Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi Instruksional Dalam Kegiatan Muhadhoroh Di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

xxvi Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Kita mengadakan komunikasi, karena kita menghendaki seseorang berbuat, berfikir atau merasa dalam suatu cara yang tertentu, kita mengetahui kalau kita sudah mengkomunikasikannya, jika respon atau reaksi yang kita inginkan sudah teracapai atau sudah terjadi respon atau reaksi ini disebut “feed back” atau dengan kata lain umpan balik dari penerima pesan bahwa dia sudah mengerti pesan itu dan tujuannya. Menurut R. Wayne Pare, Bret D Peterson, dan M. Dallas Daurnett dalam bukunya, Techniques For Effetive Comunication, menyatakan bahwa tujuan komunikasi tediri dari tiga tujuan utama, yaitu : a. To secure understanding b. To establis acceptance c. To motivate action Pertama yaitu To secure understanding adalah memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat mengerti dan menerima pesan maka penerimnya itu harus dibina to establis. Pada akhirnya kegiatan dapat dimotivasikan To motivate action. 20 Secara umum tujuan dari komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan di pengirim dan di penerima. Tujuan komunikasi dari sudut di pengirim yaitu memberikan informasi, mendidik, menyenangkanmenghibur, mengajurkan suatu tindakanpersuasif. Sedangkan dari sudut si penerima yaitu memahami informasi, mempelajari dan menikmati. Selanjutnya komunikasi pengajaran atau komunikasi intruksional yaitu mempunyai tujuan yang sudah jelas yaitu harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yang sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak sekolah itu sendiri. Maka menurut penulis, bahwa tujuan komunikasi adalah menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dengan sebaik-baiknya agar komunikasi dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

