Surat al-Mumtahanah Surat al-Ahzab

melakukan baiah janji setia kepada beliau. merekapun Mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Baiatur Ridwan. Baiatur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk Mengadakan Perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah. Yang dimaksud dengan kemenangan yang dekat ialah kemenangan Orang yang berjanji setia biasanya berjabatan tangan. Caranya berjanji setia dengan Rasul ialah meletakkan tangan Rasul di atas tangan orang yang berjanji itu. Jadi maksud tangan Allah di atas mereka ialah untuk menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Allah. Jadi seakan- akan Allah di atas tangan orang-orang yang berjanji itu. hendaklah diperhatikan bahwa Allah Maha suci dari segala sifat-sifat yang menyerupai makhluknya.

2. Surat al-Mumtahanah

Ayat 12                                         Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk Mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. Dari ayat 12 surat al-Mumtahanah di atas penulis menjelaskan bahwa ayat ini adalah tentang bai’at terhadap kaum wanita yang datang kepada Nabi Muhammad Saw, dan Nabi Saw menguji mereka dengan syarat-syarat yang tertera di dalam surat tersebut, dan dalam bai’at tidak ada anjuran untuk berperang, hanya bersifat ketaatan dan kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun perbuatan yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka itu. Maksudnya ialah Mengadakan pengakuan-pengakuan palsu mengenai hubungan antara pria dan wanita seperti tuduhan berzina, tuduhan bahwa anak si Fulan bukan anak suaminya dan sebagainya.

3. Surat al-Ahzab

Ayat 15               Artinya: “Dan Sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: Mereka tidak akan berbalik ke belakang mundur. dan adalah Perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya ”. Ayat 23                     Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada pula yang menunggu- nunggudan mereka tidak meru bah janjinya”. Sedangkan penjelasan pada ayat 15 dan 23 surat al-Ahzab ialah bai’at yang menjeaskan tentang keteguhan dalam bai’at kepada Allah karena keteguhan dan sikap yang kokoh merupakan inti kekuatan Islam dan kaum muslimin. Maksudnya dari menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya yaitu sikap keteguhan ummat untuk selalu taat kepada Allah agar lebih dekat kepada Allah, walaupun dalam hal itu mereka akan menemui banyak masalah ataupun rintangan tetapi mereka memegang teguh akan janjinya bahkan walau harus mengorbankan nyawanya sekalipun. 69

BAB IV ANALISA AYAT 18 SURAT Al-FATH

Bai’at merupakan sisi kegiatan politik yang paling jelas yang dilakukan oleh umat. Dalam pandangan Islam, ba’iat merupakan tiang pancang bagi sistem hukum dan bahkan dalam sejarah Islam pada zaman Rasulullah Saw, bai’at mendahului pendirian suatu negara. Bai’at merupakan dasar masyarakat politik Islam dan perangkat untuk menyatakan kelaziman kepada jalan dan syariat Islam. Ketika Rasulullah Saw menjelang wafatnya, kaum muslimin akan merasakan kekosongan kepemimpinan dan terlihat begitu banyak di hadapan mereka masalah-masalah dan tanggung jawab akibat dari kekosongan itu. Peristiwa Saqifah merupakan awal terbentuknya sistem kekhalifahan dan kepemimpinan pasca Rasulullah. Ada kemiripan pertemuan Saqifah dengan pertemuan nasional atau muktamar luar biasa yang membicarakan nasib umat dalam perjalanannya pada masa yang akan datang. Hasil yang terbesar dalam pertemuan adalah berdirinya institusi kekhalifahan yang sejak saat itu menjadi model pemerintahan Islam atau negara Islam. 1

A. Pemaknaan Ayat 18 Surat al-Fath Menurut LDII

                           Artinya :”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah tangan Allah di atas tangan mereka. Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia 1 M. Abdul Qadir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, Jakarta: Rabbani Press, cet. ke-1, h. 157