Hubungan prestasi belajar PAI dengan Tingkat Pengamalan Ibadah Siswa : studi kasus kelas 11 smk nusantara legoso ciputat tangerang

(1)

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN TINGKAT PENGAMALAN IBADAH SISWA

(Studi Kasus Kelas II SMK Nusantara Legoso Ciputat - Tangerang)

Oleh

Ahmad Dimyati

NIM : 102011023439

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN TINGKAT PENGAMALAN IBADAH SISWA

(Studi Kasus Kelas II SMK Nusantara Legoso Ciputat - Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Strata Satu (SI)

Oleh

Ahmad Dimyati

NIM : 102011023439 Di Bawah Bimbingan

Akhmad Sodiq, M. Ag

NIP : 150 289 321

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN TINGKAT PENGAMALAN IBADAH SISWA (Studi Kasus SMK Nusantara Legoso, Ciputat-Tangerang)”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 13 Nopember 2006, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, November 2006

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan I/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA

NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. Muardi Khatib Drs. E. Kusnadi


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas anugerah yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk kepada umat manusia dan membimbing ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang di hadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi selesai pada waktunya.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sangat dalam dan rasa hormat kepada :

1. Dekan, Pembantu Dekan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada penulis.

2. Ketua dan sekretaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

3. Bapak Akhmad. Sodiq M.Ag., yang telah meluangkan waktunya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Kepala SMK Nusantara Legoso, Ciputat-Tangerang, Drs. Faisal Bakar, SE., Wakil Kepala, Dewan Guru, dan Staf Karyawan Tata Usaha yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi dan data-data penelitian dalam menyusun skripsi ini.


(5)

5. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya disini. Terima kasih atas segala bantuan baik moril maupun materil dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya tak ada yang dapat penulis lakukan melainkan memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, November 2006 M

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESA A. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 15

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prastasi Belajar ... 17

B. Pendidikan Agama Islam di SMK ... 20

1. Pengetian Pendidikan Agama Islam... 20

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 22


(7)

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 29

C. Tinjauan Umum Tentang Ibadah ... 30

1. Pengertian Ibadah ... 30

2. Macam-Macam Ibadah ... 31

3. Pengamalan Ibadah ... 37

D. Kerangka Berfikir ... 38

E. Pengajuan Hipotesa ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 41

C. Metode Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang . 47 1. Kegiatan Belajar Mengajar ... 49

2. Struktur Organisasi ... 51

3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan... 53

4. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 56

B. Deskripsi Data ... 57


(8)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Variabel Penelitian... 40

Tabel 2 : Populasi dan Sampel ... 41

Tabel 3 : Kisi-kisi Angket ... 43

Tabel 4 : Interpretasi Data Pada “r” Produc Moment ... 45

Tabel 5 : Strutur Organisasi ... 52

Tabel 6 : Data Guru SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang ... 53

Tabel 7 : Data Karyawan SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang... 55

Tabel 8 : Data Tenaga Guru SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang ... 55

Tabel 9 : Data Siswa SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang... 55

Tabel 10 : Data Sarana dan Prasarana SMK Nusantara Legoso, Tangerang .... 56

Tabel 11 : Meninggalkan Shalat ketika Sibuk ... 57

Tabel 12 : Melaksanakan shalat wajib 5x sehari... 59

Tabel 13 : Melaksanakan shalat sunah... 62

Tabel 14 : Membaca surat al-Fatihah dalam shalat... 62

Tabel 15 : Menjama’ shalat ketika bepergian ... 62

Tabel 16 : Melaksanakan shalat berjamaah... 62

Tabel 17 : Melaksanakan shalat di masjid ... 62

Tabel 18 : Melaksanakan shalat dengan khusyu’... 62

Tabel 19 : Shalat awal waktu ... 62

Tabel 20 : Selesai shalat, berdoa atau berdzikir ... 62


(10)

Tabel 22 : Puasa ramadhan 30 hari jika tidak ada halangan ... 62

Tabel 23 : Bershadaqoh di bulan ramadhan ... 62

Tabel 24 : Tetap berpuasa ketika bepergian... 62

Tabel 25 : Niat ketika hendak berpuasa ... 62

Tabel 26 : Meluangkan waktu untuk mengaji/ tadarus ... 62

Tabel 27 : Tetap puasa walaupun tidak sahur ... 62

Tabel 28 : Berdoa ketika berbuka puasa ... 62

Tabel 29 : Melaksanakan puasa ramadhan karena paksaan orang tua ... 62

Tabel 30 : Shalat tarawih di bulan ramadhan... 62

Tabel 31 : Tabel perhitungan antara variabel x dan variabel y ... 62

Tabel 32 : Correlations... 62

Tabel 33 : Descriptive statistics ... 62


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting yang mempunyai tujuan tertentu, seperti dijelaskan dalam Undang-undang No. 20, tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Salah satu unsur pendidikan dimaksud adalah pendidikan agama yang dalam penataan pendidikan nasional berdasarkan pancasila memiliki haluan, bukan sekedar mendidik untuk mempercayai kaidah-kaidah dan melaksanakan tata cara keagamaan saja, tetapi merupakan usaha yang terus menerus untuk menyempurnakan pribadi dalam hubungan vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan horizontal dengan sesama manusia dan alam sekitar.2

Pendidikan agama merupakan salah satu perndidikan yang mendidik masyarakat yang sudah dewasa maupun yang masih kecil, tua maupun muda,

1

Peraturan Perundang-undangan RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : BP. Panca Usaha Putri, 2003), Cet Ke-1, h. 5

2

Alamsyah Ratuperwira Negara, Pembinaan Pendidikan Agama, (Jakarta : Depag RI, 1982), Hal 32.


(12)

laki-laki dan wanita, untuk memebentuk sikap dan tingkah laku yang baik, guna menciptakan manusia yang dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah unsur terpenting dalam pendidikan untuk membentuk tingkah laku supaya berakhlak mulia. Karena itu Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan secara intensif dirumah, sekolah dan masyarakat.

Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan.3 Muhibbin Syah dalam bukunya

Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, mengatakan bahwa pendidikan

adalah “proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 Dalam definisi tersebut tergambar adanya unsur pengajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan pengajaran dan pelatihan merupakan salah satu kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu pengajaran juga merupakan aktivitas operasional kependidikan, dengan demikian pendidikan merupakan konsep ideal dari segala yang menjadi tujuan pendidikan dapat tersalur diantaranya melalui pengajaran dan pelatihan.

3

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,1980), h.120

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995), h. 10


(13)

Pendidikan Agama Islam merupakan jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik ke arah ajaran Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Arifin, bahwa hakekat pendidikan Islam adalah :

Usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makna (apvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniyah juga diartikan dengan menumbuh kemampuan dasar manusia.5

Dengan demikian dalam pendidikan Islam di samping mentransfer nilai-nilai atau keilmuan Islam juga harus membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai ajaran Islam yang telah disampaikan tersebut. Mengenai keutamaan pendidikan ini Allah SWT menggambarkan dalam al-Qur’an diantaranya :

تﺎﺟرد

ْ ْا

اﻮ وأ

ﺬ او

ْ ﻜْ

اﻮ اء

ﺬ ا

ا

ْﺮ

Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang -orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. ( QS. Al- Mujadalah : 11) 6

Mengenai tujuan terakhir pendidikan Islam disebutkan oleh M. Arifin bahwa tujuan terakhir pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun umat manusia secara keseluruhannya.7

Pada prinsipnya pelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang Agama Islam dan mampu

5

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1994), Cet. 3, h. 32

6

Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), h. 910

7


(14)

mengaplikasikannya dalam bentuk amalan praktis. Dengan demikian para siswa dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Oleh karenanya, untuk mencapai target dan tujuan pendidikan, perlu adanya sistem pendidikan agama yang terpadu, yaitu yang memperhatikan segala unsur yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan tersebut. Prestasi belajar pendidikan agama Islam yang diperoleh siswa adalah karena ia mengamalkan ibadah atau siswa taat beribadah sehingga prestasi belajarnya bagus.

Pengamalan ibadah siswa adalah keteraturan dan kesungguhan seorang siswa dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah tersebut meliputi pelaksanaan shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah lainnya, puasa di bulan ramadhan dan puasa sunnah, dan kesungguhan dalam belajar. Sementara larangan Allah dapat berupa larangan berjudi, berzina, berkata bohong dan keji, dan lain-lainnya.

Mengenai tujuan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMK, diharapkan sasaran yang akan dicapai bukan hanya pada sisi kognitif saja, akan tetapi juga perkembangan pada ranah afektif dan psikomotorik, dimana siswa harus mampu untuk bertanggung jawab dalam mengamalkan ajaran Islam yang diterimanya itu.

SMK Nusantara Legoso Ciputat sebagai bagian dari lembaga pendidikan formal di Indonesia, selalu berusaha mendidik dan mengarahkan seluruh peserta didiknya menjadi manusia yang bertakwa dan berprestasi. Bahkan bertakwa dan berprestasi merupakan dua kata yang menjadi jargon dan tujuan dari setiap lembaga


(15)

pendidikan di Indonesia. Namun demikian jargon tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, tidak semudah membalikkan kedua tangan.

Upaya mencapai prestasi dan ketakwaan siswa diwujudkan dalam bentuk berbagai kegiatan pembelajaran baik yang bersifat intra kurikuler, ko kurikuler, maupun ekstra kurikuler. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dilakukan kegiatan pembelajaran yang dibimbing oleh guru-guru yang memiliki kompetensi di bidangnya. Sementara untuk mencapai ketakwaan siswa, di samping mereka belajar agama di kelas, juga ada beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang kompetensi ketakwaan mereka. Namun demikian nampaknya hingga saat ini tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai.

Perintah untuk beribadah kepada Allah pada hakekatnya merupakan esensi dari tugas manusia, sehingga tugas pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu tugas yang dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Berbicara mengenai ibadah, maka perlu diingat bahwa ibadah yang dikehendaki Allah bukanlah sembarang ibadah saja, tetapi ibadah yang memiliki nilai disisi-Nya, yaitu ibadah yang diterima. Untuk mencapai tujuan diterimanya ibadah tentulah memerlukan seperangkat alat sarana, metode serta pedoman yang tepat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seseorang harus memiliki ilmu tentang ibadah sehingga dengan pengetahuannya itu ibadah yang dilakukan seseorang tidak sia-sia, karena ibadah tanpa ilmu akan ditolak, sebagaimana ungkapan Imam syafi’i yang berbunyi :

ْ

ْ

ﺮْﻐ

ْ

آو

ْ أ

ْ

ةدْودْﺮ


(16)

Artinya : “ Siapa saja yang beramal tanpa ilmunya, maka amalnya ditolak tidak diterima “.

Seorang yang memiliki suatu konsep (teori) ilmu tentang sesuatu, maka ia harus mengamalkan ilmu bukan hanya sekedar teori saja tapi harus dibarengi dengan praktek (pengamalan). Demikian juga halnya dengan siswa-siswi yang telah memperoleh ilmu tentang ibadah yang terkandung dalam bidang studi PAI, seharusnya mereka termotivasi untuk mengamalkan ilmu tersebut secara maksimal dalam kehidupannya sehari-hari yaitu dalam pelaksanaan ibadah. Dengan demikian, maka pengajaran PAI yang dilakukan oleh guru kepada siswa memiliki peran dalam proses internalisasi ibadat siswa.

Namun kenyataan lain, dalam hal ini sering kali adanya ketidaksesuaian antara pengetahuan praktis dan teoritis misalnya secara teoritis seorang siswa memiliki sejumlah pengetahuan tentang PAI dan menguasai teori-teori tersebut dengan baik, terutama teori-teori yang berkaitan dengan ibadah, namun secara praktis (amaliah) siswa tersebut belum melaksanakan ibadah yang sesuai dengan ilmu PAI yang dimilikinya.

Atas dasar pemikiran itulah, untuk melihat lebih jauh adanya hubungan yang signifikan antara prestasi belajar PAI dengan tingkat pengamalan ibadah, maka penulis memilih judul skripsi : “HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN TINGKAT PENGAMALAN IBADAH SISWA” : Studi kasus di SMK Nusantara Legoso, Ciputat – Tangerang.


(17)

B. Identifikasi Masalah

Prestasi belajar agama dan tingkat pengamalan ibadah merupakan dua variabel yang saling berkorelasi. Secara teoritis, siswa yang berprestasi tinggi dalam mata pelajaran agama seharusnya tingkat pengamalan ibadahanya menjadi tinggi, sebagai efek dari prestasinya tersebut. Demikian pula siswa yang mengamalkan ibadah seharusnya prestasi belajar agamanaya tinggi, sebab tingkat pengamalan ibadah akan berimplikasi kepada prestasi belajar agama. Namun demikian, prestasi belajar dan tingkat pengamalan ibadah juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti motivasi, perhatian orang tua, disiplin, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, pergaulan, dan lain sebagainya, sehingga jika dicoba diadakan pemetaan terhadap variabel-variabel tersebut, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a) Apakah yang dimaksud dengan Belajar, Prestasi, Prestasi Belajar, Pendidikan Agama Islam, dan Pengamalan Ibadah ?

b) Apakah tujuan Pendidikan Agama Islam ?

c) Apakah keteladanan orang tua berpengaruh terhadap ketaatan beribadah siswa?

d) Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap ketaatan beribadah?

e) Apakah kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap tingkat pengamalan ibadah siswa?


(18)

g) Apakah pergaulan dapat meningkatkan tingkat pengamalan ibadah siswa?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkaan identifikasi masalah diketahui bahwa tingkat pengamalan ibadah seorang siswa secara teoritis sangat dipengaruhi dan berkorelasi dengan banyak variabel, ini berarti bahwa tumbuh dan berkembangnya tingkat pengamalan ibadah seorang siswa bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri dan bukan pula muncul dengan sendirinya.

Mengingat keterabatasan penulis dalam hal waktu, tenaga, kemampuan akademik, dan biaya, maka walaupun banyak variabel yang berkorelasi dengan pengamalan beribadah siswa, penelitian ini hanya dibatasi pada satu variabel yang berkorelasi dengan tingkat pengamalan ibadah siswa, yaitu variabel prestasi belajar, sehingga penelitian ini hanya dibatasi pada hubungan antara prestasi belajar dengan tingkat pengamalan ibadah siswa.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama. Prestasi belajar siswa maksudnya kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

Sementara tingkat pengamalan ibadah siswa hanya dibatasi pada ibadah shalat dan puasa dengan alasan bahwa shalat dan puasa merupakan salah satu ibadah yang sering/ dominan dilaksanakan setiap harinya. Disamping itu, manusia yang taat menjalankan sholat dan puasa, tentunya ia akan menjauhkan diri dari


(19)

perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT, serta akan menimbulkan keuntungan yang berlipat ganda bagi manusia itu sendiri. Namun bukan berarti ibadah yang lain tidak demikian, pengabdian manusia tidaklah untuk kepentingan Allah, karena Allah tidak menghajatkan kepada yang lain. Pengabdian dimaksudkan untuk mengembalikan manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah atau kesuciannya dan agar kehidupan di dunia ini di ridoi oleh Allah SWT.

Telah diketahui Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan di SMK. PAI mencakup masalah yang sangat luas. Untuk itu pula penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam persoalan ibadah.

D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 Bagaimana tingkat prestasi belajar PAI para siswa di SMK Nusantara Legoso, Ciputat-Tangerang?

2 Bagaimana tingkat pengamalan ibadah siswa SMK nusantara Legoso Ciputat-Tangerang ?

3 Apakah terdapat hubungan antara prestasi belajar PAI dengan tingkat pengamalan ibadah siswa di SMK Nusantara Legoso Ciputat Tangerang ?


(20)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMK Nusantara Legoso Ciputat –Tangerang.

b. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ibadah siswa.

c. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara prestasi belajar PAI dengan tingkat pengamalan ibadah siswa.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi lembaga pendidikan pada umumnya.

b. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam di SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang.

c. Untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis dalami dan menambah wawasan penulis khususnya serta pihak lain yang berminat dalam masalah ini.

d. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan guna menambah pustaka ilmu pengetahuan dalam bentuk laporan penelitian.


(21)

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun bab demi bab yang keseluruhannya terdiri dari lima (5) bab.

Bab I : Membahas pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Membahas landasan teoritis tentang hakikat belajar meliputi : pengertian

belajar dengan prestasi belajar, tujuan belajar dan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Pengertian, dasar, tujuan dan fungsi, ruang

lingkup Pendidikan Agama Islam di SMK. Pengertian ibadah dan

macam-macamnya, serta pengertian pengamalan ibadah. Kerangka berfikir dan

pengajuan hipotesa.

Bab III : Membahas metodologi penelitian meliputi : variabel penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisa data.

Bab IV : Membahas hasil penelitian meliputi : gambaran umum SMK Nusantara

Legoso Ciputat-Tangerang, kegiatan belajar mengajar PAI, struktur

organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawan, keadaan sarana dan pra

sarana. Deskripsi data, pengolahan dan analisa data.

Bab V : Penutup yang membahas kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah jawaban

masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam bab I, sedang saran buah

pemikiran penulis yang kiranya dapat bermanfaat bagi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas atau Lembaga-lembaga


(22)

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESA

A. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Menurut pandangan Slamet, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya8. Sementara Muhibbin Syah memberi batasan belajar sebagai berikut: belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisasi (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisasi tersebut.9 Berdasarkan pengertian di atas penulis menggarisbawahi bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.

Definisi belajar menurut psikologi adalah bermacam-macam tidak ada satu rumusan definisi yang diterima atau yang memuaskan semua pakar dan teoritisi. Namun diantara para ahli psikologi dan pendidikan bisa dikenali titik temu mengenai pengertian umum dari apa yang dimaksud dengan istilah belajar. Pengertian umum belajar itu menganut ke terjadinya perubahan dalam

8

Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 1995 ) h.2

9


(23)

diri seseorang yaitu perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik sebelum (sebelum belajar) ke titik setelah (setelah pembelajaran), dan perubahan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetap perubahan yang tetap atau yang berjangka relatif panjang. Beberapa definisi belajar dari para ahli diberikan sebagai berikut :

a. Perubahan yang relatif tetap dalam potensi merespons yang terjadi sebagai hasil kegiatan yang memperoleh penguatan ( Hilgard, Marguis, Kimble, 1961).

b. Perubahan dalam disposisi insani atau kompabilitas yang dapat diretens (disimpan), dan yang bukan semata-mata karena hasil proses pertumbuhan (Gagne, 1918).

c. Lebih dari apa (pengetahuan) yang dipelajari siswa, siswa memperluas dimensi pengetahuan itu sampai mencakup lingkungannya, memberikan makna pada pengetahuan itu, menghasilkan (merumuskan) pengetahuan yang bersifat generatif. Perihal “Knowing Your Way Around. (Brent Wilson, 1996).

Definisi-definisi contoh (a) dan (b) merujuk pada apa yang terjadi di dalam diri pelajar. Pelajar menjadi obyek yang statis, tidak terperana, dan hasil belajar terbatas pada topik (pengetahuan) pelajaran. Definisi (c) mengerahkan bahwa siswa aktif, tidak saja dalam dirinya “(didalam otaknya)”tetapi juga aktif keluar menyentuh lingkungan (topik dan diri dibawa atau dijadikan bagian dari lingkungan).


(24)

Lingkungan pun dapat dilihat dari banyak konteks maka belajar adalah menghasilkan (maka, sifatnya generatif) dan membangun (mengkontruksi) dan pengajaran sendiri adalah hasil karya. Ini pandangan kaum kontruksionisme yang nyata implikasinya bagi maksud perancangan pembelajaran. Menurut pandangan ini mengajar bukan kegiatan guru yang menyampaikan informasi dan kegiatan murid yang menerima informasi itu secara proses cepat hasilnya, (dari guru, atau dari buku saja), untuk disimpan murid untuk menghadapi ujian.

Tingkah laku yang dimaksud dalam definisi belajar tersebut di atas adalah tingkah laku dalam pengertian umum. Tingkah laku bisa yang kasat mata (tampak), bisa juga yang tidak kasat mata. Perubahan dalam diri si belajar, misalnya perubahan sikap yang berarti terjadinya reorganisasi internal pada waktunya mengejewantah dalam bentuk tingkah laku tampak juga.

Selanjutnya definisi umum belajar ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku itu bisa positif ke arah baik, bisa pula ke arah negatif. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam konteks pendidikan yang dimaksud adalah perubahan ke arah positif selaras dengan tujuan pendidikan, dan tujuan ini selaras dengan tata nilai yang berlaku dan dijunjung, nilai itu sendiri disesuaikan dengan keadaan masyarakat.10

Salah satu teori belajar yang berkenaan dengan proses belajar yaitu teori

Koneksionisme yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike

10

Prof. Dr H. Muranda, MA, , Ensiklopedia Pendidikan, (Malang : UM Press, 2001), cet 1 h. 20-22


(25)

(1874/1949) berdasarkan eksperimen yang dilakukannya pada tahun 1890-an eksperimen ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.11

Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi, mencoba-coba melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat,dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. eksperimen puzzle box ini kemudian dikenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.12

Kemudian, dikatakan dalam bukunya Ngalim Purwanto bahwa percobaan tersebut diulang lagi. Tingkah laku kucing itupun pada mulanya sama seperti pada percobaan pertama. Hanya waktu yang diperlukan untuk bergerak kesana-kemari sampai dapat menekan pengungkit itu, menjadi makin singkat. Setelah diadakan tetapi langsung menyetuh pengungkit pintu dan langsung keluar untuk mendapatkan makanan. Jadi proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

1) Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan

12


(26)

2) Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.13

Sehubungan dengan pendapat Thorndike mengenai proses belajar di atas penulis juga berpendapat selaras dengan hal itu bila dikaitkan dengan manusia, yakni ketika seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, baru setelah individu yang belajar itu harus mengadakan percobaan-percobaan berulang kali baru seseorang tersebut dapat menemukan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight, dan belajar tersebut dapat lebih terbantu bila ia memperoleh suatu kepuasan disertai suatu perasaan senang dengan kegiatannya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari low of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan/ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan akan tetapi yang lebih memegang peranan dalam pendidikan adalah hal memberi penghargaan/ganjaran dan itulah yang dianjurkan.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Secara sederhana “prestasi” adalah prestasi yang telah dicapai.14 Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu “prestatie” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.15 Ada juga yang

13

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung :Remaja Rosdakarya, 1996), cet ke 11, h.

14

Hanafi Ridwan & Lila Maryati, Kamus Besar Bahasa Indonesia Populer, (Surabaya : Tiga Dua, 1992), h. 25

15

Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), H.2


(27)

mengertikan sebagai prestasi yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan.16 Tabroni Rusyan menyebutkan bahwa prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal).17 Adapun Raka Joni berpendapat bahwa “prestasi belajar merupakan hasil penilaian tugas-tugas yang dilakukan dalam bentuk angka-angka.18

Menurut Muhibbin Syah “Prestasi belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar tertentu, atau setelah ia menerima pelajaran dari seorang guru pada suatu saat.19 Senada dengan ungkapan di atas yang dikemukakan oleh Surtatinah Tirtonegoro bahwa prestasi belajar adalah “penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.20 Sementara itu menurut S. Nasution prestasi belajar adalah “suatu perubahan individu yang belajar, perubahan tidak hanya mengenai pengetahuan juga membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar.21

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu dari aktualisasi potensi yang dimilikinya dalam

16

M. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, ( Jakarta : Pustaka Insani, Tth), h. 23

17

A. Tabroni Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja Karya, 1989), h. 81

18

Raka Jhoni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, ( Surabaya : Karya Anda, 1986), h. 6

19

Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 13

20

Surtatinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, (Jakarta : Bina Aksara, tt),h.43

21


(28)

jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan prestasi belajar dilambangkan dengan nilai yang berbentuk angka. Dengan demikian prestasi belajar yang sudah diperoleh erat hubungannya dengan cita-cita yang ditanamkan oleh guru kepada anak didik. Hal ini mengandung pengertian bahwa potensi belajar merupakan manifestasi dari kemampuan yang bersangkutan, dan merupakan manifestasi dari kemampuan yang bersangkutan, dan merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar (ekternal)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Walaupun kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ adalah sebagai salah satu faktor terpenting dalam menentukan prestasi seseorang dalam belajar, namun tidaklah selalu benar karena keberhasilan seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya dan faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi.

Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada 2 bagian, yaitu I) Faktor yang datang dari dalam diri siswa digolongkan ke dalam 2 golongan. Yaitu, faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis. II) Faktor yang datang dari luar diri siswa.


(29)

a. Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni : 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniyah), 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).

1. Aspek fisiologis ( jasmaniyah) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, kesehatan jasmani dan rohani sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Demikian juga jika kesehatan rohani kurang baik maka dapat mengganggu, atau mengurangi semangat belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2. Aspek psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemempuan kognitif seperti kemempuan persepsi, ingatan berfikir dan kemampuan dasar bahan pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimilikinya.22

b. Faktor eksternal

Sedangkan faktor-faktor yang datang dari luar diri atau eksternal siswa yang bersangkutan juga digolongkan ke dalam dua bagian yaitu faktor-faktor sosial dan faktor-faktor non sosial.23

22

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-I, h. 60

23


(30)

1) Faktor-faktor sosial.

Yang termasuk dengan faktor-faktor sosial adalah (sesame manusia), kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan dan diantara mereka tidak bisa hidup tanpa ada manusia lain yang membantunya. Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak, pengaruh itu dapat berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga dan suasana rumah tangga.

Faktor sosial lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan baik, dan rajin khususnya dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk faktor sosial adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa yang semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Faktor non sosial.

Yang termasuk ke dalam faktor-faktor non sosial adalah sarana dan prasarana belajar, seperti keadaan suhu udara, waktu belajar, alat-alat yang dipakai untuk


(31)

belajar dan tempat belajar. Kesemuanya dapat menunjang belajar anak yang bersangkutan dan dapat pula mempengaruhinya.

D. Pendidikan Agama Islam di SMK 1. Pengertan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut bahasa berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan”(hal, cara, dan sebagainya).24 Istilah pendidikan ini bermula dari bahasa Yunani yaitu

“pedagogis” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam Bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”.25

Sedangkan terminologi pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa.26 Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.27

24

Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976) h. 250

25

Ramayulis , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994) h. 1

26

Ibid., h. 1

27

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al Ma’rif, 1980), Cet. 4, h. 19


(32)

Dari berbagai definisi pendidikan di atas, baik secara etimologi maupun terminologi, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha-usaha yang dilakukan orang dewasa terhadap si terdidik, baik berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan ataupun latihan. Tujuan yang ingin dicapai dalam proses tersebut adalah membawa si terdidik kearah terbentuknya kepribadian yang utama, baik jasmani maupun rohani bagi perjalanan hidupnya dewasa yang akan datang.

Kata “Islam” dalam pendidikan Islam memiliki arti pendidikan tertentu., yaitu pendidikan yang bercirikan dan berdasarkan ajaran Islam. Oleh sebab itu para ahli berbeda pendapat dalam merumuskannya: Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.28

Sedangkan definisi Pendidikan Agama Islam itu sendiri dikemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya :

Menurut Zuhairini di dalam buku Metodik Khusus PAI menuliskan bahwa “pendidikan agama Islam berarti usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.29 Pernyataan senada dikemukakan oleh Zakiah Darajat, bahwa “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

28

Ibid., h. 23

29

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1883), Cet. 3, h. 86


(33)

menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of live).30 Sementara menurut Nur Uhbiyati “Pendidikan Agama Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam”.31

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pendangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan atau dasar tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam sebagai suatu usaha untuk membentuk manusia menjadi insan kamil, harus mempunyai landasan atau dasar kemana semua kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan Islam itu akan dihubungkan yang kemudian dijadikan sebagai tempat pijakan.

Bicara tentang dasar pendidikan Islam, maka kita sepakat bahwa al-Qur’an dan as-Sunah adalah sebagai dasar pokok yang harus dijadikan sebagai

30

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h.86

31


(34)

acuan atau pijakan oleh umat Islam dalam penyelenggaraan pendidikan. Umat Islam memandang al-Qur’an dan as-Sunah ini merupakan sumber utama ajaran Islam. Kedua sumber tersebut merupakan inspirasi setiap umat muslim dalam menempatkan dan membuat suatu ideologi dalam kehidupan.

a. Al-Qur’an

Umat Islam sebagai umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci al-Qur’an, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah yang bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada al-Qur’an.

Nabi Muhammmad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri.

Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur’an sendiri firman Allah:

ﺔ ْﺣرو

ىﺪهو

اﻮ ْ ا

يﺬ ا

ﺎ إ

بﺎ ﻜْا

ﻚْ

ﺎ ْﺰْأ

ﺎ و

ْﺆ

مْﻮ

نﻮ

Artinya : ”Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman “ (QS . An-Nahl :64). 32

Selanjutnya firman Allah SWT:

32


(35)

بﺎ ْﺄْا

ﻮ وأ

ﺮآﺬ و

ﺎ اء

اوﺮ ﺪ

كرﺎ

ﻚْ إ

ﺎ ْﺰْأ

بﺎ آ

Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mereka mendapatkan pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (Q.S Shaad :29).33

Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad al-Fadhil al-Jamili menyatakan sebagai berikut : ”Pada hakekatnya al-Qur’an itu adalah perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya adalah merupakan kitab pendidikan masyarakat, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian)”.34

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi dasar atau sumber utama Pendidikan Agama Islam adalah al-Qur’an yaitu kumpulan Firman Allah SWT yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW dan kitab suci ini menjadi sumber hukum yang utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan umat Islam.

b. As-Sunah

Dasar kedua pendidikan Islam adalah as-Sunah yang mempunyai arti segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.35

As-Sunah berisi pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya untuk membina umat manusia seutuhnya dan muslim yang

33

Kitab Suci al-Qur’an., Op. Cit., h. 736

34

Ramayulis, Op. Cit., h. 14

35


(36)

bertaqwa.36 Oleh karena itu as-Sunah merupakan dasar pendidikan Islam kedua, yang dalam pelaksanaannya melalui usaha pendidikan untuk diperlukan pemahaman mendalam dan sistematika terhadap butir-butir as-Sunah yang berkaitan dengan pendidikan. Kalau al-Qur’an dan as-Sunah dijadikan dasar, maka pendidikan Islam merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat kemudian akan mewarnai corak ke-Islaman dalam berbagai aspek kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan adalah al-Qur’an dan as-Sunah yang memuat dua prinsip dasar yaitu aqidah dan syariah. Wilayah syariah mencakup aspek ibadah, muamalah, akhlak dan keilmuan lainnya.

Selain al-Qur’an dan as-Sunah, kemudian dasar tadi akan dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma yang diakui. Ijtihad dan tafsir yang besar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagad raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal (al-Qur’an dan hadits) sebagai sumber utama.37

Ijtihad ulama juga merupakan landasan dan sumber pengembangan pendidikan Islam berfungsi melengkapi berbagai persoalan yang belum termuat dalam al-Qur’an dan as-Sunah. Upaya pengembangan ijtihad di bidang

36

Zakiah Darajat, Op.Cit., h. 21

37

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet 2 h. 37


(37)

pendidikan berorientasi kepada perkembangan kebutuhan masyarakat yang tentunya berlainan, baik ideologi maupun pola hidup yang menjadi budayanya.

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Setiap aktivitas yang direncanakan, pasti mempunyai dasar dan tujuan. Begitu pula pendidikan Islam mempunyai dasar dan tujuan. Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut.

Pandangan hidup ini berupa agama atau aliran filsafat tertentu. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan untuk memperpanjang hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah berpangkal pada filsafat dan pandangan hidup yang berdasarkan agama.38

Menurut Ibnu Khaldun pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu : i. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat sehingga ia

menemui Tuhan-Nya dan telah memurnikan hak-hak Allah yang telah diwajibkan atasnya.

ii. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.39

Sedangkan dalam bukunya Abdurrahman An Nahlawi menyebutkan tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam

38

Hasan Langgulung, Azaz-Azaz Pendidikan Islam ( Jakarta : Pustaka Al Husna, 1978), h.

39


(38)

kehidupan manusia baik secara individual maupun secara sosial.40 Selanjutnya Imam Al-Ghozali berpendapat bahwa “tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat”.41

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di SMK adalah sebagai berikut: “Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk akhlakul karimah dan budi pekerti luhur”.42

Pernyatan senada dikemukakan pula didalam buku pedoman kurikulum 2004 SMA” Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Dan Penilaian” Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam” menuliskan bahwa tujuan diberikannya

mata pelajaran PAI adalah membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah. Oleh karena itu semua mata pelajaran hendaknya seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMK adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Tujuan Inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah

40

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1995), Cet. I, h. 117

41

Ramayulis, Op.Cit., h. 25

42

Rungadi, Afif Zam Zami, Pendidikan Agama Islam Bermuatan Budi Pekerti dan HAM, Departemen Agama, (Jakarta : PT Balai Pustaka, 2002), h. 7


(39)

jiwa dari Pendidikan Agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.43

Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di SMK adalah berperan memberikan kemampuan dasar pada peserta didik tentang ajaran agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, masyarakat, dan warga negara.44

Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama benar-benar berfungsi sebagai pengendali kepribadian dalam hidupnya di kemudian hari. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama harus diberikan sejak dini agar anak terbiasa melakukan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan kesadarannya sendiri.

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa Pendidikan Agama Islam bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah saja, akan tetapi pendidikan agama jauh lebih luas dari pada itu. Ia bertujuan untuk membentuk pribadi anak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga agama itu benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

43

Kurikulum 2004 SMA, “ Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian “Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depdiknas, 2003), hal. 2

44


(40)

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SMA meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara : hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA terfokus pada aspek :

a. Keimanan meliputi rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada taqdir.

b. Al-Qur’an Hadits meliputi membaca Al-Qur’an pilihan, hukum bacaan alif lam Qamariyah dan Syamsiyah, nun mati, tanwin dan mim mati, Qolqalah, Waqof, dan kandungan Al-Qur’an dan Hadits dan sebagainya.

c. Akhlak meliputi berprilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela, bertata karma.

d. Fiqih/ibadah meliputi thaharah, shalat wajib, macam-macam sujud, salat jum’at, jama dan qashar, puasa, zakat dan sebagainya.

e. Tarikh meliputi keadaan masyarakat Makkah dan Madinah sebelum dan sesudah datangnya Islam, perkembangan Islam pada masa khulafaurrasyidin.


(41)

C. Tinjauan Umum tentang Ibadah 1. Pengertian Ibadah

Perkataan ibadah mengandung banyak pengertian, berdasarkan pada sudut pandang para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli ilmu. Berikut ini penulis akan memaparkan pengertian ibadah menurut beberapa ahli ilmu sebagaimana diungkapkan oleh Hasbi As-Shiddieqy sebagai berikut :

1. Ahli lughat mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikut, tunduk dan do’a.

2. Ulama tauhid mengartikan ibadah dengan mengesakan Allah, menta’dzimkannya dengan penuh ta’dzim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya.

3. Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan mengerjakan segala taat badaniyyah dan menyelenggarakan segala syari’at atau hukum.

4. Ulama tasawuf mengartikan ibadah dengan seorang mukallaf melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya.

5. Menurut fuqaha, ibadah adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahalanya di akhirat.45

Pengertian ibadah secara sempit adalah “melaksanakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya telah diatur secara terperinci didalam Al-Qur’an dan Sunnah.46 Sedangkan ibadah dalam arti luas yaitu “mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika

45

Hasbi As-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994) Cet. 7, h. 2

46

Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Bandung : Trigenda Karya, 1993), h. 59


(42)

kegiatan itu dilakukan dengan sikap bathin serta niat pengabdian dan penghambaan diri terhadap Tuhan.47

Dengan demikian ibadah itu mempunyai dua pengertian, khas

(tertentu) dan ‘am (umum). Pengertian khas yaitu pengertian ibadah yang diberikan berdasarkan disiplin ilmu masing-masing, misalnya pengertian yang diberikan oleh ahli lughat, fuqaha dan lain-lain. Sedangkan pengertian yang ‘am yaitu segala hukum yang kita laksanakan atas dasar ketetapan Allah dan diridhoi-Nya.

2. Macam-macam Ibadah

Dalam Ensiklopedia Islam, secara garis besar ibadah terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a) Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) yaitu ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

b) Ibadah ‘ammah (umum) yakni semua perbuatan mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti makan, minum dan bekerja mencari nafkah. Dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah ‘ammah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.48

47

Nurcholis Majid, Islam :Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h.57

48

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta: Ihctar Baru Van Hoeve, 1994), Cet. 3, h. 144


(43)

Dalam bukunya Islam alternatif, Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa ibadah itu terbagi dua yaitu :

1. Ibadah yang merupakan upacara-upacara tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti shalat, zikir, shaum dan sebagainya.

2. Ibadah yang mencakup hubungan antar manusia dalam rangka mengabdi atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.49

Ibadah jenis pertama bersifat ritual, yakni berhubungan langsung dengan Allah SWT karenanya para ulama menanamkannya dengan ibadah mahdah. Ibadah mahdah ini tidak banyak jumlahnya hanya terdiri dari delapan macam, yaitu “thaharah, shalat, shaum, zakat, haji, mengurus jenazah, udhiyah dan aqiqah, zikir dan do’a.50

Ibadah jenis ini bersifat ta’abbudi, artinya manusia tidak bisa merubah dan menambahkannya dengan hal-hal baru. Contoh ketika mengucapkan takbir ﺮ آا ﷲا sambil mengangkat tangan, ketika menyebut ﻜ م ا melirik ke kanan dan ke kiri ini tidak bisa ditanyakan mengapa ? wallahu ‘alam. Kita kerjakan saja karena meniru Nabi SAW. Sedang ibadah jenis kedua bersifat sosial, yakni hubungan diantara sesama manusia yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karenanya para ulama menamakannya dengan ibadah ghairu mahdah. Ibadah ini banyak sekali jumlahnya tidak bisa dibatasi, mencakup segala perbuatan apa saja yang tidak dilarang syara melakukannya yang diniatkan karena Allah menjadi ibadah.

49

Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung : Mizan, 1991) , Cet. 4, h. 46

50


(44)

Contoh, makan secara lahiriyah tidak ada hubungannnya dengan Allah tapi apabila diniatkan agar kuat melakukan ibadah kepada Allah, akan menjadi amal ibadah, dan sebagainya.

Untuk ibadah jenis kedua ini manusia diberi kelonggaran, artinya manusia boleh merubah dan menambahkannya dengan hal-hal yang baru sesuai dengan situasi dan kondisinya. Islam hanya memberi petunjuk umum dan pengarahan saja.

Dengan demikian bahwa pangkal semua amal perbuatan adalah niat. Artinya semua amal perbuatan di dunia, kalau niatnya baik, maka akan menjadi amal akhirat dan sebaliknya meski suatu perbuatan itu secara lahiriyah adalah perbuatan akhirat kalau niatnya jelek maka akan menjadi amal dunia. Sebagaimana hadits Nabi mengatakan :

لﺎ

و

ْ

ﷲا

ا

نأ

ْ

ﷲا

ﺿر

بﺎﻄ ْا

ْ

ْ

:

ىﻮ

ئﺮْ ا

ﺎ إو

تﺎ ﺎ

لﺎ ْ ﻷْا

ﺎ إ

)

(

Artinya : ”Dari Umar bin Khattab bahwa Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya (yang diperoleh) bagi setiap orang hanya sekadar apa yang diniatkannya”. (HR. Muttafaq ‘alaihi).51

Berdasarkan pembagian di atas, penulis akan membatasi kegiatan beribadah siswa yang berhubungan dengan ibadah mahdah yakni masalah shalat dan puasa seperti telah dijelaskan dalam pembatasan masalah. Berikut ini adalah uraian mengenai shalat dan puasa.

51

Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Al Syaukani, Nail Al Authar Syarh Muntaqa Al Akhbar, (Kairo : Maktabah Wa Mathba’ah Mustofa Al Babi Al Halabi, Tt), Jilid 1, H. 131


(45)

a. Shalat

Salah satu bentuk ibadah dalam Islam sebagai taat dan patuh terhadap Allah SWT adalah shalat. Dalam shalat seseorang dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan hanya kepada Allah semata. Menurut bahasa shalat berarti do’a, sedangkan menurut istilah berarti “sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam.52 Untuk melaksanakan shalat dengan baik perlu diketahui antara lain syarat sah shalat, rukun serta sunah-sunahnya

Syarat sah shalat yaitu “mengetahui tentang masuknya waktu shalat, suci dari hadats kecil dan besar, suci badan , pakaian dan tempat shalat dari najis, menutup aurat dan menghadap kiblat.53 Shalat juga mempunyai rukun-rukun. Jika ketinggalan salah satunya shalat dianggap tidak sah.

Rukun-rukun shalat : “niat, berdiri bagi yang kuasa, takbiratul ihram, membaca al-Fatihah, rukuk serta tumaninah, I’tidal dengan tumaninah, sujud dua kali serta tumaninah, duduk diantara dua sujud serta tumaninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat atas nabi, memberi salam yang pertama dan menertibkan rukun.54

Ada beberapa sunah shalat yang diutamakan bagi orang yang mengerjakan shalat untuk memelihara agar tercapai pahalanya. Sunnah tersebut yaitu: Mengangkat kedua telapak tangan ketika takbiratul ihram, mengangkat

52

Nurcholis Majid, Op. Cit., h. 65

53

Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah, ( Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993), Cet 2, Jilid 1, h. 276

54

M. Rifai, Et,Al., Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar, (Semarang : CV, Toha Putra, 1978), h. 70


(46)

kedua telapak tangan ketika akan rukuk dan tatkala berdiri dan tasyahud akhir, meletakkan telapak tangan di atas tangan kiri, membaca do’a iftitah, membaca isti’adzah sebelum membaca bismillah, membaca amin setelah membaca al-Fatihah, membaca surat atau ayat al-Qur’an sesudah membaca fatihah pada dua rakaat yang pertama (ke satu dan ke dua) dalam tiap-tiap shalat, membaca takbir setiap bangkit dan turun, berdiri dan duduk kecuali setelah bangkit dari rukuk

(Samiallahhulimanhamidah), Samiallahhulimanhamidah sewaktu bangkit dari

rukuk. Membaca robbana walakalhamdu mil’us-samaawaati wa mil-ul-ardhi

wamil’u maa syi’ta min syai’in ba’du sewaktu I’tidal, membaca subhana

rabbiyal adzimi wabihamdihi 3 kali ketika sujud. Duduk iftirasy (bersimpuh) pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir atau tawarruk dan memberi salam kedua.55

Shalat merupakan salah satu materi yang harus diberikan perhatian, karena selain ibadah ritual juga memiliki nilai pendidikan yang berarti. Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam SMK, pengajaran shalat terdapat di kelas satu semester I selain itu dibahas pula mengenai kebiasaan melaksanakan kewajiban shalat baik shalat fardhu maupun shalat berjamaah.

b. Puasa

Puasa dalam Bahasa Arab disebut “al-Shaum” yang berarti: “menahan dari sesuatu”.56 Secara terminologis puasa diartikan sebagai suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah dengan cara “ menahan makan, minum, dan hubungan seksual sejak terbit fajar sampai terbenam matahari disertai niat “.57 Sementara Al-Kahlani mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari makan minum, hubungan seksual menurut cara yang telah ditentukan oleh syara “.58

55

ibid., h. 31

56

Mahmud Yunus, Op.Cit., h. 224

57

Sayid Sabiq, Fiqih Al-Sunah (Beirut : Dar AL-Fikr, 1983), Jilid I, h. 364

58

Muhammad Bin Ismail Al-Kahlan, Subul Al Salam, (Bandung ; Maktabah Dahlan, tt) Jilid II, h. 150


(47)

Dengan demikian puasa merupakan suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum dan hubungan seksual pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Berpuasa pada dasarnya berfungsi mengendalikan hawa nafsu pada diri setiap orang sehingga dapat terkendali dan terarah pada hal-hal yang positif. Ibadah puasa termasuk ibadah khusus, karena itu tata caranya ditetapkan berdasarkan aturan syariat Islam.

Syarat wajib puasa adalah “Islam, baligh dan berakal, kuat berpuasa dan sedang menetap didaerah tempat tinggalnya (mukim)”.59 Sedangkan definisi puasa adalah “menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari serta niat berpuasa”.60

Sebelum terbit fajar seseorang yang akan berpuasa besok harinya, dianjurkan makan sahur agar kuat dalam menahan lapar dan haus di siang hari. Selain itu pada malam harinya diperintahkan untuk berniat melaksanakan puasa besok harinya. Setelah terbit fajar ia harus mulai menahan dari segala hal yang membatalkan hingga terbenam matahari, lalu dianjurkan segera berbuka puasa dengan buah kurma, tamar atau seteguk air.61 Selain itu dianjurkan pula untuk membaca doa ketika berbuka dan hendaknya memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa.

59

Sayid Sabiq, Op. Cit., h. 370

60

ibid., h. 369

61


(48)

Puasa merupakan ibadah ritual yang memiliki makna tinggi. Ia merupakan suatu proses pendidikan dan latihan intensif, menguji kekuatan iman dan sekaligus mengendalikan hawa nafsu. Ibadah ritual ini dapat melahirkan sikap-sikap positif yang ditampakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kepedulian terhadap fakir miskin.

3. Pengamalan Ibadah

Demikian juga halnya dengan kata pengamalan, W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan dengan tiga arti, yaitu:

1. Hal mengamalkan

2. Kesungguhan hati melakukan sesuatu 3. Pelaksanaan.62

Dari ketiga arti pengamalan di atas, penulis melihat nampaknya arti yang ketigalah yang lebih tepat, bila dibandingkan dengan kata ibadah. Dengan demikian pengamalan ibadah berarti pelaksanaan ibadah.

D. Kerangka Berpikir

Setiap siswa yang ingin memperoleh keberhasilan atau kesuksesan dalam belajarnya, maka siswa tersebut harus mampu membiasakan dirinya agar tekun belajar dan mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, harus membiasakan

62

W. J. S. Poerwadarmintya, kamus umum bahasa indonesia, (jakarta : balai pustaka, 1985), cet. 6, h.7


(49)

dirinya pula menjalankan perintah-Nya dan sanggup menjauhi segala yang dilarang-Nya dengan sunguh-sungguh.

Keberhasilan belajar bukan hanya tergantung pada kecemerlangan otak. Sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar, termasuk di dalamnya keterampilan dalam mengatur waktu dan mengamalkan ibadah, mempunyai andil yang cukup besar dalam menetukan keberhasilan belajar siswa. Otak yang cerdas bukanlah satu-satunya jaminan untuk berhasil. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa otak merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan belajar, tetapi juga masih ada faktor lain yang ikut mengiringinya dalam menentukan keberhasilan belajar.

Prestasi belajar agama dan pengamalan ibadah merupakan dua variabel yang saling berkorelasi. Secara teoritis, siswa yang berprestasi tinggi dalam mata pelajaran agama seharusnya tingkat pengamalan ibadahnya menjadi tinggi, sebagai efek dari prestasinya tersebut. Demikian pula siswa yang selalu mengamalkan ibadah seharusnya prestasi belajar agamanaya tinggi, sebab pengamalan ibadah akan berimplikasi kepada prestasi belajar agama. Dengan demikian diduga terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama dengan tingkat pengamalan ibadah siswa. Semakin tinggi prestasi belajar agama yang diraih siswa, akan semakin baik pula tingkat pengamalan ibadahnya. Sebaliknya semakin rendah prestasi belajar siswa, semakin rendah pula tingkat pengamalan ibadahnya.


(50)

E. Pengajuan Hipotesis

Dalam penelitian ini perlu sekali adanya hipotesis, karena hipotesis sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau generalisasi yang akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesa Nol (Ho) : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan tingkat pengamalan ibadah siswa.

2. Hipotesa Alternatif (Ha) : Ada korelasi positif yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan tingkat pengamalan ibadah siswa.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang dijadikan acuan yaitu :

1. Variabel Bebas ( Independent Variable) yaitu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam tersebut dilihat dari hasil raport siswa. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu pengamalan ibadah siswa. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.

