viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi ada dimana-mana, dirumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang di meja makan, di kampus, ketika mahasiswa-mahasiswa
mendiskusikan mata kuliah, di kantor, ketika kepala seksi membagi tugas, di masjid, ketika khotib berkhutbah, bahkan di tamanpun komunikasi itu ada ketika
seorang pecinta mengungkapkan rasa rindu dan cintanya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70
waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi sangatlah menentukan kualitas hidup kita.
Dalam perspektif agama Islam, bahwa komunikasi sangatlah penting perannya untuk kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, manusia
sangat diharapkan agar dapat pandai dalam berkomunikasi. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran surat ar-Rahman ayat 1 – 4 yang berbunyi :
+ +
+ +
- -
- - .
. .
. Artinya : “Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia
menciptakan manusia,mengajarnya pandai berbicara”. Q.S 55. Ar-Rahman:1-4
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari maupun tidak bahwa komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Manusia sejak lahir sudah dapat
ix berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak tangis pertama pada saat dilahirkan
adalah suatu tanda bahwa manusia sudah dapat berkomunikasi.
1
Terbiasa komunikasi sebenarnya bukan berarti telah memahami komunikasi. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang akan
terjadi selama komunikasi itu berlangsung, mengapa itu dapat terjadi, akibat apa yang akan terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita lakukan untuk dapat
mempengaruhi dan memaksimumkan keberhasilan dari kejadian tersebut. Dimanapun kita berada dan apapun pekerjaannya, kita selalu
membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Jadi bukan hanya politisi, dosen, pengacara, pendakwah yang harus terampil dalam berkomunikasi, namun hampir
semua jabatan. Banyak orang yang tidak berhasil karena mereka tidak terampil dalam berkomunikasi. Didalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan
dalam suatu pekerjaan ataupun karier yang disebabkan tidak efesiennya berkomunikasi.
Harus kita sadari bahwa peran komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan bersosial, khususnya pada bidang pendidikan. Seorang guru harus
dibekali dengan ilmu komunikasi supaya apa yang hendak disampaikan dapat menjadi efektif dan seorang muridpun dapat memahami pelajaran dengan mudah.
Kita sepakati bersama bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dalam komunikasi istilah
pendidikan serta pengajaran terdiri dari dua komponen yang sangat penting yang terlibat yakni antara pengajar sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.
1
Widjaja, Komunikasi
dan Hubungan
Masyarakat ,Jakarta:
Sinar Grafika
Offset,1993,Cet. Ke-3,h.1
x Komunikasi dalam pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional
instruction comunication salah satu asfek komunikasi untuk dapat meningkatkan kualitas dalam berpikir para pelajar komunikan dalam situasi instruksional yang
terkondisi. Misalnya seorang guru disamping dapat mengajar, juga harus memiliki suatu metode dalam menyampaikan pesannya kepada seorang murid.
Komunikasi instruksional lebih mengarah kepada pendidikan serta pengajaran, bagaimana seorang pengajar guru memiliki jiwa kerja sama dengan
muridnya sehingga pesan atau instruksi yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Fungsi selain pendidik seorang gurupun sangat
diharapkan untuk dapat membimbing
2
, membimbing dalam arti mengikutsertakan guru dalam aktivitas murid.
Instruksional pada bidang serta konteks pembahasan. Webster’s Third New International Dictionary Of The English Language
mencantumkan kata instruksional dari kata Instruct dengan arti “memberi pengetahuan atau
informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang, memberikan keahlian ataupun pengetahuan dalam bidang seni atau spesialisasi tertentu” atau
dapat berarti pula “mendidik dalam subyek atau bidang pengetahuan tertentu” disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau
perintah.
3
Komunikasi instruksional dapat terjadi dimana saja misalnya, di sekolah, universitas, bahkan di pondok pesantren. pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tradisional, tempatnya untuk mempelajari, mendalami,
2
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi,Yogyakarta: PT.Arti Bumi Intaran,2005,Cet.ke-1.h.26
3
Pawit M yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Jakarta Pers, 2002, Cet. Ke 1.,h.6
xi menghayati, serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang menekankan akan
pentingnya moral keagamaan.
4
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang mana di dalamnya terdapat suatu struktur organisasi yang fungsinya
menjalankan segala aktifitas keagamaan. Di dalam pondok pesantren terdapat santri yang sedang mempelajari ilmu
agama. Aktifitas santri dilakukan setiap hari sejak pagi hingga malam hari dan telah disediakan segala kebutuhan santri baik itu sandang, pangan, dan juga papan
tanpa harus pulang kerumahnya masing-masing. Santri selalu ditekankan supaya dapat mendalami ilmu agama Islam agar dapat mendakwahkan ajaran-ajaran
agama Islam, baik untuk dirinya sendiri atau kepada seluruh umat Islam secara umum.
Demikian pula pondok pesantren Raudhatut Tullab, yang mana mewajibkan para santrinya untuk dapat mengikuti segala bidang pendidikan serta
pengajaran baik itu kegiatan kurikuler ataupun ekstarakurikuler. Para santri juga diharuskan agar dapat berdakwah dengan metode yang baik, baik untuk dirinya
sendiri ataupun untuk umat Islam secara umum, untuk mencapai tujuan itu pondok pesantren Raudhatut Tullab menerapakan pelatihan muhadhoroh.
Kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah termasuk kedalam kegiatan ekstrakurikuler.
Sedangkan kegiatan kurikuler formalnya mencakup aktifitas yang ada di sekolah, dan untuk kurikuler pesantrennya kuhusus pada bidang pengkajian kitab-
kitab klasikkuning seperti Fiqih, Nahwu Sorof, Tafsir, AqidahTauhid, Balaghoh
4
Mastuhu, “Prinsip Pendidikan Pesantren”, Jakarta: Inis, 1994, h.55
xii dan lain-lain. Adapun kegiatan ekstrakulikuler meliputi muhadharah, muhadatsah,
pembacaan Barzanzi, dan membaca al-Quran. Muhadhoroh adalah metode dalam berdakwah, guna melatih mental para
santri dalam berdakwah, sehingga para santri tidak merasa canggung apabila santri tersebut akan berdakwah keapada khalayak ramai masyarakat. Santri
diwajibkan untuk selalu mengikuti muhadhoroh dengan bimbingan para guru Ustadz.
Para santri yang ditunjuk sebagi penceramah harus dapat mempersiapkan dirinya dengan matang, karena ceramah yang akan disampaikannya itu tanpa
mengunakan teks dan juga santri terserbut harus dapat menghapal dan apa yang disampaikan juga dapat dipahami oleh para mad’u.
Pada dasarnya muhadharah adalah merupakan langkah awal sebagai salah satu upaya dalam menyiapkan kader da’i membentuk santri dari yang belum
berani berpidatoceramah, kurang mampu menjadi bisa atau bahkan menjadi lebih baik dalam menyampaikan isi ceramahnya kepada para mad’u.
Yang menjadi titik permasalahan bagi penulis adalah bagaimana proses penerapan komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh dapat
diterapkan? Bagaimana tingkat efektifitas penerapan komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh? Oleh karena itu, hemat penulis perlu melakukan
suatu pengkajian dan penelitian mengenai komunikasi insruksional dalam kegiatan muhadhoroh dan sampai dimana penerapan komunikasi instruksional itu
dapat berjalan dengan efektif tanpa adanya unsur keterpaksaan dalam komunikasi terhadap pihak yang terkait.
xiii Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian dan sekaligus dijadikan bahan skripsi yang berjudul:
“Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadharah di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah