BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial ciptaan Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa dengan struktur yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk tuhan lainnya. Manusia secara alami selalu membutuhkan komunikasi dengan makhluk sosial lainnya. Manusia memiliki akal pikiran dan kemampuan
berinteraksi secara personal dalam membangun hubungan antara sesama manusia, maupun membangun hubungan sosial dengan masyarakat dalam lingkungan
interaksi masing-masing. Oleh karena itu manusia disebut sewbagai makhluk yang unik dengan kemampuan menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat dalam proses
komunikasi antar manusia human communication. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kalau boleh dibandingkan, komunikasi sama pentingnya dengan udara untuk kita bernapas. Ketika lahir, manusia bukan saja membutuhkan pertukaran udara
demi kelangsungan hidupnya, tetapi juga melakukan pertukaran pesan-pesan dengan lingkungannya, terutama dengan orang tuanya yang berlangsung secara tetap. Hal ini
dapat kita saksikan pada saat bayi menangis, itu suatu pertanda berupa pesan yang bermakna antar lain; lapar, buang air kecil, sakit, dan sebagainya.
Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan
Universitas Sumatera Utara
belajar, kita menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang lain, dan
sebagainya. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa. Semua itu terkait dan dipengaruhi
beberapa hal seperti lingkungan dan hal lainnya. Komunikasi merupakan keharusan bagi manusia dalam rangka membentuk atau melakukan pertukaran informasi.
Termasuk dalam proses pertukaran informasi secara pribadi, baik berupa gagasan, ide, atau pendapat diri. Tujuannya membangun kesamaan pandangan secara pribadi,
sebagai pemenuhan kebutuhan membangun kepuasan komunikasi secara tatap muka dan lebih bersifat pribadi antar mereka yang berkomunikasi.
Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian panduan pikiran dan perasaan seseorang kepada seorang lainnya agar mengetahui, mengerti, atau
melakukan kegiatan tertentu Efendy, 1986:60. Menurut Joseph De Vito 1976, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain, atau juga sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Dari inti ungkapan itu, De Vito berpendapat bahwa Komunikasi
antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial Liliweri, 1991:12. Lebih lanjut Devito Liliweri, 1991:13 memberikan ada 5 lima ciri-ciri
komunikasi antar pribadi, untuk memudahkan atau memperjelas pengertiannya,
Universitas Sumatera Utara
seperti : 1. Openess keterbukaan, 2. Emphaty empati, 3. Supportiveness dukungan, 4. Positiveness rasa positif, 5. Equality kesamaan.
Proses penyampaian pikiran dan perasaan antar manusia sebagai kebutuhan antar pribadi bukan pengalihan ide yang bebas dari hambatan komunikasi, dengan
latar belakang pribadi, kebiasaan, dan konsep diri yang antara satu orang dengan yang lainnya, dimana proses ini akan lebih efektif bila berlangsung secara tatap muka.
Hambatan dalam proses komunikasi antar pribadi juga dialami remaja, sebagai masa pengembangan diri dari anak-anak untuk menjadi dewasa, akan tetapi terkadang
pemikiran mereka belum dewasa, namun tidak juga dibilang anak-anak. Pada dasarnya, remaja yang menjelang dewasa kebanyakan sudah
menganggap dirinya bisa dan mampu menjalani hidup dan memilih sesuai dengan keinginannya sendiri. Padahal justru, remaja yang menjelang dewasa, kebanyakan
masih harus atau membutuhkan dukungan maupun bimbingan yang besar dari keluarga khususnya orang tua yang memang harus mempunyai peranan penting
dalam membina keluarga. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Selain itu keluarga juga merupakan fondasi primer bagi perkembangan anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk menghabiskan sebagian besar waktu dalam
kehidupannya. Keluarga juga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama. Menurut
Singgih Dirga Gunarsa 2004: 209 keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh nggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,
Universitas Sumatera Utara
kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya eksistensi dan aktualisasi diri yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.
Peningkatan keinginan untuk diakui sebagai bagian dari orang dewasa dengan segala tanggung jawab sosial tidak jarang berbenturan dengan kemampuan diri
mereka secara pribadi. Disinilah peran besar keluarga terutama orang tua sangat dibutuhkan untuk memandu proses pertumbuhan atau perkembangan remaja
menjelang dewasa agar terbentuk konsep diri yang positif dan kuat sebagai dewasa yang mampu mengontrol dirinya dalam perkembangan sosialnya. Namun, banyak
juga keluarga yang menghiraukan pentingnya komunikasi sesama keluarga disebabkan tidak adanya waktu atau begitu padatnya kesibukan orang tua, yang
beralasan untuk mencari biaya untuk kehidupan keluarganya. Walau waktu yang diberikan untuk keluarganya sendiri sangat kurang.
Masa remaja menjelang dewasa adalah salah satu tahap dalam perkembangan hidup seseorang, dimana masa itu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak,
menuju masa dewasa. Pada masa-masa seperti ini, remaja memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang dapat memuaskan dirinya, selain itu juga masa menjelang
dewasa merupakan masa peralihan, dimana rmaja menjelang dewasa ingin mencari dan membentuk jati dirinya, belum lagi menghadapi masalah-masalah pribadi,
pelajaran ataupun dengan orang tuanya. Pada usia 17 tahun, biasanya orang tua menganggapnya dewasa dan berada diambang perbatasan dimana remaja harus sadar
akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan olehnya.
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja adalah salah satu tahap peralihan dalam kehidupan seseorang. Levinson membedakan empat periode kehidupan yaitu: 1 masa anak dan masa
remaja 0-22, 2 masa dewasa awal 17-45, 3 masa dewasa madya 40-65, dan 4 masa dewasa akhir 40-60 tahun ke atas. Levinson menganggap pembagian
dalam fase-fase kehidupan sebagai suatu yang universal. Antara 17 dan 22 tahun seseorang ada dalam dua masa, pra dewasa dan dewasa awal Monks dkk, 2002:329.
Pieget Hurlock, 1996:206 mengungkapkan bahwa: “Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi
dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok,transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa,
yang kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari perkembangan priode ini”. Pada masa menjelang dewasa, seseorang memasuki status sosial yang baru.
Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa menjelang dewasa terjadi
perubahan fisik yang sangat cepat yang memang membentuk perubahan fisik, intelek, emosi, sosial dan juga moral. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk meng-
gabungkan diri dalam kelompok teman sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan salah satu factor yang mempengaruhi perubahan pola pikir mereka.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga.
Kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkahlaku dan melakukan
hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi overacting dan
energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak. Pengaruh kelompok ini juga sering disebut dengan faktor pengaruh lingkungan sosial, dimana lingkungan
sosial merupakan tempat mereka paling sering bersosialisasi dengan orang lain. Dan pengaruh ini merupakan faktor penting dalam perubahan sikap mereka.
Status remaja menjelang dewasa yang selalu tumbuh dengan sebuah dilema yang menyebabkan krisis identitas atau masalah identitas ego paga remaja, sebagai
konsep diri yang menunjukkan siapa dan bagaimana ia akan diakui oleh lingkungan sosial. Mengenai dirinya dalam rangka mengatasi berbagai pertanyaan. Maka dari itu
sangat diperlukan dukungan dan masukan dari keluarga terutama orang tua, agar mereka tidak melahirkan bentuk konsep diri yang negatif melainkan konsep diri yang
kuat atau positif. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi
tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Konsep diri sebagai kepemilikan berbagai gagasan, atau konsep yang berbeda tentang diri, orang lain, dan
hubungan antara diri dengan orang lain Matsumoto, 2004:32. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain, terutama dengan
Universitas Sumatera Utara
orang tua, karena orang tua merupakan kontak sosial yang paling awal dalam iteraksi mereka yang dialami individu yang paling kuat Hardy dan Reyes, 2001:34.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa, remaja menjelang dewasa, atau dewasa tahap awal merupakan sebagai masa transisi seorang individu menjadi dewasa,
dengan perkembangan kognisi pengetahuan, dari proses pergaulan dan informasi dari pergaulan. Konsep diri remaja dibentuk akibat pergaulan dengan lingkungan
keluarga juga masyarakat yang kita tahu memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan konsep diri remaja. Keluarga terutama orang tua merupakan interaksi
awal anak, maka dari itu orang tua harusnya berperan penting dalam mendampingi remaja mencapai identitas diri serta mengawasi pembentukan konsep diri remaja agar
menjadi konsep diri yang positif. Namun banyak orang tua yang mengabaikan masalah perkembangan remaja tersebut, karena seiring berkembangnya zaman,
kebanyakan orang lebih memikirkan materi sehingga mereka menghabiskan waktu di luar lingkungan keluarga dan ini berdampak pada kurangnya komunikasi keluarga,
terutama kurangnya komunikasi orang tua terhadap remaja yang mereka anggap sudah dewasa sepenuhnya.
Melihat kenyataan ini, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai dampak dari kurangnya komunikasi antar pribadi orang tua terhadap pembentukan
konsep diri remaja menjelang dewasa serta konsep diri yang bagaimana yang terbentuk akibat kurangnya komunikasi orang tua dengan keluarga, serta
perbandingan sekilas mengenai remaja yang mempunyai keluarga yang harmonis dan pembentukan konsep diri remaja tersebut. Secara lengkap masalah ini dipaparkan
Universitas Sumatera Utara
dalam judul : Kumunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri Studi Kasus Mengenai Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep
Diri Remaja.
1.2 Perumusan Masalah