20
dikembangkan menjadi paragraf-paragraf yang lengkap, kedua, gunakan tanda baca sesuai dengan ketentuan EYD. Ketiga, gunakan
pilihan kata yang tepat supaya pembaca dapat merasa seolah-olah melihat, merasakan, meraba, atau mendengar sendiri objek yang
dituliskan dalam karangan deskripsi.
5. Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan muncul karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Melihat kenyataan itu, guru harus menunjukkan
atau memberikan pemahaman yang benar tentang kemampuan konsep berbahasa anak. Kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi bahkan
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan jika faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan diketahui kemudian dikaji secara cermat sehingga menemukan
kebenaran dari kesalahan yang dibuat siswa. Pengkajian dari seluruh aspek kesalahan itulah yang disebut dengan analisis kesalahan.
Tujuan daripada dilakukannya analisis kesalahan adalah: 1. Menentukan urutan bahan ajaran.
2. Menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajaran. 3. Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.
4. Memilih butir pengujian kemahiran siswa. Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja pada data yang aktual
dan masalah yang nyata. Analisis kesalahan Anakes dianggap lebih efisien dalam penyusunan rancangan strategi pengajaran. Untuk melakukan analisis
kesalahan, diperlukan metode dalam menganalisisnya. Metode analisis kesalahan yang paling ideal mencakup upaya:
1. Mengumpulkan data kesalahan. 2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan.
3. Memperingkat kesalahan. 4. Menjelaskan kesalahan.
5. Memprakirakan daerah yang rawan kesalahan. 6. Mengoreksi kesalahan.
21
Lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa
sebagai alat komunikasi. Orang-orang Amerika turunan Perancis, Italia, Yahudi, Indian, Spanyol menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa
pertama bahasa Ibu dan bahasa Inggris bahasa kedua. Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian
untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula
kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma di dalam penerapan kaidah bahasa
pertama B1 di dalam penggunaan bahasa kedua B2. Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian sistem B2 pada saat menggunakan B1. Salah
satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa yang lebih dikenal dengan istilah
interferensi. Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Interferensi itu sendiri merupakan produk dari kedwibahasaan.
Kedwibahasaan terjadi karena pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa mungkin melalui jalur pendidikan atau pengajaran bahasa informal di rumah dan jalur
pendidikan atau pengajaran formal di sekolah atau melalui jalur itu secara stimulan.
38
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.
39
Kesalahan berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita
memandangnya. Dengan kata lain, setiap sudut pandangan menghasilkan pengelompokan tertentu.
38
Henry Guntur Tarigan.dkk, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Bandung:Angkasa, 2011, Edisi Revisi, hlm.4.
39
Ibid.126
22
Ada hal yang membedakannya atas dua jenis, yaitu: 1.
Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian disebut “faktor performansi”, kesalahan performansi ini,
yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes.
2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai
kaidah- kaidah bahasa, yang disebut sebagai “faktor kompetensi”, merupakan
penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 atau bahasa kedua
disebut errors.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian mengenai kesalahan pembetukan kata depan para pembelajar di jenjang menengah sampai ke perguruan tinggi antara lain ditulis
oleh Dewi Prabawati 2010, Nurul Hidayah 2007, dan Lisa Oktaviantina 2009.
Pertama, peneliti melihat skripsi Dewi Prabawati, 106013000293, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2010 yang berjudul Penggunaan Kata Depan dalam Karangan Deskripsi Sebuah Analisis
Kesalahan pada Siswa Kelas VII SMP Waskito Tahun Pelajaran 20102011. Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi yang peneliti buat. Perbedaannya, Dewi
Prabawati membahas keseluruhan jenis kata depan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa dalam karangan deskripsi serta menggunakan acuan teoritis yang
berbeda pula. Kedua, peneliti melihat skripsi Nurul Hidayah, mahasiswi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2007 yang berjudul Analisis Preposisi dalam Karangan Siswa Kelas IV
SD Negeri Kasin Kota Malang Tahun Ajaran 20062007. Skripsi tersebut membahas tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan preposisi atau kata
depan dalam karangan siswa SD Negeri Kasin Kota Malang. Nurul Hidayah tidak