Tahap Analisa Data Proses Pengumpulan Data .1 Tahap Penjaringan Data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Proses Pengumpulan Data IV.1.1 Tahap Penjaringan Data Penjaringan data dilakukan melalui teknik observasi langsung serta komunikasi tatap muka face to face communication melalui wawancara mendalam antara penulis dengan informan yang berpedoman pada pedoman wawancara yang telah didiskusikan. Di samping itu penulis menyediakan alat tulis dan alat perekam suara untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika proses penjaringan data dilakukan. Peneliti juga meminta izin terlebih dahulu kepada responden yang diwawancarai untuk menuliskan cerita dari responden tersebut ke dalam hasil penelitian ini.

IV.1.2 Tahap Analisa Data

Pada tahap ini, penulis menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian serta hasil observasi. Kemudian penulis melakukan analisis terhadap jawaban-jawaban tersebut, berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan, literatur, serta penuturan pihak lainnya yang berkompeten dengan masalah penelitian. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan variabel konsep dan apa yang dicari peneliti. Universitas Sumatera Utara IV.II Hasil Pengamatan dan Wawancara Penelitian ini memilih indorman yang usianya berkisar antara 17-22 tahun dan responden yang dipilih sebelumnya telah diamati terlebih dahulu. Informan berjumlah 5 keluarga yang terdiri dari 3 keluarga kurang harmonis dan 2 keluarga harmonis. Penelitian ini juga melibatkan Psikolog yang berparan sebagai pembanding antara keluarga harmonis dan keluarga kurang harmonis juga penjelasan tentang pengaruh komunikasi antarpribadi nya terhadap pembentukan konsep diri. Pelaksanaan pengumpulan data pendekatan dengan responden dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini dimulai pada bulan mei 2010. Wawancara ini dilakukan di tempat yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan kesepakatan yang terjadi sebelumnya antara penulis dengan para informan. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu yang bisa diluangkan oleh masing-masing informan. Informan-informan yang dipilih oleh peneliti, sebelumnya telah dilakukan pengamatan terlebih dahulu untuk melihat keadaan keluarga dan sikap dari informan tersebut. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti adalah sebagai berikut: Responden 1 Keluarga Harmonis Nama : Adis Umur : 22 tahun Anak : ke 3 dari 3 bersaudara Suku : Jawa Pekerjaan Ayah : Pengusaha bunga hias Universitas Sumatera Utara Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Responden ini adalah seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik departemen Ilmu Komunikasi angkatan ’06. Dari hasil wawancara dan pengamatan saya langsung, Adis adalah seorang yang mempunyai perawakan dan sifat yang lucu dan baik, dia bisa menerima masukan dan kritikan dari orang-orang terdekatnya. Adis merupakan anak yang sering menceritakan permasalahan-permasalahan dalam hidupnya kepada orang tua nya. Adis merupakan wanita yang sangat dekat dengan keluarga, dan mempunyai banyak teman, dari teman SD sampai dengan teman kuliah. Dia mengaku sering menceritakan masalah- masalahnya dengan orang tuanya, terutama dengan Ibu nya dan begitu juga sebaliknya. Adis, yang sangat menyayangi dan perduli dengan keluarganya ini, mengaku sangat sering mendapat dukungan atas apa yang dilakukannya, selagi itu positif. Dilihat dari sisi komunikasi antarpribadi orang tua, Adis merupakan salah satu responden yang mementingkan komunikasi antarpribadi orang tua tersebut. Itu terlihat dari orang tua Adis yang memang sangat memperhatikan anak-anaknya, juga sangat peduli akan apa yang dialami anaknya. Orang tua Adis, sering menanyakan keadaan Adis, mengaku sangat menghargai pilihan-pilihan yang dipilih oleh anaknya selagi itu positif untuk anaknya, mereka akan mendukung sepenuhnya. Berdasarkan pengamatan, peneliti menyimpulkan konsep diri yang terbentuk dalam diri Adis adalah konsep diri yang positif. Kesimpulan tersebut dilatarbelakangi Universitas Sumatera Utara atas pengamatan peneliti yang mengamati kehidupan dan kebiasaan Adis yang sangat sopan dan mampu mengatasi masalah yag terjadi dalam diri juga kehidupannya dengan cara yang baik. Adis juga mampu, membangun rasa percaya diri yang baik dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu dan mampu menerima masukan dari orang lain. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan oleh penbeliti, Adis dikategorikan sebagai keluarga harmonis dikarenakan peneliti melihat kerukunan dan kebersamaan yang terjadi dalam keluarga Adis sangat baik dan memang dalam keluarga Adis, terdapat kerja sama antara Orang tua dan anak. Keluarga Adis adalah keluarga yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup erat. Keluarga yang mempunyai rasa saling peduli dan selalu memperhatikan saudara- saudara nya satu sama lainnya. Responden 2 Keluarga Harmonis Nama : Aci Umur : 19 tahun Anak : ke 3 dari 5 bersaudara Suku : Melayu Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Universitas Sumatera Utara Responden ini adalah seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara Fakultas Teknik Arsitek angkatan ’09. Aci merupakan anak yang cukup tertutup dalam keluarganya, namun mempunyai keluarga yang cukup perduli dengan lingkungan keluarga itu sendiri. Aci mengaku dia tertutup dikarenakan takut untuk berbicara banyak jika pada orang yang baru dia kenal, disebabkan takut menyinggung orang lain. Namun bila dia sudah cukup mengenal orang itu, dia bakal terbuka, walaupun tidak semua mau dia ceritakan. Aci merupakan wanita yang cerdas dalam mengambil keputusan, namun juga tidak begitu suka dengan masalah besar dengan alasan dia tidak mau ambil pusing dan takut mengganggu kehidupannya. Namun jika masalah itu memang harus dia yang menyelesaikannya, dia mengaku akan bertanggung jawab terhadap masalah tersebut. Malahan Aci mengaku kalau dia memang merasa bersalah, dia akan langsung meminta maaf pada orang yang disakitinya itu. Aci juga merupakan anak yang cukup manja dalam lingkungan keluarganya. Namun karena sifat agak manjanya tersebut, Aci jadi dekat dengan Mamanya dan juga kakak pertamanya dikarenakan sering meminta tolong kepada mereka berdua. Dengan sifat yang seperti itu, Aci mengaku sering curhat dengan kakaknya, walaupun terkadang berbeda pendapat dan diakhiri dengan diam-diaman. Tetapi itu biasanya tidak lama, karena selalu ada yang memulai untuk membicarakan hal yang baru. Dilihat dari sisi Komunikasi antarpribadi Orang tuanya, keluarga dari Aci sendiri merupakan keluarga yang mempunyai komunikasi antarpribadi orang tua yang baik. Berdasarkan pengamatan, keluarga Aci terlihat saling membantu saat mereka Universitas Sumatera Utara kesusahan. Contoh yang sederhana saja, Aci masih diantar jemput oleh Ibunya sendiri dan selalu memiliki batasan jam untuk pulang ke rumah yang memang disepakati bersama oleh keluarga tersebut. Menurut pengamatan juga, kakak pertama Aci sering membantu mengerjakan tugas Aci yang memang sangat banyak, hingga larut malam. Dilihat dari konsep diri yang terbentuk dalam diri Aci, aci termasuk remaja yang mempunyai konsep diri positif. Aci masih menerima jika orang mengkritiknya, dan mampu menilai dirinya sendiri dengan baik. Aci juga selalu meminta maaf terhadap orang lain yang tidak sengaja disakitinya, dan selalu berhati-hati dalam berprilaku saat bertemu orang baru. Responden 3 Keluarga Kurang Harmonis Nama : Fitra Umur : 22 tahun Anak : ke 1 dari 3 bersaudara Suku : Batak Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Responden ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Fakultas Ekonomi angkatan ’07. Fitra merupakan anak mahasiswa yang cukup aktif di kampusnya. Maka dari itu Fitra memiliki banyak teman dan juga banyak kenalan. Dari segi pola pikir, Fitra termasuk orang yang emosian juga meledak-ledak jika dia Universitas Sumatera Utara terlibat dalam satu masalah yang kurang disukainya, apalagi kalau masalah itu jadi menyudutkannya. Walaupun terkadang Fitra bisa menerima kritikan akan dirinya, namun Fitra lebih sering merasa terganggu bila ada orang yang mengkritik dirinya. Fitra merupakan remaja yang hidup dengan keluarga yang sedrhana, yang terkadang kurang memperhatikan keluarganya dan lebih sering memperhatikan pergaulannya dengan teman-temannya. Fitra merupakan anak yang cukup keras dan sedikit agak haus dengan perhatian. Dengan sifat yang seperti itu, Fitra lebih manuntut perhatian yang terkadang terlihat agak berlebihan. Dari apa yang peneliti lihat, Fitra lebih sering menuntut perhatian kepada teman dekatnya. Maka, jika terjadi masalah dengan teman dekatnya atau dengan kata lain terjadi selisih paham tehadap Fitra dan teman dekatnya, sangat terlihat perubahan sikap Fitra yang agak menjadi lebih kasar dan egois dari sebelumnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, Fitra merupakan remaja yang baik dan bisa diajak berbicara secara dewasa selagi tindakan-tindakan yang dia lakukan didukung oleh orang-orang yang menyayanginya. Namun ketika tindakan tersebut tidak didukung, sikap Fitra sering berubah menjadi agak tertutup dan tidak mau mendengarkan orang lain hanya percaya pada pendapatnya saja. Fitra menganggap masalah itu mengganggunya, walaupun selalu ada hikmah yang bisa diambil, tetapi tetap saja bisa mengganggu pekerjaan yang dilakukannya. Bila dilihat dari komunikasi antarpribadi orang tua yang terjadi dalam keluarga Fitra, komunikasi tersebut berjalan baik dengan Ibunya. Bahkan Fitra dan Universitas Sumatera Utara Ibunya mengaku sering sekali bertukar pikiran tentang suatu masalah. Fitra juga mengaku sangat menyayangi Ibunya dan ingin terus menjaganya apapu yang terjadi. Walaupun tidak selamanya pemikiran mereka sejalan, namun seperti yang terlihat, mereka sangat kompak malahan seperti kakak adik saja. Namun jika dengan Ayahnya, fitra terlihat sering berselisih paham juga tidak jarang mereka bertengkar karena suatu masalah. Fitra mengaku tidak cocok dengan Ayahnya karena suatu masalah yang dianggapnya aib jika dibeberkan. Fitra pernah sangat tidak menyukai ayahnya sampai terjadi kontak fisik antara mereka berdua. Sehingga komunikasi yang terjadi antara mereka berdua sangat kurang dan jarang sekali. Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, Ayahnya mendukung yang dilakukan Fitra selagi itu positif buat Fitra sendiri. Ayah Fitra juga mengaku sebenarnya fitra itu orangnya baik namun agak begitu sensitif jika ada masalah. Menurut pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, alasan Fitra tidak menyukai Ayahnya dikarenakan tindakan Ayahnya yang dinilainya sangat kasar jika marah. Apalagi kalau lagi berantem dengan Ibunya, jadi dia tidak terlalu menyukai bila lama-lama berada di dalam rumah. Maka dari itu Fitra lebih suka pergi sejenak dari rumahnya untuk menjernihkan pemikirannya. Walaupun sekarang sudah jarang terjadi lagi pertengkaran tersebut, namun kebiasaan itu sulit hilang jadi terkadang Fitra lebih sering di luar rumah dibandingkan berada di dalam rumah. Jika dilihat dari konsep diri yang terbentuk dalam diri Fitra, terlihat bahwa konsep diri tersebut menjadi negatif dikarenakan kebiasaan akan bosannya Fitra Universitas Sumatera Utara dengan lingkungan rumah yang selalu mengganggu pikiran dari Fitra. Maka dari itu Fitra lebih suka tidak berada di rumah dan berkumpul dengan teman-temannya. Itu juga yang menjadikan Fitra orang yang keras dan susah dikeritik, namun sangat membutuhkan perhatian dari orang lain. Maka dari itu, Fitra sering kali meminta perhatian dari teman-teman dekatnya, jika Fitra merasa tidak dapat perhatian dari keluarganya. Responden 4 Keluarga Kurang Harmonis Nama : Radi Umur : 22 tahun Anak : ke 1 dari 3 bersaudara Suku : Batak Pekerjaan Ayah : Pengacara Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Responden berikut ini adalah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Fakultas Hukum angkatan ’06. Radi merupakan mahasiswa yang tidak terlalu aktif dalam kampusnya, namun cukup mempunyai banyak teman di lingkungan kampusnya tersebut. Radi merupakan remaja yang memiliki rasa sensitifitas yang sangat tinggi hingga perasaan tersebut membuatnya tidak ingin direndahkan oleh orang lain dalam banyak hal. Radi adalah remaja yang sedikit termakan oleh pergaulan yang lumayan tinggi. Oleh karena Radi merupakan anak Universitas Sumatera Utara dari orang yang lumayan berada dulunya, namun akhir-akhir ini, kondisi keuangan dalam keluarganya agak sedikit menurun. Tetapi karena faktor kebiasaan, Radi sudah sangat biasa dengan pergaulan