses pembelajaran materi tertentu. 54 Strategi dalam hal ini seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Sementara itu dengan pendapat yang hampir sama Prof. Dr. H. Amiruddin Rasyad mengatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa juga terdiri dari dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datangnya dari luar dan disebut faktor endogen dan eksogen. 55 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan dari salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah di dukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut di atas.

c. Indikator Prestasi Belajar Siswa Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai 54 Syah, Psikologi Belajar..., hal 140. 55 Prof. Dr. H. Aminudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajarn, Jakarta: Uhamka Press, 2003, cet ke-4, hal 103. akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible tak dapat diraba. Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Senada dengan pernyataan di atas, menurut Bloom ada tiga indikator hasil belajar siswa, yaitu dimensi kognitif, adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan, aplikatif, sintesis, analisis dan evaluasi. Sedangkan dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Dan untuk dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik. 56 Adapuan pengungkapan indikator prestasi belajar seseorang biasanya terlihat dari prilakunya. Baik prilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir dan keterampilan motorik. Hampir sebagaian besar dari kegiatan atau prilaku seseorang merupakan hasil belajar atau cerminan dari prestasi belajarnya. Biasanya prilaku yang terlihat dari seseorang yang memiliki prestasi belajar yang baik adalah seperti selalu atensi dan perhatian terhadap pelajaran, disiplin, mempunyai motivasi belajar yang tinggi, selalu menghargai guru dan teman-temannya, kebiasaan 56 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 2004, Cet ke- , hal 254-271. belajar yang baik, aktif dalam kegiatan-kegiatan disekolah, unggul dalam perolehan nilai baik aspek kognitif seperti ulangan umum, UN dan lain-lain, maupun aspek afektif dan psikomotorik. Kemudian selalu menunjukan kualitas belajar yang tinggi yang ditunjukan dengan penguasaan yang tinggi pula terhadap program belajar yang dibebankan kepadanya, adanya daya serap yang tinggi yang dicapai oleh dirinya dalam belajar. Selain itu biasanya bagi siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik dalam kesehariannya selalu dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yang dapat menambah pengetahuan dan pengalamannya. Selalu kreatif dalam segala hal, terampil dalam melakukan sesuatu dan selalu pantang menyerah. d. Upaya-Upaya dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada dasarnya banyak hal yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa disekolah, baik oleh pihak sekolah yang dalam hal ini berkaitan dengan guru secara langsung maupun dari pihak orang tua itu sendiri. Dalam pembahasan upaya-upaya ini penulis menspesifikasikan peran yang dilakukan oleh para guru di sekolah dan orang tua dirumah. Karena penulis menganggap kedua faktor diataslah yang memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, meskipun ada komponen-komponen lain pula yang dapat mempengaruhinya. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menurut Abu Ahmadi adalah: 1 Seorang guru hendaknya memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan pembelajaran baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2 Seorang guru hendaknya memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai 3 Seorang guru hendaknya membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. 57 Sejalan dengan usaha-usaha guru di atas cara penyampaian materi yang tepat serta banyaknya sumber informasi relevan yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran adalah salah satu upaya lain yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh H. Veithzal Rivai bahwa penggunaan metode belajar yang sesuai dan penyampaian materi yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 58 Selanjutnya Koko K. Arifien, S.Pd mengatakan juga bahwa penggunaan dan pemanfaatan fungsi perpustakaan secara optimal juga merupakan salah satu langkah jitu dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan pengamatannya bahwa salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah adalah salah satunya karena keberadaan perpustakaan di sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal. 59 Dalam pasal Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, ditegaskan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting. Sebagai sumber belajar, 57 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet ke-

2, h 104-15

58

H. Veithzal Rivai , Prestasi Hasil Belajar Peserta Program MM,

www.depdiknas.go.id 59 Koko k. Arifien, S.Pd. Perpustakaan dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa, Pikiran Rakyat Bandung 2006. keberadaan perpustakaan mutlak dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan fungsi perpustakaan itu sendiri yaitu sebagai salah satu sarana dalam kegiatan belajar-mengajar dan selain itu juga perpustakaan di sekolah mempunyai fungsi dan peranan sebagai pusat sumber belajar learning resources center. Oleh karena itu pemberdayaan perpustakaan sangat diperlukan untuk menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa mengingat kadar system CBS-nya yang terkandung didalamnya sangat besar. Sedangkan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya diantaranya adalah: 1 Dengan memberikan perhatian yang penuh terhadap anak. Salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan adanya perhatian yang penuh dari orang tua. Hal ini sesuai dengan apa yang dikakatakan oleh Tata Eliestiana Dyah Armunanto bahwa orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan prestasi belajar anak. 60 Sesuai hasil penelitiannya, dikatakan bahwa Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya mendapat prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Orang tua yang memberikan perhatian besar terhadap proses belajar putra-putrinya akan mendapat prestasi belajar yang tinggi bagi anak,. Selanjutnya tata juga mengatakan bahwa perhatian dan bimbingan dari orang tua hendaknya dilakukan secara terus menerus agar anak dapat terkontrol dan mudah diarahkan. Peranan perhatian 60 www.republika.co.id , Perhatian Orang Tua Tentukan Prestasi Belajar Siswa, Jumat, 31 Desember 2004 10:00:00 orang tua disini yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak 2 Memberikan pendidikan tambahan bimbel. Banyak hal yang dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anaknya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengikutsertakan anaknya kedalam bimbingan belajar atau les-les tambahan. Hal ini sebagai langkah untuk mewujudkan keinginan anak agar prestasi yang diperolehnya dapat meningkat. 61 Adapun menurut Victor Cogen, Ed. D. upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan cara mulai dari memberikan hadiah, hukuman, mendatangkan guru prifat, atau memasukan anak kepusat-pusat bimbingan belajar, sampai menerapkan teknologi tinggi, melakukan tes-tes terapi dan psikoterapi. 62 61 Adriatik Ivanti M.Psi, Belajar dan Berprestasi, Selasa, 2007-08-07, Berita dan Informasi, http:www.bsdcity.com 62 Victor Cogen Ed. D, Melejitkan Prestasi Anak, Bandung: Pustaka Hidayah, 2006, Cet ke-1, h 17.

B. KERANGKA BERFIKIR Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah