Pengaruh kualitas pengajaran guru PAI terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Qur'an Hadits

(1)

(Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

DEDEN RAHMAN BUDIMAN 106011000079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2010 M


(2)

PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU PAI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BIDANG STUDI QUR’AN HADITS (Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri I Garut)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Deden Rahman Budiman 106011000079

Dibawah Bimbingan

Abdul Ghofur, MA NIP.19710709 199803 1001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M


(3)

Garut)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 16 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Desember 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag ... ... NIP:19680307 199803 1 002

Sekretaris(Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA. ... ... NIP: 19670328 200003 1 001

Penguji I

Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D ... ... NIP:19720704 199703 1 002

Penguji II

Drs. Abdul Haris, M.Ag ... ... NIP: 19660901 199503 1 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP: 19571005 198703 1 003


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

iv

Deden Rahman Budiman (106011000079) “Pengaruh Kualitas Pengajaran Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut)”.

Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain komponen yang lainnya, seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.

Guru sebagai pendidik formal di sekolah, memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru agama dalam mengajar bidang studinya, karena guru agama dalam mengajar bukan hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Oleh sebab itu guru dituntut mempersiapkan diri agar memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik.

Jika guru tidak memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik, tidak mustahil seorang guru akan sulit dalam merealisasikan fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar. Dan hal ini juga bisa berpengaruh besar pula terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kualitas pengajaran yang baik salah satunya adalah ditunjukan dengan adanya prestasi belajar siswa.

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode survey yakni melihat dan meneliti serta mengamati segala bentuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Untuk mengetahui pengaruh antara kualitas pengajaran guru agama dengan prestasi belajar siswa, maka penulis menggunakan teknik analisis deskriptif korelasi, yang bertujuan untuk mendeskripsikan data, analisa dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari responden.

Setelah melakukan penelitian dan mengolah data, didapatkan hasil perhitungan rxy = 0,708 yang berada pada rentang 0,70-0,90 (pada tebel interpretasi) yang menunjukan adanya korelasi positif antara variabel X (Kualitas Pengajaran Guru) dan variabel Y (prestasi belajar siswa) yang kuat atau tinggi. Sedangkan rt masing-masing sebesar 0,361 dan 0,463 dengan demikian ternyata bahwa ro adalah lebih besar dari pada rt (0,708 > 0,361 < 0,463) baik dalam taraf signifikansi 5% maupun 1%. Karena ro lebih besar maka hipotesa alternatif(Ha) diterima karena tidak teruji kebenarannya, sedangkan hipotesa Nihil(Ho)ditolak.

Sedangkan kontribusi kualitas pengajaran guru agama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 50,1264% dan sisanya 49,8736% lagi dipengaruhi oleh faktor yang lain. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kualitas pengajaran seorang guru agama dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.


(9)

v

menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH KUALITAS

PENGAJARAN GURU PAI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS”.

Salawat dan salam selalu tercurah-limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Manusia Suci dan Agung Sepanjang zaman beserta keluarganya yang suci dan tersucikan, semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil hisab, sebagai pecinta dan pengikutnya.

Penulis sadar betul bahwa penulisan skripsi yang penulis lakukan bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada, walaupun begitu penulis menganggap penulisan skripsi ini menjadi proses bagi penulis untuk menjadi manusia intelektual seutuhnya. Menjadi manusia yang mampu mencerna dan memahami setiap kalimat bukan manusia yang pintar membaca saja.

Tentunya dalam proses penulisan skripsi ini penulis tidak sendirian banyak pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, kritik, saran, masukan, arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi yang penulis lakukan, maka izinkanlah penulis untuk mengucap rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr.Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sapiudin Shidiq, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.


(10)

vi

lelah untuk meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan motivasi yang begitu besar selama masa kuliah.

6. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta staf-stafnya dan Pimpinan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mencrari referensi dalam penyusunan skripsi.

8. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut, Waka Kurikulum, para dewan guru, staf TU serta siswa/i Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut, yang telah berpartisipasi dalam memberikan informasi dan data-data sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Sembah baktiku kepada Ayahanda tercinta Bapak Asep Syarifudin dan Ibunda tercinta Bu Lilis atas kasih sayang, pengorbanan, dukungan moril maupun materiil serta doa-doa yang telah diberikan kepada penulis semoga skripsi yang penulis selesaikan menjadi sebuah kebanggaan. 10. Adik-adikku Ferdi Herdiana, Diaz Zaidan dan Intan Calya Aryanti, atas

doa-doanya untuk Aa, “ kutahu kalian dan kuyakin tak ada impian yang sulit kalian raih ”..

11. Seluruh Keluarga Besar yang senantiasa memberikan dorongan moril maupun materil serta memanjatkan do’a untuk kelancaran serta kegiatan yang dilaksanakan.


(11)

vii

13. Teman-teman jadulku di Darul Arqam’06 (Shobir, Zam-zam, Iqbal dan Fauzan Hamzah, Wildan Az) yang bahkan kubosan selalu melihat kalian selama 10 tahun.. kalian tetap menjadi sahabat terbaikku..terima kasih untuk kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan.

14. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI B, Ansori, Naseh, Roni, Ghoni, Azis, Ahmad, Arif, Yudi, Syaikhu, Ria, Ani, Dini, Ade Putri, Aisyah dan semuanya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi ta’zim saya.

15. Temen-temen IMM Cabang Ciputat Iqbal, Aos, Welly, Sarly, Rini tetaplah berfastabiqul khairat dan tunjukan bahwa kita selalu jadi pemenang, IMM Jaya.

16. IKADAM JABODETABEK, terima kasih telah menjadi tempatku berbagi cerita tentang masa pesantren dulu.

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis serahkan semuanya kepada Allah Swt, semoga perhatian, partisipasi dan motivasi dibalas oleh Allah Swt sebagai amal kebaikan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang khususnya kepada penulis.