seperti itu, hingga Radi menjadi anak yang agak menuntut lebih kepada orang tuanya. Walaupun Radi tahu bahwa orang tuanya tidak lagi seperti dulu. Dengan masa lalu yang seperti itu, radi menjaadi anak yang tidak bisa jika direndahkan, atau diejek walaupun hanya sekedar gurauan. Radi merupakan anak yang cukup keras, yang mungkin oleh kondisi keluarga yang telah berubah tersebut dan tidak bisa beradaptasi dengan keadaan terebut. Radi juga orang yang cukup emosian dalam menghadapi masalah, juga terkadang menjadi gelagapan jika masalah tersebut menjadi sangat besar. Maka dari itu Radi sering berbagi cerita dengan teman dan sahabatnya, dikarenakan Radi bukan orang yang bisa menyimpan dan menghadapi masalahnya sendiri dengan kepala dingin. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, Radi termasuk orang yang tidak tahu mau melakukan apa jika dirinya terjebak dalam suatu masalah. Radi sendiri memang mengaku sangat membutuhkan dukungan dari orang lain bila Radi terjebak dalam sebuah pilihan. Radi juga orang yang sering bimbang dan tidak percaya diri dalam menghadapi masalah. Padahal menurut pengamatan peneliti, Radi merupakan orang yang cukup percaya diri dalam melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah dalam hidupnya. Radi juga termasuk orang yang mengikuti model dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena hobinya yang memang suka mengikuti gaya dari idolanya. Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu, terkadang memang hidup Radi sendiri memang menuntut banyak pengeluaran dalam caranya merawat diri. Berdasarkan wawancara dan hasil pengamatan peneliti, komunikasi antarpribadi orang tua yang terjadi dalam keluarga Radi bisa dibilang baik jika dilihat dari sudut pandang Ibunya. Namun bertolak belakang jika dilihat dari sudut pandang Bapaknya, yang pengakuan dari keduanya menyatakan bahwa mereka memang kurang cocok dengan pemikiran mereka. Ketika ditanya lebih dalam, tentang kerenggangan hubungan mereka, tenyata peneliti mendapatkan cerita yang membuat Radi tidak simpatik dengan Bapaknya yang biasanya di panggilnya dengan sebutan Papi. Mereka pernah bertengkar hebat bahkan sampai saling memukul antara Anak dan Bapak dikarenakan Radi tidak menyukai perilaku Bapaknya yang agak kasar dengan Ibunya. Berdasarkan wawancara tertutup, Radi menceritakan bahwa dia tidak menyukai Bapaknya yang kasar dan juga tidak perhatian lagi dengan kondisi keluarganya. Radi mengaku bahwa pernah kondisi keluarganya sangat kacau sampai dia berusaha bunuh diri dengan menaruh silet di niadi kanannya. Kejadian tersebut dipicu oleh pertengkaran keluarganya yang saat itu sangat hebat karena Bapak Radi yang di tuduh selingkuh oleh Ibunya. Saat itulah Radi tidak menyukai perilaku Bapaknya yang dilihatnya sangat kasar dan terjadilah pertengkaran antara Radi dengan Bapaknya. Itu yang membuat Radi sangat bosan dengan kondisi keluarganya, hingga Radi hanya memikirkan dirinya dan juga Ibunya. Universitas Sumatera Utara Radi merupakan anak pertama yang sangat menyayangi Ibunya. Namun karena keadaannya sebagai anak pertama tersebut, membuat dia mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjaga keluarganya. Karena itu juga Radi menjadi orang yang keras dan susah di nasehati jika tidak sejalan dengan pola pikirnya. Karna seperti menjadi kepala keluarga kedua setelah Bapaknya, jadi semuanya menjadi pikiran Radi. Menurut pengamatan dan wawancara peneliti, konsep diri yang terbentuk dalam diri Radi adalah konsep diri yang negatif. Dapat dilihat dari sifat-sifat radi yang kebenyakan lebih menolak masukan orang lain dan lebih ingin diterima oleh orang lain. Sifatnya yang agak keras dan sedikit kaku terhadap sudut pandang orang lain, menggambarkan bahwa Radi memiliki prinsip kuat yang belum tentu benar dan terbentuk akibat pengalaman yang kurang baik yang dialaminya. Sulit menerima masukan dan kritikan dari orang lain juga merupakan salah satu sifat yang kaku yang telah terbentuk dari pengalaman yang kurang baik tersebut. Sehingga Radi terlihat seperti orang yang egois dan sedikit kaku dalam menrima masukan dari orang lain. Responden 5 Keluarga Kurang Harmonis Nama : Roki Umur : 22 tahun Anak : ke 3 dari 5 