Tabel -1 Variabel Penelitian

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1 Variabel bebas (X) prestasi belajar

pendidikan agama Islam

ƒPengetahuan PAI

ƒPraktek Ibadah

Nilai raport siswa

2 Variabel terikat (Y) pengamalan ibadah a.Shalat Pengamalan anak terhadap ibadah shalat yang terkandung dalam unsur-unsur pokok materi PAI

ƒ Kebiasaan mengerjakan shalat

ƒ Keikhlasan mengerjakan shalat

ƒ Kemampuan menghafal bacaan shalat

ƒ Melaksanakan sunah shalat

ƒ Menjama’ shalat

ƒ Shalat berjamaah

ƒ Kekhusyu’an dalam shalat

ƒ Tepat waktu dalam shalat

ƒ Berdo’a selesai shalat

b.Puasa

Pengamalan anak terhadap ibadah

ƒ Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan


(52)

puasa yang terkandung dalam unsur-unsur pokok materi PAI

hari

ƒ Keikhlasan dalam berpuasa

ƒ Berbuka saat berpergian

ƒ Niat pada waktu malam hari

ƒ Melaksanakan makan sahur

ƒ Imsak tiba sebelum makan sahur

ƒ Berdo’a setelah berbuka puasa

ƒ Sikap yang diambil ketika menghadapi perlakuan tidak baik saat puasa

ƒ Melaksanakan tarawih di masjid

B. Populasi dan Sampel.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.63 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas II SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.64 Untuk sampel, dari 10 kelas yang jumlah siswanya mencapai 418 orang, setiap kelas diambil 5 orang siswa, yang nilai pendidikan agama Islam diraport adalah 8 atau lebih pada semester II. Sehingga diperoleh responden sebanyak 50 orang siswa.

63

Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49

64


(53)

Tabel - 2 Populasi dan Sampel

Sample No Kelas Populasi Frekwensi %

1 2.1 44 5 11,36

2 2.2 43 5 11,62

3 2.3 44 5 11,36

4 2.4 43 5 11,62

5 2.5 25 5 20

6 2.6 39 5 12,82

7 2.7 40 5 12,5

8 2.8 48 5 10,41

9 2.9 47 5 10,63

10 2.10 45 5 11,11

Jumlah 418 50 11,96

C. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, analisis. Penilaian deskriptif dimaksudkan untuk melihat pengukuran yang cermat terhadap prestasi belajar siswa dan bertujuan untuk menggambarkan data kuantitatif. 2. Field Research (Penelitian lapangan)

Melalui penelitian ini peneliti langsung mengadakan penelitian guna mendapatkan data yang akurat. Untuk itu penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

• Studi dokumen, untuk memperoleh data dari prestasi belajar PAI dalam hal ini diambil dari nilai raport mata pelajaran PAI.


(54)

• Koesioner untuk mendapatkan data konkrit yang bersifat tertulis dari objek penelitian mengenai hubungan prestasi belajar PAI dengan tingkat pengamalan ibadah siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang hadapi, observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini.

2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan orang yang paling mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas.

3. Angket, yaitu menyebarkan pertanyaan yang terkait dengan kebiasaan dan pengamalan ibadah yang dilakukan oleh siswa-siswi kelas II SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang.

Tabel - 3

Kisi-kisi Angket Penelitian

No Indikator No Item Jumlah Item

1 Shalat 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10 2 Puasa 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 10


(55)

E. Teknik Analisis Data

Tehnik analisa data disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka-angka dengan menggunakan data stastistik, yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan. Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu-persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan positif diberi skor 4,3,2,1, sedangkan pernyataan yang negatif diberi skor sebaliknya.

3. Tabulating

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka penulis menganalisa data dengan menggunakan tehnik analisa korelasional. Tehnik


(56)

analisa korelasional adalah tehnik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variable atau lebih.65

Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan tingkat pengamalan ibadah siswa, disini penulis menggunakan rumus korelasi antara dua variable, yaitu sebagai berikut:

1. Prosentase

Prosentase artinya data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Rumusnya adalah :

% 100 N

F P= ×

Keterangan :

P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases

2. Korelasi

Tujuan dari korelasi adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau sebaliknya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan tabel kerja yang terdiri dari 8 kolom : Kolom 1 : subyek penelitian

Kolom 2 : skor variabel X

`65 Anas Sudijono., Pengantar Statistik Pendidikan., (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-14), h. 179


(57)

Kolom 3 : skor variabel Y

Kolom 4 : deviasi skor terhadap Mx. Diperoleh dengan rumus Mx=X-Mx Kolom 5 : deviasi skor terhadap My. Diperoleh dengan rumus My=Y-My Kolom 6 : hasil perkalian antara deviasi skor X dan Y yaitu xy

Kolom 7 : hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor X yaitu x² Kolom 8 : hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor Y yaitu y²

b. Mencari angka indeks korelasi “r” produc moment dengan menggunakan rumus :

∑ xy

r

xy =

( ∑x²) (∑ Y 2)

Dimana :

r

xy = Angka indeks korelasi “r” product moment

∑x² = Jumlah deviasi skor X setelah dahulu dikuadratkan

∑ Y 2= Jumlah deviasi skor Y setelah dahulu dikuadratkan

Setelah diperoleh angka indeks product moment korelasi “r”, maka dilakukan interpretasi secara sederhana dengan mencocokan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini :66

66

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar Aplikasi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1992), h. 180


(58)

Tabel - 4 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment

Interpretasi

0,00-0,19 Antara variabel x dan y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat rendah sehingga kerolasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan y ).

0,20-0,39 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40-0,70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

0,70-0,89 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

0,90-1,00 Antara variabel x dan y tedapat korelasi yang sangat kuat dan sangat tinggi.

Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan table nilai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikansi 5% ataupun 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif atau tidak.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang.

Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara, berdiri diatas tanah seluas 4300 m² dengan luas bangunan 810 m². Bangunan utama 3 lantai yang dilengkapi sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan dengan total luas 2292 m². Untuk lab perhotelan sekarang dalam pengajaran untuk tahap pertama lantai satu dari rencana tiga lantai. SMK Nusantara ini berlokasi di Jl. Legoso Raya No. 30 Pisangan Ciputat-Tangerang dan merupakan lembaga pendidikan formal.

Sekolah ini berdiri pada tanggal 22 Oktober 1999 dan diresmikan pada tahun 2001 dengan surat keputusan No. Akreditasi 02./ BAS/ MH/ IV/ 2005, No. Statistik Sekolah 40. 2. 28. 03. 10. 013, No. Induk 40. 013. 0, SMK Nusantara di resmikan. Pada awal operasinya tahun 2001 SMK Nusantara hanya memiliki 60 siswa yang di bagi menjadi 2 kelas, seiring perkembangannya sekarang menjadi 25 kelas dengan jumlah murid sekitar 1086 siswa. Sejak berdirinya hingga sekarang SMK Nusantara telah 2 kali mengalami pergantian Kepala Sekolah yaitu : Drs. H. Alimudin Al-Murtala, SH, SE, MM dan Drs. Faisal Bakar, SE.

SMK Nusantara ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, suatu kondisi yang strategis karena dekat dengan masyarakat yang merupakan sasaran objek pendidikan. Disamping itu proses belajar mengajar di SMK Nusantara tidak


(60)

tergannggu dengan kendaraan yang lalu lalang dikarenakan jauh dari area jalan raya sehingga proses belajar mengajar mengalami kondisi yang cukup kondusif. Selain itu kegiatan proses belajar mengajar juga didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti lapangan dan halaman yang biasa digunakan siswa untuk kegiatan upacara atau acara lainnya.

1. Tujuan

Sejalan dengan pendidikan SMK Nusantara, maka beberapa tujuan yang menjadi prioritas SMK Nusantara:

a. Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan ketentuan yang standar yang ditetapkan oleh DIKNAS dalam hal ini direktoral Sekolah Menengah Kejuruan

b. Melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia/siswa dan lulusannya

c. Melaksanakan pembinaan IMTAQ dalam proses pembelajaran untuk mencetak manusia seutuhnya sesuai dengan agama yang dianutnya

d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidangnya guna mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja

e. Menjadikan SMK Nusantara sebagai salah satu pusat lembaga pendidikan dan pelatihan bagi siswa berstandar nasional.


(61)

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menciptakan tenaga kerja yang profesional yang berakhlak b. Misi

1. Memelihara budaya bangsa sebagai aset pariwisata

2. Mengintegrasikan ilmu pariwisata dengan budaya bangsa yang bermoral dan religius

3. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dalam kerangka profesionalitas

4. Mengedepankan pendidikan agama dan menciptakan tenaga kerja yang berakhlak mulia

5. Mendidik tenaga terampil melalui guru industri berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan guna kepentingan kerja dalam dan luar negeri 6. Industri sebagai partner dalam mengembangkan kompetensi siswa/i untuk

job training dan penempatan kerja

7. Setiap alumni dibekali sikap dan mental yang mampu bersaing dalam dunia kerja

3. Kegiatan Belajar Mengajar PAI

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMK Nusantara di bagi menjadi dua yaitu pagi dan siang, pagi dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan 12.15, sedangkan siang dimulai pukul 13.00 sampai dengan 17. 45 WIB. Bidang studi PAI di ajarkan 2 Jam dalam tiap minggunya. Dalam proses belajar mengajar, hal


(62)

yang harus diperhatikan oleh guru adalah metode mengajar yang akan digunakan. Hal ini mengingat yang dihadapi adalah anak-anak yang memiliki daya serap belajar rendah, maka untuk menghindari situasi yang membosankan guru perlu memberikan metode atau terobosan baru sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Secara umum metode yang biasa digunakan dalam mengajar bidang studi PAI adalah metode ceramah, diskusi dan demonstrasi. Untuk membantu kegiatan belajar mengajar PAI juga disediakan alat bantu atau media yang berkenaan dengan materi yang akan disajikan. Dengan tersedianya alat bantu tersebut siswa menjadi senang dan lebih tertarik dalam menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Berikut ini penulis akan menguraikan contoh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI di SMK Nusantara Legoso, Ciputat – Tangerang.

a. Pendahuluan meliputi salam, absensi siswa b. Apersepsi atau Pre test

c. Guru menjelaskan materi, mengadakan tanya jawab, memberikan motivasi, menampilkan media.

d. Siswa mendengar, mencatat, memahami dan bertanya jawab. e. Kesimpulan materi

f. Postest, simulasi yang berkenaan dengan materi yang disajikan g. Evaluasi akhir sebagai alat ukur pencapaian hasil belajar. h. Penutup meliputi salam, pesan (tugas yang akan diberikan).


(63)

4. Struktur Organisasi.

Dalam suatu lembaga pendidikan struktur organisasi itu sangat penting peranannya. Struktur organisasi sekolah merupakan gerak langkah yang diatur secara kontrol disipliner agar dapat bekerja sama dengan baik, dan dengan penempatan personil yang sesuai dengan keahliannya dalam struktur organisasi yang merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat keberhasilan program kerja sama organisasi.


(64)

KEPALA SEKOLAH DRS. FAISAL BAKAR, SE

KOMITE SEKOLAH

KURIKULUM I BAHROZIH, SE, MM

KESISWAAN KARTINI,SE KURIKULUM II

DRS. MAMAN HILMAN, MM

KAJUR :

APH - SLAMET. R, SE

BM - BAHROZIH, SE, MM

UJP - KARTINI, SE

OSIS M. ARIEF NOOR,

S.Sos

ROHIS Drs. CECEP SETIAWAN

PIKET WL. KELAS

1. Drs. M. Bilkis Th, MM 2. Wawan Hermawan S.Pd 3. Ruzayanah, S.Pd ADAPTIF

NORMATIF PRODUKTIF

YAYASAN

MAJELIS SEKOLAH INDUSTRI Tabel - 5

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

SMK NUSANTARA


(65)

1. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan.

Guru atau pendidik adalah salah satu dari faktor pendidikan yang tidak dapat ditinggalkan, maka kemampuan profesionalitas serta kualitasnya perlu diperhatikan. Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan guru yang professional, sehingga betul-betul memahami dan mendidik siswa serta tahu bahwa siswa mempunyai perbedaan yang sifatnya individual dalam pendidikan. Di SMK Nusantara jumlah pendidik seluruhnya 48 orang yang terbagi atas guru pagi dan siang. Walaupun diantara mereka ada juga yang termasuk keduanya.

Data tentang tenaga pendidik di SMK Nusantara dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel - 6

Data tentang Guru SMK Nusantara Legoso, Ciputat-Tangerang

No Nama Guru Jabatan Mengajar Bidang Studi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Drs. Faisal Bakar, SE Drs. Maman Hilman, MM Sumarto, S.Pd, SE

Kartini, SE

M. Arief Noor, S.Sos. Drs. M. Bilkis, TH Slamet Rujito, SE Bahrozih, SE

Wawan Herwanto, S.Pd Cecep Setiawan, S.Ag. MA Eutik Masliyah, S.Pd Drs. H. Rohmani M. Sarudji HB, S.Ag Ir. Muh. Imron Nina Yuliestina, SE Sartoyo Suman, SE

Kepsek Wakasek Guru Guru Pembina OSIS Guru Guru Guru BP Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Tata Bidang Bahasa Indonesia Th.PU Kepariwisataan Penjas Matematika Fo, H Sanitasi Ekonomi Sejarah BP Bahasa Inggris Bahasa Perancis Ppkn

P. Agama Islam Ipa

Tata Graha Pengl Makanan


(1)

Angket – HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN TINGKAT PENGAMALAN IBADAH SISWA

(Studi Kasus SMK NUSANTARA Legoso Ciputat -Tangerang) Petunjuk :

A. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan anda dan apa yang sejujurnya anda ketahui.

B. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai anda, untuk itu diharapkan sekali anda mengisi jawaban yang benar dan jujur apa adanya.

Shalat

1. Saat mengerjakan banyak tugas, masuk waktu shalat. Apakah anda tetap melaksanakan shalat ketika sedang sibuk ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

2. Orang tua anda mengajarkan pada anda untuk mengerjakan shalat fardu 5 kali sehari sebagai kewajiban, apakah anda melaksanakannya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

3. Selain shalat wajib, apakah anda melaksanakan shalat sunnah?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

4. Setiap shalat diwajibkan untuk membaca surat al-Fatihah. Apakah anda mambacanya setiap melaksanakan shalat ?

A. Selalu C. Kadang-kadang


(2)

5. Pada saat perjalanan jauh, bertepatan dengan masuk waktu shalat dzuhur. Apakah anda akan menjama’ shalat tersebut ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

6. Di sekolah anda diadakan shalat dzuhur berjamaah. Apakah anda suka mengikutinya?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

7. Orang tua anda memerintahkan untuk mengikuti shalat maghrib berjamaah di masjid daerah anda. Apakah anda selalu mengikutinya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

8. Ketika sedang shalat, ada teman anda yang bercanda gurau di samping anda. Apakah anda akan tetap khusyu mengerjakan shalat ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

9. Setelah adzan berkumandang, Apakah anda langsung mengerjakan shalat fardhu di awal waktu ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

10.Setelah shalat kita dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah. Apakah anda terbiasa mengerjakannya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang


(3)

Puasa

11.Selain shalat wajib. Yang harus dilaksanakan bagi setiap orang Islam yang sudah baligh adalah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Apakah anda selalu berpuasa di bulan Ramadhan ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

12.Kalau tidak ada halangan, apakah anda melaksanakan puasa Ramadhan selama 30 hari ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

13.Di bulan ramadhan semua perbuatan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya, diantaranya adalah bersodaqah. Apakah anda melaksanakannya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

14.Saat puasa anda berpergian, ketika itu anda melihat dan mencium aroma makanan yang sedap. Apakah anda akan tetap berpuasa anda ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

15.Salah satu syarat puasa adalah niat. Apakah anda melakukan niat puasa pada waktu malam hari ?

A. Selalu C. Kadang-kadang

B. Sering D. Tidak pernah

16.Saat puasa ramadhan kita dianjurkan memperbanyak membaca al-Qur’an/ tadarus. Apakah anda mengerjakannya ?


(4)

A. Selalu C. Kadang-kadang B. Sering D. Tidak pernah

17.Sewaktu-waktu anda terlambat bangun sahur, ketika itu imsak telah tiba. Apakah anda akan tetap mengerjakan puasa ?

A. Selalu C. Kadang-kadang B. Sering D. Tidak pernah

18.Kita diajarkan untuk membaca doa ketika berbuka puasa. Apakah anda terbiasa membacanya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang B. Sering D. Tidak pernah

19. Melaksanakan puasa Ramadhan bukan karena paksaan orang tua

A. Selalu C. Kadang-kadang B. Sering D. Tidak pernah

20.Salah satu amalan yang dianjurkan dalam bulan Ramadhan adalah melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid. Apakah anda selalu mengikutinya ?

A. Selalu C. Kadang-kadang B. Sering D. Tidak pernah


(5)

(6)