Jakarta, 16 Desember 2010 Penulis


(12)

viii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Ujian Munaqasyah……….. i

Lembar Pengesahan Skripsi………... ii

Lembar Pernyataan ………... iii

Abstraksi ……….... iv

Kata Pengantar……… v

Daftar Isi ………. Daftar Lampiran………. viii x DaftarTabel ……… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………... B. Identifikasi Masalah……….

C. Pembatasan Masalah………

D. Perumusan Masalah ……….

E. Tujuan Penelitian ……….

F. Manfaat Penelitian ………... 1 6 6 6 7 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA

A. Kualitas Pengajaran Guru

1. Pengertian Kualitas Pengajaran Guru.………. 2. Kedudukan dan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran. 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran..

8 13 16 B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar……….. 2. Teori Belajar………... 3. Prestasi Belajar………... 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar…….. 5. Indikator Prestasi Belajar………...

19 21 22 25 28 C. Kerangka Berpikir...………... D. Hipotesa………...

29 30


(13)

ix

D. Variabel Penelitian………. E. Metode Pengumpulan Data……… F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data……… G. Instrument Penelitian……….

33 34 35 39 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………. B. Deskripsi Data ………... C. Interpretasi Data ………...

41 46 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... B. Saran ………..

67 68

DAFTAR PUSTAKA………. 70


(14)

x

Halaman Lampiran 1

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8

Angket Penelitian Pedoman wawancara Penilaian Kemampuan Guru

Tabelnilai koefisien korelasi “r” untuk berbagai df Surat bimbingan skripsi

Surat izin riset ke sekolah Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian

73 75 78 81 82 83 84 85


(15)

xi Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28

Skor item Alternatif Jawaban Responden Kualifikasi Skor Angket

Interpretasi nilai “r” Instrument Penelitian

Keadaan Gedung/Ruang MAN 1 Garut

Pimpinan Madrasah yang bertugas di MAN 1 Garut Keadaan guru dan staf

Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2010-2011 Mengemukakan Tujuan Pengajaran

Memberikan Apersepsi Memberikan Apersepsi Memberikan Pre-test Memberikan Pre-test Menyampaikan Materi Menyampaikan Materi Penguasaan Materi

Kesesuaian Materi Dengan Pokok Bahasan Kesesuaian Materi Dengan Tujuan Pengajaran Metode Pengajaran yang di pakai

Metode Pengajaran yang di pakai Penggunaan Media Pengajaran Kemampuan melakukan feed back Kemampuan melakukan feed back Melakukan penilaian / evaluasi Melakukan penilaian / evaluasi Menarik Kesimpulan Memberikan Motivasi 36 37 38 39 42 43 44 46 46 47 48 48 49 49 50 51 51 52 52 53 53 54 55 55 56 56 57


(16)

xii Tabel 30

Tabel 31 Tabel 32

Hasil perhitungan variabel x (Kualitas Pengajaran) Variabel y (Prestasi Belajar)

Nilai korelasi antara variabel x dan variabel y

59 60 61


(17)

1

Dewasa ini setiap negara berlomba untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena mereka menyadari bahwa pendidikan itu akan memberikan dampak positif terhadap kemajuan dari bangsa negara tersebut. Sejarah juga membuktikan keberhasilan pendidikan dalam suatu negara menyebabkan keberhasilan dari negara tersebut, seperti halnya negara-negara yang sudah maju sekarang.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Pentingnya pendidikan ini juga telah disadari oleh masyarakat dan pemerintah indonesia,seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

1


(18)

Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pada ayat ketiga ditegaskan pula bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Dalam perjalanannya aktifitas pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan dasar amanat UUD 1945 selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman yang dipicu oleh kemajuan IPTEK. Hal ini tercermin dari adanya perubahan kurikulum dimulai dari kurikulum tahun 1975 hingga sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) tahun 2006. Lahirnya KTSP merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi kelemahan-kelemahan dalam sistem pendidikan pada masa lalu sekaligus sebagai antisipasi untuk menjawab tantangan kemajuan IPTEK yang sangat pesat dewasa ini.

Kegiatan belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan memiliki tanggung jawab sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut banyak faktor yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh guru. Salah satunya adalah interaksi antara guru dan muridnya sehingga mampu mendorong, membangkitkan dan menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa serta memberikan pengaruh yang baik pada prestasi belajarnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sebagaimana diungkapkan Sardiman NK dkk, yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan yang ingin dicapai 2. Materi yang akan diajarkan 3. Sumber-sumber belajar 4. Keadaan siswa

5. Keadaan guru

6. Keadaan kelas, jumlah siswa dan waktu yang tersedia 7. Biaya, ketatausahaan dan manajemen.


(19)

Salah satu yang paling menentukan dan dominan dari ke tujuh faktor di atas adalah keadaan guru karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

UU Nomor 14 tahun 2003 pasal 10 menjelaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.2

Guru itu harus mempunyai kemampuan dalam belajar, sebagaimana yang dikatakan oleh Nana Sudjana bahwa:

”Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsung interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian/ evaluasi”.3

Melihat kutipan di atas, jelas bahwa proses belajar mengajar akan mencapai hasil jika didukung oleh keseimbangan antara guru dan siswa. Artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan dasar dalam merencanakan dan melaksanakan program tersebut dan sebaliknya bagi siswa harus dapat memanfaatkan situasi belajarnya dengan sebaik-baiknya.

2

UUSPN No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat 1

3


(20)

Selaras dengan kutipan di atas dikatakan pula bahwa “salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran”.4 Dalam hal ini seorang guru dituntut menjadikan proses belajar mengajar yang efektif dalam mengajar tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif ini, menurut Muh. Uzer Usman ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa yakni “Melibatkan siswa secara aktif, menarik minat, dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip individualitas, dan peragaan dalam pengajaran”.5

Di dalam KTSP dikemukakan setiap jenjang pendidikan formal memiliki beban pelajaran yang berbeda baik dalam jam pelajaran maupun dalam mata pelajaran seperti jam pelajaran di tingkat SD juga materi pelajaran berbeda dengan di tingkat SMP. Dengan kondisi seperti ini maka setiap guru harus menguasai kemampuan pengajaran yang spesifik sesuai dengan tingkat pengajarannya di kelas, misalnya keahlian yang dimiliki guru SD dengan SMP tidak dapat disamakan walaupun mengajar pada mata pelajaran yang sejenis.

Standar lainnya dalam KTSP yaitu standar kelulusan yaitu program kegiatan untuk siswa. Pemerintah mengharapkan setelah proses belajar berakhir siswa memilki kompetensi-kompetensi yang dapat membekali dirinya untuk kehidupan berikutnya. Sejauh ini pemerintah sudah berupaya pula untuk memberikan dukungan terhadap siswa melalui berbagai program bantuan operasional sekolah (BOS), beasiswa miskin, sekolah gratis, dan sebagainya. Apakah program tersebut sudah mencapai tujuan, tentu juga masih merupakan harapan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui berbagai cara seperti program sertifikasi, pelatihan-pelatihan, seminar dan sebagainya. Apakah program tersebut dapat menunjukan hasil, tentunya juga merupakan hal yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pemerintah sudah berupaya meningkatkan profesionalisme guru juga dukungan sarana dan prasarana bagi

4

Nana Sudjana,Dasar-Dasar Proses ..., h. 40

5

Muh. Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional,(Bandung; Remaja Rosda Karya, 1990), h. 16-26


(21)

siswa. Walaupun upaya tersebut sudah dilaksanakan namun nampaknya masalah pendidikan masih cukup banyak seperti halnya tingkat kelulusan sekolah masih belum memuaskan, hasil belajar siswa rendah, motivasi belajar rendah, banyak siswa yang drop out, kenakalan remaja meningkat dan sebagainya. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini tentunya menarik untuk selalu diteliti.

Mengingat masalah yang berkembang cukup banyak penulis tertarik untuk meneliti satu bagian masalah, yaitu masalah yang berhubungan dengan keprofesionalan guru dan prestasi belajar siswa. Jelas ini menjadi pertanyaan bagi penulis mengingat pada satu sisi pemerintah sudah melakukan upaya meningkatkan profesionalisme guru namun pada sisi lainnya prestasi belajar siswa belum terdengar kabar yang menggembirakan.

Keadaan ini masih menjadi pertanyaan, apakah berlaku umum misalnya semua sekolah menghadapi kondisi seperti itu atau hanya sebagian sekolah tertentu. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh kondisi profesionalisme guru kaitannya dengan pestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dalam mata pelajaran Qur’an Hadits. Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut menjadi pilihan dengan alasan Madrasah Aliyah ini merupakan salah satu lembaga pendidikan dilingkungan kementrian agama tidak tertutup dari kemungkinan-kemungkinan adanya masalah pendidikan. Berdasarkan observasi awal hasil wawancara dengan lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut prestasi belajar siswa pada umumnya belum memuaskan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali lebih jauh, mengenai prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dan kaitannya dengan kualitas pengajaran dari tenaga pendidik mata pelajaran tersebut. Untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :

“PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS (Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut)”.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang disampaikan masih menggunakan metode lama dan kurang variatif .

2. Ada sebagian guru yang tidak membekali dirinya dalam mengajar dengan ilmu keguruan.

3. Rendahnya prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut. 4. Rendahnya potensi akademis siswa.

5. Kurangnya peran serta siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis memberikan batasan tentang ruang lingkup pembatasan permasalahan, yaitu :

1. Kualitas pengajaran guru Qur’an Hadits yang mengajar kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut yang mengajar pada tahun 2010/2011. 2. Prestasi belajar siswa bidang studiQur’an Hadits Madrasah Aliyah Negeri

1 Garut yang diambil dari nilai rapor semester satu tahun pelajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas pengajaran Guru Agama Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut pada mata pelajaran Qur’an Hadits?

2. Bagaimana Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Kelas XI IPA pada mata pelajaran Qur’an Hadits?

3. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pengajaran Guru pada mata pelajaran Qur’an Hadits terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut?


(23)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kualitas pengajaran guru agama pada mata pelajaran

Qur’an Hadits di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits di kelas XI IPA semester satu Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kualitas pengajaran guru agama terhadap prestasi belajar siswa bidang studiQur’an Hadits di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti, untuk dijadikan pra-syarat menyandang gelar sarjana S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai calon pendidik agar dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam mengajarnya.

2. Bagi Guru, meningkatkan kualitas guru dalam mengajar guna mencapai tujuan pengajaran yang optimal khususnya guru pada bidang studi Qur’an Hadits.

3. Bagi Siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajarnya dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dan mata pelajaran yang lain.

4. Bagi Sekolah, dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam melakukan evaluasi kinerja guru dan siswa dan dapat menambah Khazanah Ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dan umumnya dimana saja.


(24)

8

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA

A. Kualitas Pengajaran Guru

1. Pengertian Kualitas Pengajaran Guru

Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris (quality) dan sepadan dengan kata “mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum kualitas dapat diartikan “mutu” yaitu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pula bahwa kualitas memiliki arti tingkat baik buruknya suatu kadar, derajat, taraf, atau mutu di sesuatu.1

Sesuai dengan arti di atas secara substantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu mengandung dua hal, pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah ”sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah sesuatu yang menunjukan kedudukan dalam suatu skala”.2 Sedangkan secara umum mutu adalah”gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya di dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat”.3

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,2007) hal. 603

2

Sanusi uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet ke-1, h.27

3

Umaidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta : Dirjen Depdiknas, 2001), Cet ke-1, h.26


(25)

Selaras dengan kutipan di atas Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai sesuatu atau seseorang dalam melakukan suatu proses”.4

Adapun definisi mutu menurut Armai Arifadalah “usaha yang dilakukan oleh seseorang, lembaga (institusi) atau organisasi dalam upaya menyempurnakan suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien”.5 Jadi mutu merupakan orientasi utama dari suatu produk sejauhmana suatu produk memenuhi kriteria, standard atau rujukan.