bersaudara Suku : Padang Pekerjaan Ayah : Pengusaha Universitas Sumatera Utara Pekerjaan Ibu : Pengusaha Responden di atas adalah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan ’06 Fakultas Hukum. Roki merupakan anak yang terlahir dari keluarga yang cukup berada. Roki juga termasuk mahasiswa yang aktif dalam beberapa bidang. Apalagi kalau yang berhubungan dengan alam dan petualangan. Roki merupakan remaja yang tumbuh dengan latar belakang keluarga yang agak acuh atau tidak terlalu perduli dengan kondisi keluarga mereka. Roki lebih sering bergabung dengan teman-temannya dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Roki lebih berfikir kalau anak lelaki harus bisa mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri. Dengan dasar sebagai anak pengusaha, Roki menjadi anak yang kurang diperhatikan oleh orang tua nya dikarenakan kondisi kesibukan keluarga yang menuntut kedua orang tua dari Roki lebih memilih menghabiskan waktu di tempat usaha mereka di bandingkan di rumah. Dengan demikian, Roki menjadi anak yang bebas keluar-masuk rumahnya tanpa ada aturan yang melarangnya atau dengan kata lain tidak ada jam batasan untuk pulang kerumah. Namun, kemandirian Roki tidak diiringi dengan sifat dewasa. Dengan demikian Roki kurang memperhatikan keluarganya dan lebih sering memperhatikan dirinya sendiri. Dalam pergaulannya juga Roki termasuk orang yang sangat memikirkan kepentingannya dan tidak perduli dengan orang lain. Walaupun dikenal sebagai orang yang banyak teman, namun tidak banyak teman yang begitu dekat dengan Roki. Roki orang yang agak individu dalam Universitas Sumatera Utara mengambil langkah. Oleh karena itu tidak banyak yang memiliki kepercayaan dengan Roki untuk menjadikannya teman dekat atau sahabat. Bila dilihat dari komunikasi antarpribadi orang tua, keluarga Roki merupakan keluarga yang kurang memperhatikan pentingnya komunikasi antarpribadi orang tua. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Roki memiliki keluarga yang acuh akan satu sama lainnya. Makadari itu sifat Roki menjadi acuh dengan yang lainnya. Juga kurang memperdulikan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan lebih mamilih untuk menikmati kesenangannya sendiri. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Roki adalah remaja yang memiliki konsep diri yang negatif. Konsep diri tersebut dilihat dari sifat Roki yang acuh dan tidak perduli dengan pendapat orang lain, sifat tersebut membuatnya menjadi tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya. Roki menjadi anak yang memperdulikan dirinya sendiri tanpa perduli tanggapan orang lain tentang nilai dirinya sendiri. Hal ini membuatnya jadi sulit berkomunikasi dengan mendalam dan serius. Maka dari itu Roki tidak begitu banyak mempunyai teman tukar pikiran atau teman dekat. Dengan begitu, sifat yang terbentuk dalam dirinya menjadi sedikit keras dan acuh. Juga apa yang dilakukan oleh Roki sendiri biasanya hanya untuk kesenangannya saja. Universitas Sumatera Utara

IV.3 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Konsep Diri Mahasiswa Indekos Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi

2 65 115

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi.

1 36 116

Komunikasi Kelompok Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Kelompok Terhadap Pembentukan Konsep Diri di Komunitas games online “Perang Kaum” )

6 66 116

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Tayangan “Jika Aku Menjadi” Di TransTV Dan Konsep Diri Mahasiswa ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Jika Aku Menjadi” Di TransTV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

3 48 111

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Hubungan antara pola komunikasi orang tua - remaja dengan konsep diri remaja

4 12 129

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Keluarga Jawa Yang Beragama Islam.

0 1 17

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Keluarga Jawa Yang Beragama Islam.

0 3 13

POLA ASUH DISTANCE ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA (STUDI FENOMENOLOGI POLA ASUH LONG DISTANCE PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMAN 1 GIRIMARTO, KABUPATEN WONOGIRI).

0 1 2