Pada bagian akhir, data yang berupa peraturan perundang-undangan ini diteliti dan dianalisis secara induktif kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data
pendukung sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang akan menjawab seluruh pokok permasalahan dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini mempunyai kaitan dan hubungan satu sama lainnya. Pada dasarnya isi dari penulisan ini merupakan suatu kesatuan. Gambaran
isi skripsi ini terdiri dari 5 lima bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, Perumusan Masalah, Keaslian Penulisan, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan dan diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan .
BAB II PERAN ORGAN PERSEROAN DALAM PENGGUNAAN LABA PERSEROAN
Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengertian dan dasar hukum penggunaan laba perseroan , organ perseroan yang berperan dalam
penggunaan laba perseroan seperti peran direksi dalam penggunaan laba perseroan, peran komisaris dalam penggunaan laba perseroan dan peran rapat
umum pemegang saham RUPS dalam penggunaan laba perseroan
Universitas Sumatera Utara
BAB III MEKANISME PENGGUNAAN LABA PERSEROAN DAN PERUNTUKAN LABA PERSEROAN
Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme penggunaan laba perseroan seperti laporan keuangan perseroan dan mengenai
penyelenggaraan RUPS perihal penggunaan laba perseroan. Juga akan dibahas mengenai peruntukan dari laba yang diperoleh oleh Perseroan.
BAB IV PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN LABA MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 DENGAN UU NO. 1 TAHUN 1995
Pada bab ini dibahas mengenai perbedaan ketentuan penggunaan laba menurut UU No. 40 Tahun 2007 dengan UU No.1 Tahun 1995 seperti
ketentuan saldo laba yang positif dan mengenai dividen interim yang baru ditemukan pengaturannya pada UU No.40 Tahun 2007.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERAN ORGAN PERSEROAN DALAM PENGGUNAAN LABA
PERSEROAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Penggunaan Laba Perseroan
Di dalam UU No.40 Tahun 2007 tidak ditemukan penjelasan mengenai makna dari “penggunaan laba” yang terdapat pada bab ke-4 keempat bagian ke-3
ketiga UU tersebut. Ditinjau dari segi kebahasaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna dari “penggunaan” yaitu : proses, cara, perbuatan menggunakan
sesuatu, pemakaian.
55
55
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal.375.
Dilihat dari makna ”penggunaan” di atas maka pengertian dari penggunaan laba adalah perbuatan menggunakan laba. Dengan kata lain, penggunaan
laba Perseroan ialah suatu perbuatan menggunakan selisih lebih antara pendapatan dengan beban yang diperoleh oleh Perseroan dari kegiatan usaha yang dijalankan sesuai
dengan anggaran dasar Perseroan. Pengaturan tentang penggunaan laba dapat dijumpai pada Bab ke-4 keempat
bagian ke-3 ketiga dari Pasal 70 hingga Pasal 73 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Bunyi dari Pasal 70 UU No.40 Tahun 2007 yaitu: “1 Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku
untuk cadangan. 2 Kewajiban penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
berlaku apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
Universitas Sumatera Utara
3 Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20 dua puluh persen dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor. 4 Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang belum mencapai jumlah
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.”
Undang-undang mewajibkan suatu Perseroan untuk menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih yang diperoleh setiap tahun untuk dijadikan cadangan. Laba
bersih adalah keuntungan tahun berjalan setelah dikurangi pajak.
56
Keuntungan yang diperoleh Perseroan setelah dikurang pajak per tahunnya akan dijadikan cadangan.
Penyisihan hanya wajib dilakukan jika Perseroan memiliki saldo laba yang positif. Saldo laba yang positif adalah laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan yang
telah menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya.
57
56
Penjelasan Pasal 70 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
57
Penjelasan Pasal 70 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Di dalam pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 ditentukan bahwa jumlah penyisihan yang akan dilakukan Perseroan untuk cadangan diputuskan oleh RUPS.
Selain itu juga diatur bahwa seluruh laba bersih yang diperoleh Perseroan setelah dikurangi dengan cadangan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen,
kecuali RUPS memutuskan lain. Dividen hanyan boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif. Bunyi dari pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 yaitu:
“1 Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 1 diputuskan oleh RUPS.
Universitas Sumatera Utara
2 Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 1 dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS. 3 Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 hanya boleh dibagikan apabila
Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.”
58
58
Pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 72 UU No.40 Tahun 2007 mengenal adanya pembagian dividen yang dilakukan sebelum tahun buku Perseroan berakhir. Dividen yang dimaksud dinamakan
dividen interim. Dividen interim tersebut hanya dapat dilakukan bila jumlah kekayaan Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor
ditambah cadangan wajib. Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditor atau
mengganggu kegiatan Perseroan. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris. Namun bila setelah
tahun buku berakhir dan Perseroan mengalami kerugian, maka dividen yang telah dibagikan tersebut wajib dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dan
bila pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah diterimanya tersebut maka konsekuensi yang timbul adalah Direksi dan Dewan
Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap kerugian Perseroan. Dasar hukum dari dividen interim tersebut dapat dilihat di dalam pasal 72 UU No.40
Tahun 2007 yang berbunyi: “1 Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan
berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
2 Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada
jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib. 3 Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak boleh
mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.
4 Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada
ayat 2 dan ayat 3. 5 Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian,
dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan.
6 Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan
dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 5.”
59
Dividen yang tidak diambil setelah 5 lima tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayara dividen lampau, dimasukan ke dalam cadangan khusus.
Pengambilan dividen yang telah dimasukan ke dalam cadangan khusus diatur oleh RUPS. Dan bila dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun dividen yang telah dimasukan
ke dalam cadangan khusus tersebut belum diambil maka dividen tersebut akan menjadi hak Perseroan. . Cadangan khusus adalah cadangan yang dibentuk dengan menyisihkan
sebagian pendapatan bersih untuk tujuan tertentu secara berkala appropriate reserve.
60
59
Pasal 72 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
60
http:www.bi.go.idwebidKamus.htm?id=C, diakses tanggal 9 Juli 2013.
Tujuan yang dimaksud dapat berupa berbagai keperluan Perseroan, misalnya perluasan
Universitas Sumatera Utara
usaha, untuk embagian dividen, untuk tujuan sosial, dan lain sebagainya.
61
3 Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun akan
menjadi hak Perseroan.” Hal tersebut
diatur dalam Pasal 73 UU No.40 Tahun 2007 yang isinya sebagai berikut: “1 Dividen yang tidak diambil setelah 5 lima tahun terhitung sejak tanggal yang
ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, dimasukkan ke dalam cadangan khusus.
2 RUPS mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
62
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;
Di dalam Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007 mengenai anggaran dasar juga dijumpai ketentuan mengenai penggunaan laba. Di dalam Pasal tersebut disebutkan
bahwa anggaran dasar Perseroan memuat sekurang-kurangnya:
b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
61
Penjelasan Pasal 70 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
62
Pasal 73 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan
Komisaris; i.
tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
63
Pengaturan mengenai penggunaan laba tidak hanya dijumpai di dalam UU No.40 tahun 2007 tersebut. Di dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara BUMN juga ditemukan adanya pengaturan mengenai penggunaan laba. Pengaturan tersebut dapa dijumpai di dalam :
Pasal 42 : 1 Setiap tahun buku Perum wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk
cadangan. 2 Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan sampai
cadangan mencapai sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen dari modal Perum.
3 Cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, yang belum mencapai jumlah sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, hanya dapat dipergunakan untuk menutup
kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.
64
Pasal 43 : Penggunaan laba bersih Perum termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ditetapkan oleh Menteri.
65
Penggunaan laba menurut UU No.19 Tahun 2003 ini hampir sama dengan UU No.40 Tahun 2007, yaitu adanya kewajiban penyisihan laba bersih untuk cadangan
dan penyisihan dilakukan hingga mencapai sekurang-kurangnya 20 dari modal. Dari UU No.19 Tahun 2003 tersebut dapat kita lihat adanya perbedaan antara penggunaan
laba menurut UU tersebut dengan UU No.40 Tahun 2007 juga. Di dalam UU No.19
63
Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
64
Pasal 42 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
65
Pasal 43 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2003 tidak disebut bahwa penyisihan hanya wajib dilakukan jika saldo laba yang positif. Hal tersebut menimbulkan penafsiran bahwa meskipun BUMN belum dapat
menutupi akumulasi kerugian ditahun buku sebelumnya, BUMN tetap diwajibkan menyisihkan laba bersih untuk cadangan.
Letak perbedaan yang lain adalah dalam hal organ BUMN yang memegang peranan dalam penentuan penggunaan laba. BUMN di Indonesia dibagi menjadi 2 dua
yaitu Persero dan Perum. Perusahaan Perseroan Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
66
Perusahaan Umum Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham,
yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
67
Dikarenakan Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan yang modal dasarnya terbagi dalam saham maka organ dalam Persero sama dengan organ dalam
Perseroan. Organ Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris.
68
66
Pasal 1 butir 2 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
67
Pasal 1 butir 4 UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
68
Pasal 13 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero dimiliki oleh Negara dan bertindak
selaku pemegang saham pada Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Berdasarkan Pasal 14 UU No.19 Tahun 2003 dalam
Persero, RUPS yang menentukan rencana penggunaan laba. Maka untuk Persero yang seluruh saham dimiliki oleh Negara, penggunaan laba ditentukan oleh Menteri.
Sedangkan dalam hal tidak seluruh saham Persero dimiliki oleh Negara, penggunaan
Universitas Sumatera Utara
laba ditentukan oleh RUPS dimana Menteri hanya sebagai salah satu pemegang saham. Begitu juga untuk Persero yang telah diprivatisasi maka penggunaan laba Persero
ditentukan oleh RUPS. Untuk Perum penggunaan laba bersih Perum termasuk jumlah penyisihan
untuk cadangan ditetapkan oleh Menteri.
69
Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 43 UU No.19 Tahun 2003 tersebut maka Menteri dapat menetapkan bahwa sebagian atau
seluruh laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemilik modal, atau pembagian lain seperti tansiem tantiem untuk Direksi dan Dewan Pengawas,
bonus untuk karyawan, cadangan dana sosial dan lain-lain, atau penempatan laba bersih tersebut dalam cadangan Perum yang antara lain diperuntukkan bagi perluasan usaha
Perum.
70
B. Organ Perseroan Yang Berperan Dalam Penggunaan Laba Perseroan 1. Peran Direksi Dalam Penggunaan Laba Perseroan
Keberadaaan Direksi dalam Perseroan ibarat nyawa bagi Perseroan. Tidak mungkin suatu Perseroan tanpa adanya Direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada Direksi
tanpa adanya Perseroan. Oleh karena itu, keberadaaan Direksi bagi Perseroan sangat penting. Sekalipun Perseroan sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan
69
Pasal 43 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
70
Penjelasan Pasal 43 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Universitas Sumatera Utara
terpisah dengan Direksi, tetapi hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa Perseroan dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum, sama seperti manusia.
71
Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Direksi berwenang menjalankan
pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UU Perseroan Terbatas dan atau anggaran dasar. Direksi Perseroan terdiri atas
satu orang anggota Direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun danatau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan
surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan terbuka wajib memiliki paling sedikit dua orang anggota Direksi. Jika Direksi terdiri dari dua anggota Direksi
atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Namun jika RUPS tidak menetapkan,
pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.
72
Dari uraian di atas tampak bahwa istilah tugas, wewenang, dan tanggung jawab Direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yakni melakukan
pengurusan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan dalam anggaran dasar Perseroan dan mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
73
Menurut teori, dalam pengertian pengurusan yang dipercayakan kepada Direksi itu, dapat dibedakan atas perbuatan beheren dan perbuatan beschikking atau kadangkala
disebut pula sebagai perbuatan van eigendom. Perbuatan beheren dalam praktik diterjemahkan sebagai perbuatan “pengurusan” dalam arti sempit. Sedang perbuatan
71
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Bogor: Khalia Indonesia, 2008, hal.40.
72
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal 78.
73
Mulhadi, Op.cit., hal 101-102.
Universitas Sumatera Utara
beschikking atau eigendom lazim diterjemahkan sebagai perbuatan “kepemilikan” dalam arti luas. Diterjemahkan “kepemilikan” sebagai terjemahan harafiah dari
eigendom.
74
Sebenarnya perbuatan pengurusan beheren itulah yang merupakan wewenang murni dari Direksi, yaitu ditandai sebagai perbuatan yang biasa dilakukan sehari-hari
kontinyu. Sepanjang perbuatan merupakan perbuatan pengurusan, maka wewenang diselenggarakan sendiri oleh Direksi.
75
Sebaliknya perbuatan kepemilikan daden van beschikking eigendom sudah bukan lagi perbuatan sehari-hari melainkan sudah perbuatan khusus istimewa, dan
bukan lagi murni wewenang Direksi. Untuk Direksi melakukan perbuatan ini harus terlebih dahulu Direksi memperoleh persetujuan dari organ lainnya, yang mungkin lebih
dahulu harus mendapatkan persetujuan dari dewan Komisaris atau mungkin pula dari RUPS tergantung menurut ketentuan undang-undang dan atau anggaran dasar
Perseroan.
76
Bagi Perseroan yang bergerak di sektor perbankan, meminjamkan uang merupaka perbuatan sehari-hari, demikian merupakan perbuatan pengurusan. Menjual
gedung kantor Perseroan merupaka perbuatan yang tidak sehari-hari yang harus mendapatkan persetujuan RUPS.
Dalam praktik, sulit untuk dibedakan mana yang merupakan perbuatan pengurusan dan mana yang merupakan perbuatan kepemilikan. Penggolongan perbuatan
yang dilakukan Direksi tidaklah mempunyai pembatasan yang baku.
77
74
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 19-20.
75
Ibid., hal.20.
76
Ibid.
77
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya bagi Perseroan yang bergerak di bidang real estate, perbuatan menjual bangunan-bangunan, merupakan perbuatan beheren. Sedang perbuatan
meminjamkan uang, bagi Perseroan yang bergerak di bidang real estate, bukan merupakan perbuatan sehari-hari, karena itu untuk dapat melakukan perbuatan ini
diharuskan terlebih dahulu meminta persetujuan RUPS.
78
Dikarenankan dalam praktik sukar untuk menarik garis benang merah pembeda itu, maka di dalam anggaran dasarlah dirumuskan perbuatan apa saja yang merupakan
perbuatan kepemilikan beschikking eigendom. Sedang perbuatan-perbuatan yang tidak termasuk sebagai perbuatan yang dirumuskan harus dianggap sebagai perbuatan
pengurusan yang sepenuhnya berwenang diputuskan dan dilakukan oleh Direksi.
79
a. Dinyatakan pailit;
Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
b. Menjadi anggota Direksi atau anggota dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau; c.
Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
80
Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Anggota Direksi diangkat
untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur tata
78
Ibid.
79
Ibid.
80
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal 78-79.
Universitas Sumatera Utara
cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi, serta dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi.
81
1. Pasal 1 butir 2 : Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi,
dan Dewan Komisaris. Keberadaan dan fungsi Direksi Perseroan berdasarkan UU No.40 Tahun
2007, paling tidak dapat dilihat dari beberapa ketentuan sebagai berikuti:
2. Pasal 1 butir 5 : Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 3.
Pasal 92 ayat: 1 Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. 2 Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada
ayat1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan atau anggaran dasar.
6 Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan
keputusan Direksi. 4.
Pasal 97 ayat : 1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat 1.
81
Ibid., hal.79.
Universitas Sumatera Utara
2 Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
3 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 4 Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung
jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
Asas itikad baik yang terdapat pada pasal 97 ayat 1 diatas sesungguhnnya berasal dari hukum Romawi. Di dalam hukum Romawi asas ini disebut asas
Bonafides. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan istilah itikad baik dalam 2 pengertian. Pengertian itikad baik yang pertama adalah pengertian itikad
baik dalam arti subjektif, di dalam bahasa Indonesia, itikad baik dalam arti subjektif itu disebut kejujuran.
82
Pengertian itikad baik yang kedua dalam artian objektif. Di dalam bahasa Indonesia pengertian itikad baik dalam artian objektif disebut juga
dengan istilah kepatutan.
83
82
Siti Ismijati Jenie, Itikad Baik, Perkembangan dari Asas Hukum Khusus Menjadi Asas Hukum Umum di Indonesia, Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum UGM, 2007,
hal. 3.
83
Ibid., hal.4.
Tanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Maksudnya adalah Direksi dalam menjalankan
tugasnya kepengurusannya wajib dilaksanakan dengan kejujuran dan kepatutan serta menerima semua akibat hukum yang timbul dari perbuatan hukum yang
dilakukannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pasal 97 ayat 3 Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas kerugian dialami Perseroan jika Direksi bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
Perbedaan antara bersalah dengan lalai pada pasal 97 tersebut adalah: disebut bersalah jika Direksi dengan sengaja melakukan sesuatu hal yang menyebabkan
Perseroan merugi. Adanya unsur kesengajaan opzet pada perbuatan yang dilakukan Direksi. Sedangkan lalai dapat diartikan sebagai kesalahan pada
umumnya. Kesalahan Direksi dalam konteks ini tidak seberat kesengajaan, yaitu timbul karena kurang berhati-hati sehingga akibatnya tidak disengaja terjadi.
84
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
Namun menurut pasal 97 ayat 5 UU No.40 Tahun 2007, Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
3 apabila dapat membuktikan:
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c.
tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut. Pada dasarnya, business judgment rule dimaksudkan untuk melindungi
direksi dan karyawan, yang beritikad baik, dari pertanggungjawaban secara pribadi akibat keputusan bisnis yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
85
84
http:hukumonline.comklinikdetaillt51679bf2636dfhubungan-asas-culpabilitas-dengan- asas-praduga-tak-bersalah , diakses tanggal 13 Juni 2013.
85
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal. 125.
Dalam pengelolaan Perseroan atau perusahaan, para anggota Direksi dan Komisari sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut merupakan
Universitas Sumatera Utara
pemegang amanah fiduciary yang harus berprilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan. Direksi memiliki posisi fiducia dalam pengurusan
Perseroan dan mekanisme hubungannya harus secara fair.
86
Menurut pengalaman common law hubungan itu dapat didasarkan pada teori fiduciary duty. Hubungan fiduciary duty tersebut didasarkan atas kepercayaan dan
kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, dan keterusterangan candor. Dalam
memahami hubungan pemegang kepercayaan fiduciary relationship tersebut, common law mengakui bahwa orang yang memegang kepercayaan fiduciary
secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya. Oleh sebab itu hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada
standar yang tinggi.
87
Kewajiban utama dari direksi adalah kepada perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik secara individu maupun kelompok. Sesuai
dengan posisi seorang Direksi sebagai sebuah trustee dalam perusahaan. Posisi ini mengharuskan seorang Direksi untuk tidak ceroboh dalam melakukan tugasnya
duty of care. Selain itu dalam melakukan tugasnya tersebut seorang Direksi tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan duty of
loyality. Pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebutdalam hubungannya dengan Fiduciary Duty dapat menyebabkan Direksi untuk dimintai pertanggungjawaban
hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukannya.
88
5. Pasal 98 ayat :
1 Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
86
http:bismar.wordpress.com, diakses tanggal 13 Juni 2013.
87
Ibid.
88
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2 Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 satu orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain
dalam anggaran dasar. 2 Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.
3 Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini danatau anggaran dasar Perseroan.
89
a. Direksi wajib : membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan
risalah rapat Direksi ; membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan; Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan.
Ada beberapa kewajiban Direksi yang ditetapkan oleh UU No.40 Tahun 2007, antara lain sebagai berikut:
90
b. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang
dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota Direksi
yang tidak melaksanakan kewajiban dimaksud dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.
91
c. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan Perseroan
atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 satu transaksi
atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
92
89
Try Widiyono, Op.cit.,hal.42-43.
90
Pasal 100 ayat 1 UU N0.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
91
Pasal 101 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
92
Pasal 102 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
d. Direksi wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan, seperti berikut:
i. Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri Hukum dan HAM.
ii. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri Hukum dan
HAM untuk perubahan yang bersifat mendasar. iii.
Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk perubahan lainnya.
93
Peran Direksi dalam penggunaan laba Perseroan cukup signifikan. Mulai dari pembuatan laporan tahunan dan dokumen keuangan yang akan dipertanggungjawabkan
kepada RUPS.Laporan tahunan tersebut harus memuat: laporan keuangan; laporan mengenai kegiatan perseroan; laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan; rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan; laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan
oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; nama anggota direksi dan anggota Dewan Komisaris; dan gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau
honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
94
Direksi diwajibkan untuk menyelenggarakan RUPS tahunan paling lambat dalam jangka waktu 6 enam bulan setelah tahun buku berakhir. Penyelenggaraan
RUPS harus didahului dengan pemanggilan RUPS oleh Direksi kepada para pemegang Laporan tahunan dan dokumen keuangan tersebut akan dijadikan suatu
bahan pertimbangan oleh para pemegang saham untuk menentukan segala kebijakan untuk tahun buku selanjutnya termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan
dan mengenai pembagian dividen kepada para pemegang saham. Hasil dari keputusan RUPS akan dicatat di dalam risalah RUPS yang dibuat oleh Direksi.
93
Mulhadi, Op.cit., hal.105.
94
Frans Satrio Wicaksono Wicaksono, Op.cit., hal.65.
Universitas Sumatera Utara
saham. Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan
dan tanggal RUPS.
95
Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan, atau dengan iklan dalam Surat Kabar.
96
Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan
dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.
97
2. Peran Komisaris Dalam Penggunaan Laba Perseroan
Direksi juga berwenang memutuskan untuk membagikan dividen interim setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris asalkan pembagian tersebut
tidak mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan. Dalam hal setelah tahun buku
berakhir ternyata Perseroan mengalami kerugian maka dividen interim yang telah dibagikan wajib dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Direksi dan
Dewan Komisari bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah
diambil.
Ketentuan yang berkaitan dengan Dewan Komisaris diatur dalam Pasal 1 ayat 6, Pasal 108 sd Pasal 121 UU No.40 Tahun 2007. Secara umum Komisaris
mempunyai dua tugas pokok. Yang pertama Komisaris itu mempunyai tugas untuk mengawasi kebijakan Direksi. Yang kedua untuk memberikan nasihat kepada Direksi.
98
95
Pasal 82 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
96
Pasal 82 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
97
Pasal 82 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
98
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 31.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan dan pemberian nasihat dari Dewan Komisaris dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Pengaturan mengenai tugas pokok dari Dewan Komisaris dapat ditemukan di dalam Pasal 108 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi : “Dewan Komisaris
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat
kepada Direksi.”
99
Perseroan dapat mempunyai Dewan Komisaris yang terdiri hanya dari satu orang, tetapi dapat pula lebih dari satu orang. Disebut Dewan Komisaris manakalah
terdiri lebih dari satu orang.
100
Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam anggaran dasar. Perseron yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat,
Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang, atau Perseroan terbuka wajib memiliki paling sedikit dua orang Komisaris. Jika terdapat lebih dari satu orang
Komisaris, mereka merupakan suatu majelis. Komisaris diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali, pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan
nama Komisaris dalam akta pendirian.
101
Dipertegas dalam Pasal 108 ayat 4 UU No.40 Tahun 2007, bahwa dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas lebih dari satu orang, maka mereka itu merupakan majelis
dan ssetiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan harus berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Dengan kata lain dalam hal diperlukan
99
Pasal 108 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
100
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 31.
101
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal.29.
Universitas Sumatera Utara
putusan Dewan Komisaris, maka harus semua anggota Dewan Komisaris dilibatkan. Tetapi dalam hal ini, bukan berarti semua anggota Komisaris harus setuju.
102
Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian Komisaris
diatur dalam anggaran dasar Perseroan. Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum
karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan.
103
Fungsi pengawasan oleh Komisaris kepada Direksi dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertama dengan jalan Undang-Undang atau anggaran dasar
mensyaratkan sebelum Direksi menjalankan suatu perbuatan tertentu, harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Komisaris.atau dengan cara, dokumen yang
bersangkutan selain ditandatangani oleh Direksi, ikut pula ditandatangani oleh Komisaris. Atau dengan cara ketiga, yaitu Komisaris menerbitkan Surat Persetujuan
tersendiri.
104
a. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinan rapat Dewan
Komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat tersebut. Sedangkan yang dimaksud salinannya adalah salinan risalah rapat Dewan
Komisaris karena risalah asli tersebut dipelihara Direksi. Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh Dewan Komisaris, yaitu
sebagai berikut:
102
Ibid., hal.33.
103
Ibid. hal.29.
104
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
b. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan saham atau keluarganya pada
Perseroan tersebut dan Perseroan lain. Demikian juga dengan setiap perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun
buku yang baru lampau kepada RUPS.
105
Dalam pasal 106 UU No.40 Tahun 2007, diberikan wewenang kepada Komisaris untuk melakukan schorsing kepada Direksi, yaitu memberhentikan secara
sementara. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota direksi yang bersanngkutan disertai dengan alasan. Dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga
puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakannya RUPS. Dalam hal pejabat Direksi lowong, maka untuk sementara dapatlah Komisaris
menjalankan pengurusan. Anggaran dasar Perseroan juga dapat mengatur adanya satu orang atau lebih
Komisaris Independen dan satu orang Komisaris Utusan. Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham utama, anggota direksi, dan atau anggota Dewan Komisaris lainnya. Komisaris utusan merupakan anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan
keputuran rapat Dewan Komisaris. Tugas dan wewenang Komisaris utusan ditetapkan dalam anggaran dasar Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan
wewenang Dewan Komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan Direksi. Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108, Dewan Komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih
105
Mulhadi, Op.cit., hal.108.
Universitas Sumatera Utara
anggota Dewan Komisaris, yang komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
106
Seperti dalam laporan tahunan yang dibuat oleh Direksi, campur tangan dari Dewan Komisaris hanya sekedar memberi masukan kepada Direksi dan bila Dewan
Komisaris telah menyetujui isi dari laporan tahunan tersebut maka akan ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun
buku yang bersangkutan. Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan tersebut, yang bersangkutan
harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan. Dan bila anggota
Di dalam Pasal 109 UU No.40 Tahun 2007 disebutkan bahwa suatu Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan
Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah
terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
Dewan Pengawas Syariah tersebut bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai
dengan prinsip syariah. Peran Dewan Komisaris dalam penggunaan laba Perseroan tidaklah terlalu
dominan jika dibandingkan dengan peran organ Perseroan yang lain. Sesuai dengan tugas Dewan Komisaris yang diamanatkan oleh Undang-Undang yaitu mengawasi dan
memberi nasihat kepada Direksi, Dewan Komisaris hanya memberikan persetujuan mengenai rencana kerja yang dibuat oleh Direksi. Fungsi Dewan Komisaris sekedar
mengesahkan saja.
106
Frans Satria Wicaksono, Op.cit., hal.91.
Universitas Sumatera Utara
Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan dan tidak memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi
laporan tahunan. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib itikad baik, kehati-hatian, dan
tanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
107
a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2dua anggota Dewan Komisaris
atau lebih, tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat mempertanggungjawabkan atas
kerugian apabila dapat membuktikan:
b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatka kerugian; dan c.
Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
108
Dalam pembagian dividen interim sebagaimana ditetapkan oleh direksi yang harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris.
Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada
107
Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan atas UU Perseroan Terbatas, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2008, hal.86.
108
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan. Dewan Komisaris juga ikut bertanggung jawab dengan Direksi dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah diambil.
3. Peran Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Dalam Penggunaan Laba Perseroan
Pada hakikatnya pengurusan sehari-hari Perseroan diselenggarakan oleh suatu organ yang dinamakan “Direksi”. Untuk menduduki jabatan Direksi ini dalam
prinsipnya bukanlah karena ia tau mereka pemegang saham. Bahkan secara konsepsional menurut hukum Perseroan, cenderung diarahkan kepada kemampuan
manager professional. Dalam pada itu dirasakan sebagai kebutuhan adanya organ yang mengawasi tindak-tanduk Direksi itu, organ inilah yang dinamakan Dewan Komisaris.
Sebagaimana pada organ Direksi, untuk menduduki jabatan Komisaris dalam konsepnya bukan karena ia atau mereka pemegang saham, melainkan cenderung disediakan kepada
mereka yang professional. Lalu jika keadaannya demikian, bagaimana dengan Pemegang Saham. Bukankah pemegang saham, yang paling berkepentingan dengan
berhasil atau ketidakberhasilan Perseroan. Mereka akan merugi jika Perseroan tidak berhasil mendatangkan keuntungan, hingga akibatnya Pemegang Saham tidak akan
memperoleh pembagian keuntungan yang dinamakan “dividen”. Bahkan kemungkinan Perseroan rugi. Dalam hubungan inilah, maka dalam filosofinya dirasakan perlu
diciptakan adanya wadah di mana para pemegang saham dapat menyalurkan kepentingannya. Wadah inilah yang kita namakan “Rapat Umum Pemegang Saham”
yang disingkat “RUPS”.
109
109
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.39-40.
Universitas Sumatera Utara
RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan dan
anggaran dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan Perseroan dari Direksi dan atau Komisaris. RUPS diadakan di tempat
kedudukan Perseroan atau tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar, tempat tersebut harus terletak di wilayah Negara
Republik Indonesia.
110
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan diadakan dalam waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku. Dalam RUPS tahunan harus
diajukan semua dokumen Perseroan. RUPS lainnya dapat dapat diadakan sewaktu- waktu, berdasarkan kebutuhan. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk
kepentingan Perseroan berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan satu pemegang saham atau lebih yang bersama-
sama mewakili 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan
yang bersangkutan. Permintaan penyelenggaraan RUPS tersebut harus diajukan kepada Direksi atau Komisaris dengan surat tercatat disertai alasannya.
111
Surat tercatat sebagaimana dimaksud di atas tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris. Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka
waktu paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.
112
Dalam hal Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS, permintaam penyelenggaraan RUPS diajukan kembali kepada Dewan Komisaris. Dewan Komisaris
110
Fran Satrio Wicaksono, Op.cit., hal.21.
111
Ibid.
112
Pasal 79 ayat 5 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
wajib melakukan pemanggilan RUPS tersebut dalam jangka waktu 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.
RUPS yang diselenggarakan oleh Direksi berdasarkan panggilan RUPS membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan dilakukan RUPS berdasarkan
permintaan satu pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih
kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan yang bersangkutan atau atas permintaan Dewan Komisaris dan membicarakan mata acara rapat lainnya yang
dipandang perlu oleh Direksi. Sedangkan RUPS yang diselenggarakan Dewan Komisaris berdasarkan panggilan RUPS yang dilakukan oleh Dewan Komisaris itu
sendiri hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan dimintakannya RUPS.
Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan, pemegang saham yang meminta
penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan
pemberian izin kepada pemohon melakukan pemanggilan RUPS tersebut. Jika pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan dipenuhi
dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk mengadakan RUPS, maka Ketua Pengadilan Negeri akan menetapkan pemberian izin untuk menyelenggarakan
RUPS yang juga memuat ketentuan mengenai: a.
Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, kuorum kehadiran, dan atau ketentuan tentang
persyaratan pengambilan keputusan RUPS, serta penunjukan ketua rapat, sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan atau tanpa terikat pada ketentuan Undang-Undang atau anggaran dasar; dan atau
b. Perintah yang mewajibkan Direksi dan atau Dewan Komisaris untuk hadir dalam
RUPS.
113
Di dalam Perseroan dikenal yang dinamakan dengan “anggaran dasar”. Anggaran dasar itu pada hakikatnya adalah aturan yang mengatur bagaimana aturan
permainan dalam suatu persekutuan.
114
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen. Dengan kata lain, selain ketentuan dalam
Undang-Undang Perseroan yang ada, anggaran dasar juga menjadi payung hukum dalam Perseroan.
Menurut Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007, Anggaran dasar memuat sekurang- kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
115
113
Pasal 82 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
114
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.48.
115
Pasal 15 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.
116
Tugas lain dari RUPS adalah meliputi tugas pengendalian terhadap kerja Direksi, sebagaimana diatur dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 69 UU No.40 Tahun
2007. Menurut Pasal 63 merupakan kewajiban dari Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan dating. Menurut Pasal 64 rencana
kerja ini harus disampaikan kepada RUPS untuk disetujui oleh RUPS, kecuali menurut anggaran dasar tugas ini dilimpahakan kepada Dewan Komisaris. Demikian RUPS sejak
awal tahun buku sudah dapat mengendalikan kebijaksanaan-kebijaksanaan Direksi. Oleh karena itu RUPS memiliki
peranan yang besar dalam hal penentuan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
117
Kemudian manakala RUPS menerima baik Laporan keuangan Direksi, RUPS berapat untuk menentukan apakah yang akan dilakukan pembagian keuntungan kepada
para pemegang saham berikut besarnya dividen yang akan dibagikan.
118
Selain penyisihan untuk cadangan dan pembagian dividen, laba bersih dapat juga digunakan untuk pembagian tantieme untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris
serta bonus untuk karyawan. Berdasarkan keputusan RUPS tersebut dapat ditetapkan sebagian atau seluruh laba bersih digunakan untuk pembagian dividen kepada
pemegang saham, cadangan, danatau pembagian lain seperti tansiem tantieme untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta bonus untuk karyawan. Pemberian tansiem
Sebelum dibagikannya dividen, RUPS akan menentukan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana yang diwajibkan oleh Undang-Undang. Kewajiban
menyisihkan dana cadangan tersebut menjadi wajib sampai tercapai kumulatif sekurang-kurangnya 20 dari modal yang ditempatkan dan disetor.
116
Pasal 19 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
117
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 49.
118
Ibid., hal.51.
Universitas Sumatera Utara
dan bonus yang dikaitkan dengan kinerja Perseroan telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya.
119
Maksud dari telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya adalah Perseroan harus mengakui biaya tantiem dan bonus sebagai beban
pada tahun berjalan dimana kewajiban konstruktif tersebut telah timbul dan dapat diestimasi secara andal.
120
Pemberian tantiem dan bonus dianggap sebagai beban pada tahun berjalan dan bukan sebagai distribusi laba bersih. Pembebanan tersebut disajikan
pada laporan laba rugi dan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
121
Tantieme ini adalah sebenarnya bagian dari keuntungan dan sifatnya adalah gratifikasi. Pada galibnya tantieme diberikan setahun sekali dan berbentuk suatu presentase tetap
dari keuntungan bersih yang didapat dalam tahun baru silam. Jika tidak diperoleh keuntungan maka tantieme pun tidak diberikan.
122
119
Penjelasan Pasal 71 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
120
http:www.bapepam.go.idpasar_modalpublikasi_pminfo_pmBASbas.htm, diakses tanggal 10 Juli 2013.
121
Ibid.
122
Rochmat Soemitro, Perseroan Terbatas Undang-Undang Pajak Perseroan, Jakarta: Eresco Bandung, 1979, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
BAB III MEKANISME PENGGUNAAN LABA PERSEROAN DAN
PERUNTUKAN LABA PERSEROAN
A. Mekanisme Penggunaan Laba Perseroan 1. Laporan Keuangan Perseroan
Suatu kegiatan usaha bisnis yang dijalankan oleh suatu Perseroan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik pemegang saham dan
manajemen direksi. Pertama, pemegang saham menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya.
123
Bagi direksi, keuntungan yang diperoleh merupakan pencapaian rencana target yang telah ditentukan sebelumnya. Pencapaian
target keuntungan sangat penting karena dengan mencapai target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target yang diinginkan, hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi
direksi.
124
Kedua, pemilik menginginkan bahwa usaha yang dijalankan nantinya tidak hanya untuk satu periode kegiatan saja. Artinya pemilik menginginkan usaha yang
dijalankan memiliki umur yang panjang untuk beberapa periode ke depan dan bukan seumur jagung.
125
Demikian direksi juga menginginkan kelangsungan hidup perusahaan yang relatif panjang karena hal ini berkaitan dengan penghasilan yang mereka peroleh
selama perusahaan hidup.
126
Tujuan ketiga adalah Perseroan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum.
123
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pres, 2008, hal.2.
124
Ibid.
125
Ibid., hal.2.
126
Ibid., hal.2-3.
Universitas Sumatera Utara
Tersedianya barang dan jasa juga berarti mampu memberikan kemakmuran bagi masyarakat, tentu saja kemakmuran bagi pemilik usaha.
127
Lebih dari itu, kehadiran barang dan jasa akan ikut membantu pemerintah dalam menyediakan berbagai jenis dan
jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan di dalam negeri. Bagi pemerintah, jika produk yang dihasilkan dapat diekspor, akan diperoleh devisa dan sebaliknya, pemerintah dapat
menghemat devisa jika dapat menanggulangi atau mengganti produk yang semula masih diimpor.
128
Keempat, usaha yang dijalankan akan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan yang bekerja di
perusahaan maupun di lingkungan luar perusahaan pabrik. Hal ini penting bagi pemerintah karena kecilnya peluang kerja yang mampu diberikan pemerintah kepada
masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi pengusaha bagi pemerintah cukup besar dalam menyediakan lapangan kerja.
129
a. Pasal 66 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas: Direksi menyampaikan
laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.
Menurut ayat 2 dari pasal ini laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya: laporan keuangan, laporan mengenai kegiatan Perseroan, laporan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan, rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan, laporan mengenai tugas
Perseroan membuat laporan keuangan dikarenakan Undang-undang mewajibkannya. Beberapa Undang-undang yang mewajibkan pembuatan laporan
keuangan antara lain:
127
Ibid.,hal.3.
128
Ibid.
129
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau, nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris, gaji dan
tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
b. Pasal 85 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal: Bursa Efek, Lembaga Kliring
dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian,
Wali Amanat, dan Pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam.
c. Pasal 34 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan : Bank wajib menyampaikan
kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan laba atau rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. d.
Pasal 49 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan : Dalam jangka waktu paling lambat 5 lima bulan terhitung sejak tanggal tahun buku Yayasan ditutup, Pengurus
wajib menyusun laporan tahunan secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya: 1. laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil
yang telah dicapai; 2. laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode,
laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan. Pelaporan Keuangan Perseroan adalah isu penting yang harus mendapat
perhatian dari regulator dan stakeholder Perseroan. Dari pendirian hingga pembubaran, Perseroan akan selalu dihadapkan dengan masalah pelaporan keuangan. Setiap tahun,
Universitas Sumatera Utara
Perseroan wajib melaporkan laba yang dihasilkan pada laporan keuangan untuk dipertanggungjawabkan oleh Direksi dihadapan RUPS tahunan.
130
Pengambilan keputusan keuangan yang dilakukan oleh para stakeholder Perseroan didasarkan pada laporan keuangan. Stakeholder adalah kelompok-kelompok
yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan.
131
Oleh sebab itu, laporan keuangan harus memuat informasi keuangan yang relevan pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga harus
memiliki karakteristik andal atau dapat dipercaya sehingga tidak menyesatkan penggunaanya. Agar semua karakteristik tersebut terpenuhi, laporan keuangan harus
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan peraturan- peraturan lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
132
Kewajiban penyusunan laporan keuangan ada ditangan Direksi Perseroan. Oleh sebab itu, pengetahuan akuntansi dan pelaporan keuangan mutlak harus dimiliki
oleh Direksi untuk dapat memahami laporan keuangan. Kemampuan membaca laporan keuangan yang dangkal yang dimiiki oleh seorang anggota Direksi sering menyebabkan
masalah yang serius. Terutama saat diperiksa dan dihadapkan pada pengadilan.
133
a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku
yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan Sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat 2 UU No.40 tahun 2007, laporan
tahunan yang disampaikan harus memuat minimal elemen-elemen sebagai berikut:
130
Marisi P. Purba, Aspek Akuntansi Undang-undang Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, hal.15.
131
http:kompasiana.compostedukasi20111102mengelola-stakeholder, diakses tanggal 9 Juni 2013.
132
Marisi P.Purba, Op.cit., hal.15.
133
Ibid., hal.16.
Universitas Sumatera Utara
laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;
b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;
c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
usaha Perseroan; e.
laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;
f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;
g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan
bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
134
Masing-masing komponen dari laporan keuangan mempunyai tujuan dan maksud tersendiri. Neraca merupakan laporan yang menunjukan jumlah aktiva harta ,
kewajiban utang, dan modal Perseroan ekuitas pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu tahunan.
135
Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara
lengkap informasi yang disajikan dalam neraca meliputi : jenis-jenis aktiva atau harta assets yang dimiliki; jumlah rupiah masing-masing aktiva; jenis-jenis kewajiban atau
utang liability; jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban; jenis-jenis modal equity; jumlah rupiah masing-masing jenis modal.
136
Kemudian, laporan laba rugi menunjukan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode
tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah
134
Pasal 66 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
135
Kasmir, Op.cit., hal.8.
136
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi: jenis-jenis
pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode; jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan; jumlah keseluruhan pendapatan; jenis-jenis biaya atau beban dalam
suatu periode; jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan; jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan; hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi
jumlah pendapatan dan biaya laba atau rugi.
137
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan arus kas masuk dan arus kas keluar di Perseroan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari
pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan Perseroan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode
tertentu.
138
Laporan perubaha ekuitas mengambarkan jumlah modal yang dimiliki Perseroan pada saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukan perubahan modal serta
sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan ekuitas meliputi : jenis-jenis dan jumlah modal pada saat ini; jumlah rupiah tiap jenis
modal; jumlah rupiah modal yang berubah; sebab-sebab berubahnya modal; jumlah rupiah modal sesudah perubahan.
139
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi
tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga
137
Ibid., hal.8-9.
138
Ibid., hal. 9.
139
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.
140
a. Investor : para penanam modal atau investor berkepentingan dengan resiko dan
hasil investasi yang mereka lakukan. Mereka akan melakukan pemilihan atas alternatif apakah mempertahankan investasi yang telah dilakukan atau melepasnya.
Investor biasanya sanggat memperhatikan informasi terkait dengan laba bersih Perseroan karena akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan mereka peroleh.
Selain karena Undang-undang mewajibkan pembuatan laporan keuangan, Laporan keuangan digunakan juga untuk pengambilan keputusan oleh para stakeholder
Perseroan. Terdapat tujuh kelompok pengguna informasi yang ada pada laporan keungan yang juga merupakan stakeholder Perseroan. Ketujuh kelompok tersebut
adalah sebagai berikut:
b. Karyawan : para pekerja dan serikat pekerja berkepentingan dengan
keberlangsungan kontrak kerja mereka dengan Perseroan serta kemungkinan mereka akan memperoleh insentif selain upah atau gaji yang mereka peroleh
sebagai konsekuensi kinerja dan prestasi yang mereka capai. c.
Kreditur : para pemberi pinjaman atau fasilitas kredit berkepentingan dengan kelangsungan hidup dan kemampuan Perseroan dalam melunasi pokok hutang
beserta bunganya. d.
Pemasok dan Kreditur usaha lainnya : pada dasarnya para pemasok dan kreditur memiliki kepentingan yang sama, yaitu apakah Perseroan akan mampu
mempertahankan keberlangsungan hidupnya sehingga akan terdapat keberlangsungan pasokan dan hubungan bisnis. Para pemasok juga tentunya
140
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
berharap Perseroan dapat melunasi hutangnya apabila Perseroan melakukan pembelian dengan kredit.
e. Pelanggan : perjanjian jangka panjang dengan para pelanggang akan
mengakibatkan ketergantungan para pelanggan pada Perseroan termasuk keberlangsungan layanan pasca jual yang diberikan oleh Perseroan jika ada. Para
pelanggan sangat berkepentingan dengan keberlanjutan hubungan bisnis yang telah dilakukan.
f. Pemerintah : salah satu pemasukan Negara yang paling besar adalah pajak.
Pemerintah tentunya sangat berkepentingan dengan pajak dan potensi pajak yang harus dibayar oleh Perseroan. Pemerintah sebagai regulator juga sangat
berkepentingan terhadap masalah-masalah selain perpajakan, seperti penyediaan lapangan kerja, ekspor dan impor yang dilakukan ileh Perseroan dan lain-lain.
g. Masyarakat : masyarakat baik langsung maupun tidak langsung sangat dipengaruhi
oleh keberadaan Perseroan. Keberlangsungan hidup Perseroan tentunya akan mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja dan berputarnya roda perekonomian
baik lokal maupun nasional.
141
Beragamnya kelompok-kelompok pengguna laporan keuangan mengindikasikan bahwa laporan keuangan harus disajikan dengan memperhatikan
kepentingan semua kelompok pengguna tersebut. Direksi harus menyajikan dengan cara tidak memihak atau bersikap netral terhadap salah satu kelompok pengguna laporan
keuangan. Untuk menyajikan laporan keuangan yang tidak memihak atau netral tentunya
dibutuhkan suatu standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang netral. Untuk
141
Marisi P.Purba, Op.cit., hal.19-20
Universitas Sumatera Utara
memperoleh sifat “netral”, standar akuntansi dan pelaporan keuangan harus diterima secara umum atau ‘generally accepted accounting pricipals’. Agar dapat diterimas
secara umum, suatu prinsip atau standar akuntansi keuangan harus melalui due process yang melibatkan partisipasi dan pengawasan para stakeholder-nya. Oleh sebab itu, para
stakeholder laporan keuangan adalah juga stakeholder prinsip akuntansi atau SAK.