Dengan demikian dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mutu/kualitas adalah tingkatan atau kadar sesuatu, baik berupa benda, manusia atau yang lainnya. Sedangkan dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu, dua dan selanjutnya. Adapun dari sisi kadar, dapat dikatakan kualitas baik, kualitas sedang, kualitas rendah dan sebagainya.

Sementara itu secara etimologi istilah pengajaran berakar dari kata “ajar” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti petunjuk yang harus dikatakan kepada orang lain supaya diketahui(dituruti dan sebagainya). Dalam bahasa arab diterjemahkan ”Ta’lim” yang berarti pengajaran (proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan dan perihal mengajar, melatih).6 Sedangkan pengertian pengajaran secara terminologis tidak dapat di definisikan secara pasti karena memiliki keanekaragaman makna. Keberagaman ini disebabkan karena para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat pengajaran.

Pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar”.7

Menurut Alisuf Sabri pengajaran adalah ”pemberian pelajaran atau informasi pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik,

4

Nurhasan,Konversi Nasional Pendidikan Indonesia: Kurikulum Untuk Abad Ke-21, (Jakarta : PT.Grasindo, 1994), h. 390.

5

Armai Arif,Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta : CRSD PRESS, 2005), cet ke-1, h.22

6

Mahmud Yunus,Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 278

7

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algasindo,2000), h.29


(26)

dengan tujuan agar peserta didik memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan keterampilan”.8

Roestiyah NK mengemukakan empat definisi pengajaran, yaitu pertama, pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa, kedua, pengajaran adalah mengajar siswa-siswa bagaimana cara belajar, ketiga, pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa, keempat, mengajar adalah interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru.9

Pengertian pertama menunjukan hubungan sepihak, dalam arti guru memegang peran sentral dalam kegiatan pengajaran sementara murid dianggap pasif dan hanya menerima tanpa komentar. Tujuan pengajaran hanya pada penguasaan oleh siswa. Pengajaran ini bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang peranan utama. Sering kali ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan model pengajaran tradisional yang sampai kini masih dapat ditemukan pada sekolah-sekolah.

Definisi kedua menunjukan bahwa guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, ia hanya sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif untuk proses belajar mengajar. Dalam hal ini yang menjadi objek pengajaran bukan siswa atau materi, tetapi suasana.

Definisi ketiga menunjukan adanya hubungan yang interaktif antara individu, sementara tugas guru adalah menciptakan situasi agar tiap individu dapat ikut aktif belajar. Sedangkan pada definisi keempat menunjukan bahwa dengan proses interaksi, siswa memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru.

Pengajaran juga bisa disebut dengan mengajar yaitu usaha untuk mencapai tujuan berupa kemampuan tertentu, atau usaha untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif sehingga siswa yang belajar memperoleh atau meningkat kemampuannya.

8

Ali Sufsabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, h 42.

9

Roestiyah NK,Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : Bina Aksara, 1986), Cet.ke-3, hal.41


(27)

Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa mengajar adalah ”sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.10

Dari berbagai pengertian pengajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara sengaja antara guru dan siswa untuk mengelola lingkungan (situasi) agar memungkinkan anak didik untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Definisi ini juga menunjukan bahwa pengajaran tidak akan dapat terlaksana jika tidak melibatkan komponen guru, siswa, materi ajar dan situasi yang mendukung.

Definisi guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dan dalam istilah bahasa Arab banyak kata yang mengacu kepada pengertian guru dan sangatlah beragam mulai dari kata “Muallim” yang berarti orang yang mengetahui.11

Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin mengungkapkan bahwa guru adalah ”orang yang layak digugu dan ditiru”.12 Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bicara dan cara berprilakunya sehari-hari.

Selanjutnya definisi guru yang dikemukakan oleh E Mulyasa, guru adalah ”pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin”.13

10

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. Ke-17, h.182

11

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), cet ke-1, hal 41.

12

Syafruddin Nurdin,Guru Profesional Dan Implentasi Kurikulum, (Jakarta Quantum Teaching, 2005), Cet. Ke-1, h.7

13

E mulyasa,Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.ke-6, h.37.


(28)

Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain”.14

Merujuk kepada pengertian di atas maka guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar atau orang yang tugasnya mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru merupakan sosok teladan dan salah satu sumber pengetahuan bagi siswanya, sehingga sudah sewajarnya jika mereka memilki kualitas yang tinggi. Dengan memilki kualitas kerja yang tinggi maka diharapkan akan menghasilkan siswa yang memiliki prestasi yang tinggi pula.

Dikarenakan keberadaan seorang guru itu sangat penting dan utama, maka mereka dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya selalu mampu meningkatkan dan memperluas pengetahuan serta wawasan baik secara formal maupun non formal.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik maka akan tampak perubahan yang berarti pada diri siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajar akan semakin meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan akan mampu meningkatkan kepuasan kerja, rasa percaya diri dan semangat kerja yang tinggi.

Dengan demikian pengertian kualitas pengajaran guru adalah tingkatan mutu atau baik buruknya seorang pendidik dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswanya serta tingkatan atau baik buruknya seorang guru dalam melakukan suatu proses interaksi antara guru dengan anak didiknya dalam rangka mengelola situasi yang memungkinkan anak didik untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan guru yang berkualitas yang memiliki ciri dan karakteristik serta kemampuan yang profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik.

14

Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-13, h.138


(29)

2. Kedudukan dan Peran guru Dalam Proses Pembelajaran

Sejak dulu dan sampai sekarang guru menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri tauladan, di tengah-tengah membangun dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi. Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.15

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi mengemban tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya secara kelompok tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.

Ajaran agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka pantas untuk mencapai taraf penghormatan dan kedudukan yang tinggi. Penghormatan dan kedudukan yang tinggi ini amat logis diberikan kepadanya, karena dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam membimbing dan mengarahkan, membentuk akhlak dan memberikan pengetahuan sehingga anak didik siap menghadapi hari depan dengan penuh rasa percaya diri dan dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan di muka bumi ini.

Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, Sardiman AM menjelaskan bahwa”peranan guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator”.16

Sedangkan Piet A. Sahertian mengutip pendapat Watten B dalam menjelaskan peranan guru sebagai “tokoh terhormat dalam masyarakat, penilai, seorang sumber, pembantu, wasit, detektif, objek identifikasi, penyangga rasa takut, orang

15

Moh. Uzer Usman,Menjadi Guru Professional…, h.7-8

16

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Ed. 1, Cet. h.144-146


(30)

yang menolong memahami diri, pemimpin kelompok, orang tua/wali, orang yang membina dan member layanan, kawan sekerja dan pembawa rasa kasih sayang”.17

Peranan guru menurut Adams dan Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.18

Yang akan penulis kemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.19

2) Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokratis.20

3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat

17

Piet A. Sahertian,Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994), h.14

18

Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.9

19

Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.9

20


(31)

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.21

4) Guru Sebagai Evaluator

Sebagai evaluator yakni guru sebagai penilai hasil belajar. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.22 Guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang di capai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.

Selain itu profesi guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas pokok seorang guru adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Moh. Uzer Usman mengelompokan tugas guru ke dalam tiga jenis, yaitu : tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.23

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia

21

Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.11

22

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h.253

23


(32)

menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

Tugas guru dalam bidang masyarakat diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran Guru

Dalam suatu pengajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran seorang guru, karenanya untuk menjadikan proses pengajaran yang dilakukan menjadi berkualitas seyogyanya harus ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya agar proses belajar-mengajar menjadi lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, adapun hal-hal yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut diantaranya adalah :

1. Kemampuan Membuat Perencanaan Pembelajaran.

Sebelum membuat perencaaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara teoritis dan praktis unsusr-unsur yang terdapat dalam perencanaan pengajaran. Kemampuan dalam merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pengajaran. Keterampilan dalam menyusun rencana pengajaran ini adalah merencanakan pengelolaaan kegiatan belajar mengajar, merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, merencanakan pegelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran dan merencanakan penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran.24

2. Kemampuan Dalam Menjelaskan

Yang dimaksudkan dengan keterampilan dalam menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.

24


(33)

Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.25

3. Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pengajaran. Peranan alat bantu memegang peranan yang sangat penting sebab sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Media atau alat pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Dengan kata lain, terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyaur pesan (guru).26

4. Kemampuan Menggunakan Metode

Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal.27

5. Kemampuan Mengelola Kelas.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannnya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika

25

Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.89

26

Sri Anitah W, Dkk,Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), Cet.4, h.6.6

27


(34)

guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.28

6. Kemampuan Mengevaluasi

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengetahui hingga sejauhmana siswa telah mendayagunakan kapasitasnya kognitifnya untuk keperluan belajar dan untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metoda mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.29

Kualitas guru dalam mengajar pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang datangnya dari dalam dan luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensial, bakat, sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain faktor kepemimpinan kepala sekolah, anak didik dan sarana.

Menurut kartini kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi mutu guru antara lain adalah ”faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana”.30

Kedua faktor tersebut menunjukan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta

kegiatan-28

Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.97

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h. 142 30


(35)

kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran (pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran).

Untuk meningkatkan kualitas guru perlu dipertimbangkan faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kemauan kecakapan serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya.

Dengan demikian faktor internal pada guru merupakan faktor yang utama dan mendasar dalam meningkatkan kualitas mengajar guru, juga dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Namun faktor eksternal juga merupakan penunjang bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor untuk meningkatkan kualitas mengajar guru diantaranya adalah membina dalam program pengajaran, membina dalam pengelolaan pengajaran, membina dalam menyusun evaluasi pengajaran, member kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan meningkatknya kualitas mengajar guru maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil


(36)

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Seringkali rumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut uraian tentang belajar:

Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf. Belajar adalah proses pembentukan Stimulus Respon (S-R) atau hubungan-hubugan tertentu dalam sistem urat syaraf sebagai hasil respon terhadap stimulus. Definisi lain, belajar adalah penambahan pengetahuan. Selain itu belajar juga merupakan proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.31

Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui pengalaman.32 Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Dapat dikatakan bahwa orang yang belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar itu.

Menurut Harold Spears belajar yaitu: “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” Jadi belajar itu terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri.33

Hilgard mengatakan:“Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in natural environment) as distringuished from changes by factor not attributable to training”. Belajar adalah proses mencari ilmu yang yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.34

Gagne, dalam bukuThe Conditions of learningsebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “belajar terjadi apabila suatu situasi

31

S. Nasution,Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 34

32

Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5, h. 36

33

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 1, h. 54-55

34

Aminuddin Rasyad,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 29


(37)

stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.35

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan tingkah laku tersebut untuk memperoleh tujuan pendidikan.

2. Teori Belajar

Proses tentang belajar sebagai proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang dank arena itu sukar diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prose situ kompleks, maka timbulah beberapa teori tentang belajar, yaitu sebagai berikut:

a. Teori Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata, angka atau istilah asing.36

b. Teori Ilmu Jiwa Gestalt

Menurut teori ini, kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang penting adalah pada penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respon yang tepat. Karena penemuan respon yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subyek belajar dengan segala panca inderanya. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indera itu sangat diperlukan. Menurut teori ini memang mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah itu tergantung pada pengamatan.

Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang

35

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1990), Cet. 5, h. 84

36


(38)

terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperolehinsight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah kesan.37

c. Teori Ilmu Jiwa Asosiasi

Dalam teori ini terdapat dua teori, yaitu teori konektionisme dan teori conditioning. Menurut teori konektionisme, belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Sedang menurut teori conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.38

3. Prestasi Belajar

Kata ”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “Prestatie” yang kemudian dalam bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil dari usaha.39Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “Prestasi” dan “Belajar”, mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang prestasi belajar, penulis menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan).40 Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Mas’ud Khasan Abdul Qahar, Bahwa Prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”, Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat Bahwa Prestasi adalah “ Penilaian

37

Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008),h.19

38

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan...,h.91

39

Zaenal Arifin,Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1996), h.2

40


(39)

pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.41

Dari pengertian diatas dapat dimengerti bahwa Prestasi adalah Suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.

Menurut Winkel prestasi belajar adalah “hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai”.42 Nana Sudjana memberi pengertian tentang prestasi belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.43Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.44

Dari pengertian hasil belajar yang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan-kegiatan belajar yang optimal berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna bagi perkembangan diri selanjutnya, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

Dengan adanya prestasi belajar, siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang penting, yaitu siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya dan juga kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia pun dapat memikirkan apa yang dapat harus dilakukannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia

41

Saiful Bahri Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), Cet ke 1, hal 20-21.

42

Ws, Winkel,Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 102.

43

Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet.-IV, h. 22.

44


(40)

dapat memperbaikinya di waktu mendatang agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.45

Dalam proses penilaian hasil belajar, pengukuran mempunyai peranan yang sangat penting, yakni untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penilaian yang bersangkutan. Dengan demikian, pengukuran dengan sifatnya yang lebih obyektif dapat mendukung obyektifitas suatu proses penilaian hasil belajar.

Berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes prestasi belajar dapat digolongkan menjadi enam golongan sebagai berikut:46

a. Tes seleksi, tes ini dilaksanakan dalam rangka menyeleksi siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

b. Tes awal, tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh peserta didik.

c. Tes akhir, tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. d. Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk melaksanakan secara

tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.

e. Tes formatif, adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakah peserta didik “sudah terbentuk” sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan

f. Tes sumatif, adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.

45

H.C. Witherington,Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed. 3, h. 172

46

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 68-72


(41)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang berjalan dengan lancar dan kadang-kadang tidak, kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar. Demikian kenyataannya yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupannya sehari-hari didalam aktivitas belajar-mengajar.

Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan prestasi belajar siswa. Siswa yang kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Disamping kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga memperhatikan kondisi pancaindera. Dengan memahami kelbihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalvm memilih dan menetukan jenis rangsangan atau stimulus dalam proses belajar.47

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor intenal adalah faktor psikologis. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan tentunya hal ini

47

Yudhi Munadi,Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24


(42)

akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar masing-masing siswa. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

Pertama, intelegensi, yaitu kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri tehadap situasi baru, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif dan kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat. Menurut Reber, intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang cepat.48 Sedangkan menurut Wechler, intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan Intelegensi merupakan suatu potensi, sehingga seseorang yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang yang besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.

Kedua, perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang tertuju pada suatu obyek. Untuk dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menari perhatian siswa, bila tidak maka perhatian siswa tidak akan terarah pada obyek yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan kegiatan belajar. Menurut Muhibbin, minat adalah “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.49 Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu, tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.

48

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…,h.133-134.

49


(43)

Menurut Chaplin dan Reber, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.50 Dengan demikian bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.

Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah.

Keempat, motif dan motivasi. Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif, yaitu motif yang sudah ada dalam diri seseorang yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Motif lainnya adalah motif yang datang dari luar, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive. Motivasi adalah seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Kelima,kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai ini meliputi tiga hal, diantaranya, persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan tehadap suatu kesan yang timbul dala lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau. Berpikir adalah proses dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Jadi yang membedakan satu siswa dengan siswa lainnya adalah kadar kekuatan daya nalarnya.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara

50


(44)

kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung.

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Hirik pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam proses dan prestasi belajar siswa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan dari salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah di dukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut diatas.

5. Indikator Prestasi Belajar Siswa

Menurut Bloom ada tiga indikator hasil belajar siswa, yaitu dimensi kognitif, adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan aplikatif, sintesis, analisis dan evaluasi. Sedangkan dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Dan untuk dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik.51

Adapun pengungkapan indikator prestasi belajar seseorang biasanya terlihat dari prilakunya. Baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir dan keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku seseorang merupakan hasil belajar atau cerminan dari prestasi belajarnya.

51


(45)

Biasanya prilaku yang terlihat dari seseorang yang memiliki prestasi belajar yang baik adalah seperti selalu atensi dan perhatian terhadap pelajaran, disiplin, mempunyai motivasi belajar yang tinggi, selalu menghargai guru dan teman-temannya.

Indikator prestasi belajar yang dimaksud adalah tanda kesuksesan atau keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mengetahui sukses atau tidaknya siswa dalam belajar maka seseorang guru perlu melakukan pengukuran atau penilaian. Sebagaimana dijelaskan Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan menyebutkan : “ada 3 ranah yang perlu dilakukan dalam pengukuran kegiatan evaluasi yaitu : Pertama, ranah kognitif (Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi), Kedua, ranah apektif (Kemauan dalam menerapkan hasil pelajaran), Ketiga, ranah psikomotorik (Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupan sehari-hari)”52

C. Kerangka Berpikir

Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain komponen yang lainnnya, seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.53

Hasil akhir yang diharapkan dari proses pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran ini tentunya harus berjalan secara

52

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.114

53


(46)

optimal, untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik, salah satunya adalah kualitas pengajaran seorang guru.