B. Pengertian Komunikasi Instruksional

1. Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi Instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Kata komunikasi Instruksional berasal dari dua kata yang terpisah namun terdapat keterkaitan yang erat satu sama lain. Kata instruksional berasal dari kata bahasa inggris Instruction yang berarti pengajaran, pelajaran atau instruksi juga bisa diartikan sebagai perintah. 20 Ibid., h. 12 xxvii Arti kata instruksional pada bidang konteks pembahasannya. Adalah Webster Third New Internasional Dictionary Of The English Langguge mancatumkan kata intruksional dari to Intruk dengan arti “memberi pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu atau dapat pula berarti “mendidik dalam subjek atau bidang pengetahuan tertentu” disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah. 21 Dalam dunia pendidikan, kata instruksional disini tidak diartikan sebagai perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran atau pelajaran bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran. Memang dari ketiga kata tersebut bisa berlainan makna dan artinya karena masing-masing meniitik beratkan faktor-faktor tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mangajar atau mengajarkan. 22 Dari pengertian di atas dapat digali beberapa unsur yang termasuk dalam kegiatan pengajaran, perbuatan maupun metode yang digunakan dalam pengajaran. Pengajaran juga diartikan suatu usaha yang bersifat sadar dan tujuan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Arti belajar lebih menitikberatkan bahan belajar atau materi yang akan disampaikan atau diajarkan oleh guru. Dengan pengertian lain, informasi yang mengandung pesan belajar itulah yang diutamakan. Namun apabila diamati lebih jauh, disampaikan atau tidak oleh guru yang namanya pelajaran tetap ada karena ia adalah benda mati, berupa sederetan informasi yang bisa berarti apabila digunakan. 23 K.H. Dewantara juga menjelaskan bahwa pengajaran itu adalah bagian dari pendidikan dan menyatakan bahwa pengajaran Onder Wijs itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian pendidikan. Jelasnya, bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan. Para ahli pendidikan juga telah memberikan pembatasan pengetian tentang pengajaran, diantaranya seperti dikatakan oleh Hasan Langgulung bahwa pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. 24 Dari terminologi diatas, terdapat unsur-unsur substansial kegiatan pengajaran yang meliputi : Pertama : pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan. Kedua : Pengajaran adalah pemindahan pengetahuan pengajar kepada orang lain yang belum mengetahui pelajar melalui proses belajar mengajar. 21 Pawit M Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunkasi Instruksional, Jakarta Pers, 2002, Cet Ke-1.,h.6 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pusataka, 1995, Cet, Ke-7. h. 7 23 Mudhofir, Tekhnologi Instruksional, Bandung : PT. Rosdakarya, 1990, Cet. Ke,.h. 9 24 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam Jakarta : Pustaka al-Husna, 1983 Cet. Ke-3,.h.3 xxviii Pengetahuan yang dipindahkan diperoleh dari dua sumber yaitu pertama dari sumber Ilahi dan kedua dari sumber manusiawi. Kedua jenis pengatahuan ini saling melengkapi dan pada hakikatnya keduanya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan memberinya dari berbagai potensial untuk memahami dan memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang bersumber dari Ilahi adalah pengetahuan yang langsung dari Allah melalui wahyunya. Adapun pengetahuan yang berasal dari manusia yaitu pengetahuan yang dipelajari dari manusia melalui pengalaman pribadi dalam kehidupan, juga dalam usahanya untuk menelaah dan memecahkan berbagai problem yang dihadapinya melalui pendidikan dan pengajaran serta penelitian ilmiah. Kata Instruction mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas ruang formal, pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh Karena itu dapat disimpulkan dalam komunikasi instruksional yang ditekankan adalah proses belajar. Maka usaha- usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa, kita sebut dengan pembelajaran yang tidak lain dengan adanya komunikasi yang efektif. 25 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluranmedia dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun pendidikan yang ada dalam kurikulum, sumbernya atau pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media, salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. Maka proses belajar mengajar ini disebut komunikasi instruksional. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal kata-kata lisan atau tertulis maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri menafsirkan simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut encoding. 2. Hambatan-hambatan Komunikasi Instruksional Hambatan-hambatan komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain : 25 Arief Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-4, h. 7 xxix a. Verbalisme di mana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara lisan. Di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyak bersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah. b. Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak berpusat pada informasi yang diberikan oleh guru, tetapi perhatiannya bercabang ke yang lainnya. c. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan berbeda daya tangkap murid, sehingga terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda. d. Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan. Di sini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya. e. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampian informasi yang sama “monoton” menyebabkan timbulnya kebosanan murid. f. Keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misalnya objek yang terlalu besar atau kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan objek yang terlalu komplek serta konsep yang terlalu luas, sehingga menyebabkan tanggapan murid menjadi mengambang. g. Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan kesalahan memilih tehnik dalam komunikasi. Di dalam buku karangan Arief S. Sadiman, yang berjudul Media Pendidikan, menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi yang biasa disebut dengan istilah barriers, atau noises, yaitu: xxx a. Hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. b. Hambatan kultural, seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan serta hambatan lingkungan. Karen adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik sewaktu mencode pesan maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efesien. Media pendidikan sebagai salah- satu sumber belajar yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Pendidikan dan pembelajaran semakin tidak mungkin lagi dibatasi di ruang kelas. Proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga-lembaga formal dan pelatihanpun tidak mungkin dengan lebih banyak menyuapi peserta didiknya, mereka harus aktif mencari informasi yang diperlukan, sementara guru atau instruktur berkewajiban memberi arahan dan membimbing. Sumber-sumber yang semakin beraneka ragam perlu diidentifikasi, disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk memudahkan terjadinya proses pendidkan dan pembalajarn.

C. Pengertian Muhadhoroh

Dokumen yang terkait

MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KE PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM TANGERANG, BANTEN

20 119 25

Komunikasi instruksional dalam pengajaran mulok di Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Ittihad Serang - Banten

9 120 92

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

Pola komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten

3 113 82

KEGIATAN PONDOK PESANTREN SUNAN JATIAGUNG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA JATIAGUNG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 10 43

Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Daun Mangrove Api-api (Avicennia marina Forssk. Vierh) di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

1 23 83

(Studi kasus di Pondok Pesantren Muhammadiyah Imam Syuhodo, Sukoharjo) UPAYA GURU PEMBINA DALAM MENUMBUHKAN MINAT SISWA PADA KEGIATAN MUHADHOROH (Studi kasus di Pondok Pesantren Muhammadiyah Imam Syuhodo, Sukoharjo).

0 1 13

PENDAHULUAN UPAYA GURU PEMBINA DALAM MENUMBUHKAN MINAT SISWA PADA KEGIATAN MUHADHOROH (Studi kasus di Pondok Pesantren Muhammadiyah Imam Syuhodo, Sukoharjo).

1 5 16

ANALISA DATA UPAYA GURU PEMBINA DALAM MENUMBUHKAN MINAT SISWA PADA KEGIATAN MUHADHOROH (Studi kasus di Pondok Pesantren Muhammadiyah Imam Syuhodo, Sukoharjo).

0 2 6

Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository

0 1 230