142
Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005 wajib dilakukan pemeriksaan audit lebih lanjut.
Pengaturan mengenai proses auditing tersebut dapat ditemukan dalam UU No.40 Tahun 2007 yaitu dalam pasal 66 ayat 4 yang berbunyi : “Neraca dan laporan laba rugi dari
tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
143
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur dari suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan dilakukan auditing
tersebut adalah agar laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak, baik kepada pemilik maupun pihak luar
Perseroan. Artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas Perseroan dilaporkan secara benar sehingga berbagai pihak yang membutuhkan informasi tentang
keuangan Perseroan dapat membaca dan menganalisis dari laporan keuangan yang telah diperiksa kebenarannya. Di samping itu, pihak yang mengaudit laporan keuangan
142
Ibid., hal.21.
143
Pasal 66 ayat 4 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan juga harus merupakan lembaga resmi yang telah ditetapkan, terutama untuk kepentingan pihak-pihak di luar Perseroan.
144
Dalam praktiknya pemeriksaan laporan keuangan dapat dilakukan oleh dua pihak, yaitu : pihak dalam intern dan pihak luar ekstern. Pemeriksaan laporan
keuangan oleh pihak dalam artinya pemeriksaan yang memang sudah disiapkan pihak Perseroan. Dalam hal ini mereka dapat memperoleh data secara bebas sesuai dengan
data aslinya. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan laporan keuangan pasti terdapat kekurangan,
baik yang disengaja maupun yang tidak. Oleh karena itu, pemeriksaan oleh intern Perseroan sangat penting dilakukan sebelum dilakukan oleh pihak luar Perseroan.
145
Pemeriksaan oleh pihak luar Perseroan dilakukan oleh akuntan publik yang sudah memperoleh izin. Akuntan akan memberikan penilaian setelah meneliti dengan
standard dan prosedur pemeriksaan yang lazim pendapat yang wajar atau tidak wajar akan diberikan apabila laporan keuangan disusun telah sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim dan telah diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Dengan demikian, laporan ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengambil keputusan.
146
a. kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun danatau mengelola dana
masyarakat; Menurut pasal 68 UU No.40 Tahun 2007, Direksi wajib menyerahkan laporan
keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila:
b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;
c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka;
144
Kamir, Op.cit., hal. 17.
145
Ibid., hal. 17-18.
146
Ibid., hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
d. Perseroan merupakan persero;
e. Perseroan mempunyai aset danatau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai
paling sedikit Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah; atau f.
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
147
Dalam hal kewajiban sebagaimana untuk diperiksa oleh akuntan publik tidak dipenuhi maka laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS. Laporan atas hasil audit
akuntan publik disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi. Khusus untuk Perseroan yang bidang usahanya adalah menghimpun danatau mengelola dana
masyarakat dan atau menerbitkan surat pengakuan hutang kepada masyarakat danatau Perseroan terbuka , mereka diwajibkan untuk mengumumkan neraca dan laporan laba
rugi dari laporan keuangan dalam 1 satu surat kabar setelah mendapat pengesahan RUPS. Pengumuman tersebut paling lambat 7 tujuh hari setelah mendapat pengesahan
RUPS.
2. Penyelenggaraan RUPS
RUPS memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang
berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Perseroan. RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali semua pemegang saham hadir danatau diwakili dalam RUPS dan menyetujui
penambahan mata acara rapat. Keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.
148
147
Pasal 68 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
148
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal. 69.
Universitas Sumatera Utara
RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama, sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar. RUPS Perseroan terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa, lokasi saham Perseroan dicatatkan. Yang patut dicatat adalah tempat RUPS harus terletak di
wilayah Negara Republik Indonesia. Jika dalam RUPS hadir dan atau diwakili semua pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu, RUPS dapat
diadakan dimana pun dengan memperhatikan ketentuan bahwa tempat RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia. RUPS sebagaimana tersebut dapat
mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.
149
Selain penyelenggaraan RUPS dengan cara konvensional sebagaimana tersebut diatas RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video
konferensi, atau sarana media elektronik lain yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung, serta berpartisipasi dalam rapat.
Persyaratan kuorum dan persyaratan pengambilan keputusan adalah persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perseroan dan atau sebagimana diatur
dalam anggaran dasar Perseroan. Persyaratan tersebut dihitung berdasarkan keikutsertaan peserta RUPS diatas. Setiap penyelenggaraan RUPS sebagaimana
dimaksud diatas harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditadatangani oleh semua peserta RUPS.
150
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku berakhir.
151
149
Ibid., hal.70.
150
Ibid.
151
Ibid.
Sementara itu, RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya perbedaanya hanyalah sekedar terletak pada “acara” agenda dari rapat tersebut. Disebut “Tahunan” atau “Biasa”, jika rapat ini untuk membicarakan
pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris, khususnya bertalian dengan Neraca Untung Rugi Perseroan. Disebut tahunan, karena pasti harus diselenggarakan tiap tahun
paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku berakhir. Sedangkan disebut RUPS luar biasa manakala acaranya tidak membicarakan pertanggungjawaban Direksi dalam
hubungannya dengan neraca untung rugi Perseroan. Untu RUPS Semacam ini dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan Perseroan.
152
Penggunaan laba yang diperoleh Perseroan telah dicantumkan dalam laporan keuangan. Namun untuk mengesahkannya maka terlebih dahulu akan diselenggarakan
RUPS tahunan. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dengan didahului dengan pemanggilan RUPS. Penyelenggaraan RUPS lainnya tersebut dapat
dilakukan atas permintaan dari satu orang atau lebih pemegang saham yang secara bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah yang lebih kecil atau atas permintaan dewan komisaris. Permintaan diatas diajukan kepada Direksi dengan surat
tercatat yang disertai alasannya dan disampaikan oleh pemegang saham, lalu tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris.
153
Menurut pasal 79 UU No.40 Tahun 2007, Direksilah yang menyelenggarakan RUPS dengan didahului dengan pemanggilan. Dalam pasal 82 UU No.40 Tahun 2007,
dan dalam pasal 9 Anggaran Dasar, diatur mengenai tata cara pemanggilan. Pemanggilan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari
152
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal. 59-60.
153
Frans Satrio Wicaksono,Op.cit., hal.71.
Universitas Sumatera Utara
sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan RUPS.
154
Pemanggilan dilakukan dengan Surat Tercatat dan atau iklan dalam surat kabar. Dalam panggilan harus dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara
rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan sampai tanggal RUPS diadakan.
155
Jika RUPS tidak diselenggarakan seperti ketentuan diatas maka logisnya RUPS menjadi tidak sah. Namun menurut pasal 82 ayat 5 UU No.40 Tahun 2007,
dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, maka RUPS tetap sah, jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau
diwakili secara bulat menyetujui diadakan RUPS tersebut serta semua diantara mereka setuju dengan keputusan RUPS.
156
Untuk sahnya RUPS haruslah terpenuhi tentang “kuorum”. Adapun yang dimaksud denga “kuorum” adalah suatu prosentasi tertentu di antara pemegang saham
yang ada hadir dalam RUPS. Dalam pengertian hadir di sini, dapat dihadiri oleh pemegang saham sendiri atau kuasanya. Sedang yang dimaksud dengan pemegang
saham disini adalah pemegang saham yang mempunyai hak suara untuk hadir dan mempunyai hak memberikan suara dalam RUPS, sebab ada pemegang saham yang
tidak mempunyai hak untuk hadir dan atau memberikan suara. Berapa besarnya kuorum itu, hal ini tidaklah rata sama, melainkan tergantung dari acara rapat. Untuk hal-
hal yang biasa yang tidak ditentukan secara khusus dalam Undang-undang atau anggaran dasar, sebagaimana pasal 86 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007, untuk acara-
acara yang biasa, kuorumnya lebih dari 50 lebih dari separuh.