Guru sebagai pendidik formal di sekolah, memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru agama dalam mengajar bidang studinya, karena guru agama dalam mengajar bukan hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Oleh sebab itu guru dituntut mempersiapkan diri agar memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik.

Jika guru tidak memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik, tidak mustahil seorang guru tidak akan mudah dalam merealisasikan fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dan hal ini juga bisa berpengaruh besar pula terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kualitas pengajaran yang baik salah satunya adalah ditunjukan dengan adanya prestasi belajar siswa yang baik pula.

Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa betapa pentingnya kualitas pengajaran guru dalam proses pembelajaran, apalagi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa keberadaan guru yang berkualitas pasti akan sangat dibutuhkan oleh siswa.

D. Hipotesa

Hipotesa merupakan suatu pernyataan yang sangat penting kedudukannya dalam penelitian. Dari arti katanya, hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Yang kemudian hipotesis yang cara penulisannya yang ejaannya disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia yaitu hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.54

Ada dua hipotesa yang digunakan dalam penelitian. Perama, hipotesa kerja atau hipotesis alternative (Ha). Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Kedua,

54

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Dalam Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-8, hal. 71


(47)

yaitu hipotesa Nol (Ho), hipotesa nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.55

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah:

Ha : Adanya pengaruh antara kualitas mengajar guru Qur’an Hadits terhadap prestasi belajar siswa.

Ho : Tidak adanya pengaruh antara kualitas mengajar guru Qur’an Hadits terhadap prestasi belajar siswa.

55


(48)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian secara langsung di MAN 1 Garut yang berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Koropeak, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Sedangkan waktu yang dilakukan dalam proses penelitian ini yaitu dari bulan November-Desember 2010.

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey yaitu penelitian melihat dan meneliti serta mengamati segala bentuk pembelajaran di sekolah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kualitas pengajaran guru agama di dalam proses pembelajaran, penulis menggunakan persepsi siswa sebagai tolak ukur dalam melihat dan menilai kualitas pengajaran guru.

Selanjutnya untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasi, didukung oleh data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research).


(49)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 121 siswa, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 1 Data Jumlah Siswa Kelas XI IPA

No Kelas XI IPA Jumlah Populasi

1 Kelas XI I (IPA) 40

2 Kelas XI II (IPA) 40

3 Kelas XI III (IPA) 41

Jumlah 121

Sumber: Data BK Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2010/2011 Menurut Suharsimi, untuk menentukan sampel yang populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah populasinya besar, dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.2 Populasi pada penelitian ini adalah 121 orang siswa, atas dasar pertimbangan waktu, tenaga, dan dana, maka peneliti menetapkan jumlah sampel 25% dari populasi, yaitu 0,25 x 121 = 30.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian. Variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala yang disebut dengan variabel X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah: Kualitas Pengajaran Guru di MAN 1 Garut.

1

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 129

2


(50)

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang disebut dengan variabel Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Prestasi belajar Siswa/i pada bidang studi Qur’an Hadits yang diperoleh dari nilai rapor semester satu kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut 2010/2011.

E. Metode Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi, metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.3 Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan berbagai metode antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.4

Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan dengan seksama terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru Qur’an Hadits di dalam kelas ketika melaksanakan pembelajaran dan mengamati keadaan lingkungan sekolah seperti, fasilitas, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, dan lain-lain.

2. Wawancara

Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan.5 Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung denganGuru Qur’an HaditsMadrasah Aliyah Negeri 1 Garut kelas XI IPA untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian.

3. Angket / Kuesioner

Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab dilakukan

3

Suharsimi Arikunto,Manajemen Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 2007) Cet.-IX, h.100.

4

WinaSanjaya,PenelitianTindakanKelas (Jakarta: Kencana: 2009), h. 86.

5


(51)

pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang dikenai penelitian. Angket dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu berisi pertanyaan yang disertai jawaban-jawaban yang telah tersedia dan harus dipilih oleh responden. Dalam penelitan ini data yang diambil melalui angket adalah melalui seperangkat instrumen pertanyaan yang akan diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sumber data yang berupa data atau barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen nilai, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai raport semester satu siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2010/2011.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a.Editing. Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tujuannya untuk merapihkan data agar bersih dan rapi sehingga dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut.

b.Skoring. Yaitu pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket, dengan memperhatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi skor.

c.Tabulating. Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai

6


(52)

kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain.

2. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif prosentase sebagai berikut:

P = f x 100% n

Keterangan:

P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya N = Number of cases

Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan skoring untuk menentukan skor masing-masing responden. Semua pertanyaan dan pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:

Tabel 2

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Kadang-kadang 3 Kadang-kadang 2

Pernah 2 Pernah 3


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bidang studi :QUR’AN HADITS Hari tanggal : 27 November 2010

Waktu wawancara : 10.50-11.15

Pengajar : Cecep Sa’ban Ruhiat, S.Ag, MA.

1. Sebelum mengajar apakah bapak membuat perencanaan pengajaran (rpp)? Jawab : Ya, sebelum mengajar saya selalu membuat perencanaan pengajaran terlebih dahulu, karena ini adalah tugas pokok seorang guru.

2. Bagaimana menurut bapak mengenai pentingnya penyusunan perencanaan pengajaran sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar?

Jawab : Sangat penting, agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang akan di capai.

3. Menurut bapak seberapa penting manfaat memberikan apersepsi sebelum memulai pelajaran?

Jawab : Sangat penting, karena dengan apersepsi ini siswa lebih mudah untuk berkonsentrasi pada materi yang akan dibahas. Selain itu siswa juga bisa mengingat materi terdahulu yang telah dibahas.

