dan Perpres tersebut tidak mengaturnya maka ketentuan Buku III KUHPerdata dengan sendirinya akan tetap berlaku. Sifat ini dapat diterapkan pada isi kontrak
yang telah ditentukan oleh Keppres Nomor 80 Tahun 2003, dimana ternyata tidak mencantumkan misal perihal menanggung kenikmatanketenteraman atas barang,
yang meliputi menanggung kenikmatan terhadap tuntutan dari pihak ketiga, dan menanggung terhadap cacat tersembunyi, yaitu cacat yang tidak mudah dilihat
oleh pembeli pada umumnya Pasal 1504 KUHPerdata. Dengan demikian ketentuan ini dengan sendirinya akan melengkapi setiap
kontrakperjanjian pengadaan barangjasa. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan legal staff di Dinas
Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara yang diwakilkan oleh Bapak Said Andri maka dapat diambil kesimpulan bahwa Dalam praktek penyelenggaraan kegiatan
pengadaan barangjasa khususnya di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, diperoleh data bahwa adakalanya kontrak tersebut bermasalah, baik itu
tidak sesuai dari ketentuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dan Perpres Nomor 95 Tahun 2007 prosedur pengadaan barang dan jasa aupun dalam pelasanaan
kontrak itu sendiri.
31
a. tidak dibuatnya dokumen penunjukan langsung, dengan sendirinya tidak dilakukan prosedur pengambilan dokumen penunjukan langsung dan pemasukan
prakualifikasi; Masalah- masalah tersebut, antara lain :
1. Pihak Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
31
Said Andri,Sekretaris Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, Medan 22 februari 2010 pada pukul 10.00WIB
Universitas Sumatera Utara
b. tidak dilakukan penjelasan dokumen penunjukan langsung, dengan demikian tidak ada Berita Acara Penjelasan;
c. tidak dilakukannya pengumuman penetapan calon penyedia barangjasa di papan pengumuman resmi;
d. tidak diberikannya alokasi waktu untuk sanggahan dari masyarakat umum dunia usaha, maka menutup kemungkinan adanya tuntutan.
Disamping itu terdapat pula pelaksanaan prosedur pada Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan khususnya pada pengadaan dengan
menggunakan metode Penunjukan Langsung yang dalam melaksanakannya tidak sesuai atau menyimpang dari ketentuan, seperti:
a. Harga Perkiraan Sendiri HPS disusun dan dibuat menyesuaikan atau didasarkan pada penawaran dari calon penyedia barangjasa;
b. Surat Permintaan Penawaran langsung dikirim kepada Rekanancalon Penyedia BarangJasa tanpa didahului prosedur pengambilan dokumen
penunjukan langsung dan penjelasan; c. Prosedur prakualifikasi dilaksanakan bersamaan dengan pemasukan
surat penawaran; d. Barangjasa telah dikirimdikerjakan oleh Penyedia BarangJasa
tanpa lebih dahulu melakukan proseedur Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan. Artinya, barangjasa dikirimdikerjakan lebih dahulu dan untuk
proses administrasi Pra Kontraknya dilakukan kemudian. Sebelum melaksanakan proses pengadaan barangjasa ditentukan oleh
Keppres Nomor 80 Tahun 2003 harus melalui tahapan persiapan lebih dahulu,
Universitas Sumatera Utara
seperti : perencanaan pemaketan pekerjaan dengan larangan adanya pemecahan pekerjaan untuk barang sejenis, penyusunan dan pengesahan Harga Perkiraan
Sendiri HPS berdasarkan kriteria tertentu, pengumuman rencana pengadaan barangjasa di media massa. Pada kenyataannya penulis memperoleh data bahwa
pada tahapan tersebut pada umumnya tidak dilakukan atau sebagian dilakukan tetapi tidak sesuaimenyimpang dengan ketentuan yang berlaku, seperti :
a. Tidak dilakukannya perencanaan pemaketan pekerjaan secara keseluruhan;
