Ibadah Ghairu Mahdha LDII

sosial. Menurut Aceng Karimullah di LDII tidak dikenal kata “pembantu” seperti dalam masyarakat umumnya. Mereka memanggil pembantu dengan sebutan “tenaga amal shaleh” atau “tenaga amal shalehan” sebuah terminolog yang menurut mereka, dimaksudkan untuk menghormati penyandang profesi ini.

3. Ibadah Ghairu Mahdha LDII

Salah satu kesan yang tidak bisa dinafikan atau diabaikan oleh para ulama terhadap LDII adalah soal ibadah ghoiru mahdhanya. 15 Kesan ini menjadi menarik, karena pada saat yang sama, LDII masih didera isu eksklusifitasnya. Bagaimana sebenarnya kegiatan warga LDII, pihak eksternal LDII secara terbatas hanya dapat melihatnya di Majalah Nuansa yang menjadi “corong” LDII. Majalah ini secara rutin memuat rubrik “Lintas Persada” yang menampilkan profil kegiatan warga LDII di tengah-tengah masyarakat sekaligus menayangkan foto kegiatannya. Dari sampling kegiatan yang diambil sejak pebruari 2007 hingga Pebruari 2008, terdapat 507 kegiatan LDII di seluruh Indonesia termasuk di luar negeri yang terpublikasikan di majalah Nuansa pada periode tersebut. Secara tematik, kegiata LDII pada dua tahun tersebut dapat dilihat dalam lampiran tabel khusus tentang kegiatan Inklusif LDII, lihat lampiran dalam skripsi ini. 15 Ibadah ghairu mahdhoh disebut juga sebagai ibadah umum, yaitu semua perbuatan yang oleh al- Qur’an dan atau hadîts dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik tersebut akan bernilai iba dah kalau dikerjakan dengan niat lillahi ta’ala. Ibadah ini lebih bersifat sosial dalam rangka membina hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Contohnya antara lain adalah: mencari ilmu sekolah, mencari nafkah, berperilaku sopan, tidak merusak lingkungan, dan justru melestarikan lingkungan. Sebaliknya, ibadah mahdhoh disebut juga ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuan pelaksanaanya secara rinci diterangkan dalam al- Qur’an dan hadîts . ibadah lebih bersifat ritual dalam rangka membina hubungan manusia sebagai makhluq dengan Allah sebagai al-Kholiq. Contonya antara lain: shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Berbagai kegiatan LDII yang terekam dalam majalah tersebut menegasikan LDII sebagai sebuah organisasi yang ekslusif dan menegaskan bahwa LDII telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya inklusif. Tetapi mengapa label ekslusif masih tetap menempel hingga sampai sekarang? Karena mengingat belum tentu semua kegiatan LDII terpublikasikan dalam rubrik Nuansa Persada, gambaran berikut dapat saja merupakan gambaran minimal kegiatan inklusif LDII. Bardasarkan mayoritas kegiatan yang direpresentasikan dalam rubrik “Lintas Persada” yang diasumsikan sebagai sampel terkini. Ternyata kegiatan LDII masih didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang sifatnya hubungan vertikal, baik baik dengan pemerintah dan aparat Hankam 194 kegiatan [34] maupun dengan MUI 124 kegiatan [22]. Urutan berikutnya adalah kegiatan, internal LDII 118 kegiatan [21]. Sedangkan hubungan LDII dengan ormas Islam lain 35 kegiatan [6] dan dengan tokoh masyarakat Tomas; 12 kegiatan [2], masih relatif sedikit. Bakti sosial Baksos sebagaimana tercantum dalam mukadimah AD-ART LDII sebagai ibadah ghairu mahdhoh ibadah sosial, memperoleh porsi 14 81 kegiatan. Angka presentase tersebut dapat menjadi salah satu ukuran untuk menjelaskan masih perlunya meningkatkan hubungan horizontal warga LDII dan pada saat yang sama hubungan vertikal yang sudah baik perlu dipertahankan. 16 Namun demikian, belum semua kegiatan LDII terpublikasikan di rubrik “Lintas Persada” sejumlah kegiatan inklusif LDII yang 16 Walaupun MUI terdiri atas berbagai ormas Islam, tetapi dalam konteks ini penulis masih menganggap MUI masih sebagai pemegang otoritas yang mengeluarkan fatwa. Dengan demikian hubungan LDII- MUI masih dikategorikan hubungan “vertikal”. Tidak karena LDII dengan MUI kemudian LDII otomatis akan dekat dengan ormas-ormas konstituen MUI. tidak direpresentasikan dalam majalah Nuansa Persada juga telah disosialisasikan melalui media website LDII www.ldii-online.com dan www.ldii.or.id . Adapun doktrin-doktrin atau paradigma lama yang dianut oleh LDII antara lain: a. Doktrin Manqul Bahwa dalam sistem manqul ini, mengharuskan warga LDII untuk menerima transfer ilmu hanya dari kalangan internal LDII 17 . b. Doktrin Imâmah dan Baiat Bahwa dalam doktrin nurhasan tokoh yang di anggap sebagai pemimpin spiritual islam jamaah menganggap imam dalam konsep imamah adalah pemimpin spiritual, dan keberadaannya untuk mensahkan islam atau keislaman seseorang. Sitem imamah LDII tersebut membuat semua anggota LDII dilarang untuk menerima segala penafsiran yang tidak bersumber dari penafsiran imamnya. Sedangkan doktrin baiatnya sebagai beriku: baiat merupakan janji setia dari kader LDII kepada imam, dalam hal ini Nurhasan; keabsahan baiat ditentukan oleh ketaatan kader pada imamnya 18 . c. Mengkafirkan dan Menajiskan Kelompok Lain Doktrin ini adalah sikap sebagian kader LDII yang mudah mengkafirkan dan menajiskan kelompok lain. Hal ini berkaitan 17 Muhamad Amin Jamaludin, Kupas Tuntas Kesesatan Dan Kebohongan LDII Jawaban Atas Buku Direktori LDII, Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI, 2007, h. 25 18 Habib Setiawan, dkk., After New Paradigm, Catatan Para Ulama Tentang LDII Jakarta: Pusat Studi Islam Madani Institute, 2008, h. 21. dengan kedudukan golongan lain yang berada diluar garis keamiran LDII sehingga tidak berbaiat kepada imamnya. Sedangkan yang berkaitan dengan menajiskan orang lain, dimana kader LDII setiap kali bersalaman harus membersihkan tangannya dan tidak bersedia bermakmum kepada golongan lain dan mengelap ngepel masjid yang sudah digunakan oleh pihak lain. 19

C. Catatan Para Ulama Tentang LDII