4. Dalam proses pembelajaran, bagaimana usaha bapak dalam memilih metode?

Jawab : Dalam memilih metode biasanya saya menyesuaikan dengan kebutuhan materi, agar proses pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan tidak mengmbil banyak waktu.

5. Menurut bapak bagaimana penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?

Jawab : Harus karena dapat membantu guru dalam proses pembelajaran, tetapi meskipun penggunaaan media ini penting tetap harus melihat pada


(2)

kebutuhan materi agar tidak menjadi sia-sia. Peran media dalam proses pembelajaran sangat besar, sepertinya siswa lebih cepat dan lebih mudah memahami materi apabila menggunakan media.

6. Bagaimana cara bapak dalam menyampaikan materi?

Jawab : Saya dalam mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas disesuaikan dengan RPP.

7. Menurut bapak seberapa besar manfaat pelaksanaan evaluasi di setiap akhir proses pembelajaran?

Jawab : Sangat besar, untuk mengukur kompetensi siswa dari hasil ajar sejauh mana dalam menyerap pembelajaran.

8. Alat evaluasi apa yang bapak gunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengajar?

Jawab : Alat evaluasi yang digunakan yaitu Tes Tulis, Pengamatan dan Unjuk Kerja.

9. Bagaimana usaha bapak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?

Jawab : Mengupayakan metode yang lebih cocok untuk tercapainya hasil belajar yang di inginkan.

10. Untuk menumbuhkan semangat belajar siswa/i, apa yang bapak lakukan?

Jawab : Membuat atau menanamkan dalam siswa dengan humoris, memberikan motivasi sesuai dengan bidang studi Qur’an Hadits tentang perjalanan hidup manusia.

Interviewer,

Deden Rahman Budiman

Interviwee,


(3)

BIODATA GURU QUR’AN HADITS

Nama : Cecep Sa’ban Ruhiat, S.Ag, MA Tempat/Tanggal Lahir: Garut, 11 Juni 1971

Alamat : Kp/Ds. Pasanggarahan No. 93 Rt. 01 Rw. 02

Kec. Sukawening– Garut,44184

Jenjang Pendidikan : - SDN Cinta Rakyat, Lulus Tahun 1985

- SMP Muslimin, Lulus Tahun 1988.

- MAN 1 Garut, Lulus Tahun 1991.

- STAI Al-Musadadiyah Garut, Fak. Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Lulus Tahun 1999.

- Institut Agama Islam Al-Aqidah Jakarta, Program Pasca Sarjana, Jurusan Politik Islam, Lulus Tahun 2009.

Pekerjaan : - Ketua Program Agama MAN 1 Garut

- PNS /Guru Qur’an Hadits di MAN 1 Garut

Pelatihan : Diklat Amtsilati, Pesantren Ayifaush Shudur, 11 Juni 2005

Garut, 20 desember 2010


(4)

LEMBAR PENILAIAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

Nama Guru :………... Pokok Bahasan :………... ………

Kelas :……….. Hari/Tanggal :………...

A. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

1. Merumuskan TPK 1 2 3 4 5 2. Menentukan metode 1 2 3 4 5 3. Menentukan langkah-langkah 1 2 3 4 5 mengajar

4. Menentukan cara-cara memotivasi 1 2 3 4 5 murid

Rata-rata :………

B. MERENCANAKAN PENGORGANISASIAN BAHAN PENGAJARAN 1. Berpedoman pada bahan pengajaran 1 2 3 4 5 yang tercantum dalam kurikulum

2. Memilih dengan tepat bahan sesuai 1 2 3 4 5 dengan karakteristik murid

3. Meyusun bahan pengajaran sesuai 1 2 3 4 5 dengan taraf kemampuan berpikir murid

Rata-rata :……….

C. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KELAS

1. Menentukan penataan ruang 1 2 3 4 5 dan fasilitas belajar

2. Menentukan cara-cara pengorgani- 1 2 3 4 5 sasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam pembelajaran


(5)

D. MERENCANAKAN PENGGUNAAN ALAT DAN METODE PENGAJARAN

1. Menentukan pengembangan alat 1 2 3 4 5 pembelajaran

2. Menentukan media pengajaran 1 2 3 4 5 3. Menentukan sumber pengajaran 1 2 3 4 5 Rata-rata :……….

E. MERENCANAKAN PENILAIAN PRESTASI MURID UNTUK KEPENTINGAN PENGAJARAN

1. Menentukan bermacam-macam 1 2 3 4 5 bentuk dan prosedur penilaian

2. Membuat alat penilaian hasil belajar 1 2 3 4 5 Rata-rata :……….

F. MENGELOLA KEGATAN BELAJAR MENGAJAR

1. Menyampaikan bahan 1 2 3 4 5 2. Memberi kesempatan kepada murid 1 2 3 4 5 untuk aktif

3. Memberi penguatan 1 2 3 4 5 Rata-rata :……….

G. MENGORGANISASI WAKTU, SISWA DAN FASILITAS BELAJAR 1. Mengatur penggunaan waktu 1 2 3 4 5 2. Mengorganisasi murid 1 2 3 4 5 3. Mengatur dan memanfaatkan 1 2 3 4 5 fasilitas belajar

Rata-rata :……….

H. MELAKSANAKAN PENILAIAN PROSES DAN HASILBELAJAR 1. Melaksanakan penilaian selama 1 2 3 4 5 PBM berlangsung.

2. Melaksanakan penilaian pada akhir 1 2 3 4 5 Pelajaran


(6)

I. MENGAKHIRI PELAJARAN

1. Menyimpulkan pelajaran 1 2 3 4 5 2. Memberikan tindak lanjut 1 2 3 4 5 Rata-rata :……….

Nilai PKMG = R

R = A + B + C + D + E + F + G + H + I 9

R = Rata-rata Butir

Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1.Butir-butir yang kuat

.………

……….…

……….

2.Butir-butir yang lemah

………

………

………

3.Komentar dan saran

………

………

………

………

Penilai,