b. Rencana paket pekerjaan sejenis yang seharusnya dilakukan dengan metode pelelangan umumpelelangan terbataspemilihan langsung, dibuat dan
dipecah agar dapat dilakukan dengan metode penunjukan langsung dengan rekayasa dilaksanakan seolah-olah untuk Triwulan I, II, III, dan seterusnya;
c. Tidak dilakukannya penyusunan HPS lebih dahulu, d. Tidak dilakukannya pengumuman rencana pengadaan barangjasa di
media massa sehingga masyarakat luas dunia usaha tidak mengetahuinya. Dengan tidak dilaksanakannya sebagian prosedur dalam Tahapan Pra
KontrakPerjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak sesuaimelanggar ketentuan undang-undang, jika hal ini dikaitkan dengan syarat-
syarat sahnya perjanjian seperti diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata, maka ini jelas menyangkut syarat adanya suatu sebab causa yang halal. Dengan perkataan
lain, bahwa dengan tidak dilaksanakannya prosedur dalam Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak
sesuaimelanggar ketentuan undang-undang itu adalah merupakan bentuk tidak
Universitas Sumatera Utara
dipenuhinya syarat adanya suatu sebab causa yang halal. Oleh karena syarat ini menentukan bahwa sesuatu yang halal itu harus tidak melanggar undang-undang,
ketertiban umum, serta kesusilaan. Padahal jelas bahwa dengan tidak dilaksanakannya prosedur dalam Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan
dan dalam melaksanakannya tidak sesuaimenyimpang ketentuan yang berlaku adalah jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Keppres
Nomor 80 Tahun 2003 dan Perpres Nomor 8 Tahun 2006. Karena adanya unsur pelanggaran terhadap undang-undang itulah maka dengan sendirinya perjanjian
pengadaan barangjasa yang dibuat para pihak menurut hemat penulis adalah tidak memenuhi syarat obyektif, maka sebagai konsekuensi hukumnya menurut
KUHPerdata adalah batal demi hukum , dan atau dapat dimintakan pembatalan perjanjian oleh terutama para calon penyedia barangjasa lainnya yang menjadi
peserta atau salah satu pihak pada saat dilaksanakannya Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan.
Tidak dilaksanakannya prosedur dalam Tahapan Pra KontrakPerjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak sesuaimelanggar dari ketentuan
undang-undang, bahkan sejak dari tahapan persiapan seperti tersebut di atas, adalah jelas menjadi faktor penyebab ketidaklancaran dalam penyelenggaraan
kegiatan pengadaan barangjasa pemerintah, atau bahkan dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya penyimpangan. Hal ini terjadi oleh karena terutama faktor
sumber daya manusianya SDM , dimana person yang diangkat dan ditetapkan sebagai pelaksana pengadaan barangjasa pemerintah dalam hal ini Pejabat
Pembuat Komitmen dan Panitia Pejabat Pengadaan ternyata pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
tidak atau belum memahami sepenuhnya atas ketentuan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 beserta semua perubahannya terakhir dengan Perpres Nomor 95
Tahun 2007, sehingga berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum seperti disebutkan di atas.
Kekurangpahaman atau ketidakmengertian atas isi ketentuan undang- undang tersebut dibuktikan atas hasil penelitian lapangan bahwa pada umumnya
atau bahkan dapat dikatakan seluruhnya para pelaksana pengadaan barangjasa pemerintah belum memiliki Sertifikat Ahli Pengadaan BarangJasa Pemerintah
yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah yang disebutkan dalam Perpres Nomor 8 Tahun 2006, yaitu BAPPENAS Republik Indonesia. Dan ini jelas menjadi
indikasi lemahnya kemampuan para pelaksana pengadaan barangjasa dalam menyelenggarakan kegiatan pengadaan barangjasa pemerintah.
2. Penyedia Barang dan Jasa