154
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.54.
155
Ibid.
156
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi jika acaranya mengenai perubahan anggaran dasar, maka kuorumnya diperberat, yaitu sebagaimana pasal 88 UU No.40 Tahun 2007, kuorumnya menjadi
66,66 23 dari seluruh pemegang saham yang berhak suara, dan putusan RUPS setujui oleh 66,66 23 dari pemegang saham bersuara yang hadir.
Dalam pada itu jika acara rapat mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan atau pengajuan pemohonan agar Perseroan
dinyatakan pailit, atau perpanjangan waktu pendirian Perseroan, atau pembubaran Perseroan, maka RUPS semacam ini hanyalah dapat sah diadakan jika dihadiri paling
sedikit 75 34 dari seuruh pemegang saham yang berhak suara, dan putusan tersebut disetujui oleh 75 34 dari pemegang saham yang hadir.
Oleh karena itu maka untuk RUPS tahunan dengan mata acara pengesahan laporan tahunan dimana termasuk hal-hal yang biasa yang tidak diatur khusus, maka
RUPS tersebut dianggap sah jika dihadiri lebih dari 12 satu perdua bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili. Ketentuan tersebut dapat dijumpai
dalam pasal 86 UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi “RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari 12 satu perdua bagian jumlah seluruh saham dengan hak suara
hadir atau diwakili, kecuali Undang-undang dan atau anggaran dasar menetukan jumah kuorum yang lebih besar.”
157
Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana diatas tidak tercapai maka dapat diselenggarakan RUPS kedua. Untuk RUPS dengan acara biasa, menurut pasal 86 UU
No.40 Tahun 2007 dapat diadakan RUPS yang kedua, dan untuk RUPS kedua cukup bila dipenuhi kuorum sebesar 33,33 13 dari seluruh pemegang saham yang
bersuara.
158
157
Pasal 86 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
158
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.56.
Universitas Sumatera Utara
Manakala RUPS tersebut untuk mengubah anggaran dasar, maka sebagaimana pasal 88 UU No.40 Tahun 2007, kuorum untuk RUPS kedua menjadi
turun, yaitu menjadi cukup paling sedikit 60 35 dari seluruh pemegang saham yang bersuara hadir dan disetujui 66,66 23 dari pemegang saham bersuara yang hadir.
Sedang manakala acara rapat mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, atau permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, atau pembubaran
Perseroan, maka kuorum untuk RUPS yang kedua turun menjadi cukup sebesar 66,66 23 dari seluruh pemegang yang berhak suara hadir, dan cukup disetujui oleh 66,66
23 dari pemegang saham yang berhak suara hadir.
159
Manakala dalam RUPS kedua masih tidak dicapai kuorum kehadiran diatas maka dalam hal ini, sebagaimana pasal 86 ayat 5, pasal 88 ayat 4, dan pasal 89 ayat
4, dapat diadakan RUPS yang ketiga. Untuk menentukan kuorum rapat yang ketiga dapat dimohonkan untuk ditentukan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan. Penetapan Ketua Pengadilan tersebut bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap vide pasal 86 ayat 8 UU No.40
Tahun 2007.
160
159
Ibid.
160
Ibid.
Menurut pasal 90 UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi : 1 Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani oleh
ketua rapat dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.”
2 Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta notaris.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 90 UU No.40 Tahun 2007, menyebut “risalah” baik jika dicatat secara non- notaris,maupun jika dicatat secara akta autentik oleh notaris. Tetapi dalam praktik,
untuk pencatatan yang dilakukan secara non-notaris itu dinamakan “notulen”. Sebaliknya manakala dicatat oleh notaris sendiri yang hadir dalam rapat itu, maka
biasanya diberi judul : “Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham”. Dengan demikian, untuk suatu RUPS tidak perlu mutlak harus dihadiri dan dicatat oleh
notaris.
161
Dalam pada itu, kadangkala ada ketentuan di aman hasil suatu keputusan RUPS tidak dapat dinyatakan dengan notulen dibawah tangan, melainkan
dipersyaratkan harus dinyatakan dalam akta notaris. Sebagai contoh ketentuan pasal 21 ayat 4 UU No.40 Tahun 2007, dimana dinyatakan untuk perubahan anggaran dasar
harus dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.
162
B. Peruntukan Laba Perseroan 1. Penggunaan Laba Sebagai Cadangan
Para pelaku bisnis tidak mendirikan suatu Perseroan tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang terdapat dalam pasal 2 UU No.40 Tahun 2007, yaitu
: Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum,
danatau kesusilaan.
163
Suatu kegiatan usaha bisnis yang dijalankan oleh suatu Perseroan mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan
manajemen.
164
161
Ibid., hal. 60 – 61.
162
Ibid., hal. 61.
163
Pasal 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
164
Kasmir, Op.cit., hal. 2.
Tujuan utama dari pendirian Perseroan tersebut adalah untuk mencari
Universitas Sumatera Utara
keuntungan yang optimal. Namun karena Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Maka para pihak yang disebut pemilik adalah pihak yang turut serta dalam penyertaan modal dalam bentuk saham tersebut.
Penyertaan modal yang dilakukan oleh para pemegang saham tidak diberikan secara cuma-cuma, melainkan pemegang saham mengharapkan suatu keuntungan yang
optimal dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perseroan. Keuntungan yang diperoleh dari saham yang dimiliki disebut dengan dividen.
Namun tidak semua laba yang diperoleh Perseroan akan dibagikan kepada para pemegang saham. Terdapat pembatasan dividen yang boleh dibagikan. Pembatasan
pembagian dividen adalah juga merupakan usaha perlindungan modal. Pembagian laba yang berlebihan tentu akan menyebabkan berkurangnya kemampuan Perseroan dalam
menyelesaikan kewajibannya baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
165
UU No.40 Tahun 2007 menegaskan Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Kewajiban penyisihan laba
bersih dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20 dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor.
166
Laba bersih yang dimaksud adalah keuntungan tahun berjalan setelah dikurangi pajak.
167
165
Marisi P.Purba, Op.cit., hal.63.
166
Frans Satrio, Op.cit., hal.67.
167
Penjelasan Pasal 70 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Kewajiban penyisihan untuk cadangan berlaku apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif. Maksud dari saldo laba yang
Universitas Sumatera Utara
positif adalah laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan yang telah menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya.
168
Jika cadangan belum mencapai paling sedikit 20 dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor, hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak
dapat dipenuhi oleh cadangan lainnya.
169
Perseroan membentuk cadangan wajib dan cadangan lainnya. Cadangan yang dimaksud di atas adalah cadangan wajib. Cadangan
wajib adalah jumlah tertentu yang wajib disisihkan oleh Perseroan setiap tahun buku yang digunakan untuk menutup kemungkinan kerugian Perseroan pada masa yang akan
datang. Cadangan wajib tidak harus selalu berbentuk uang tunai, tetapi dapat berbentuk aset lainnya yang mudah dicairkan dan tidak dapat dibagikan sebagai dividen.
Sedangkan yang dimaksud dengan “cadangan lainnya” adalah cadangan di luar cadangan wajib yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan Perseroan, misalnya
untuk perluasan usaha, untuk pembagian dividen, untuk tujuan sosial, dan lain sebagainya. Ketentuan paling sedikit 20 dua puluh persen dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor dinilai sebagai jumlah yang layak untuk cadangan wajib.
170
Cadangan wajib tersebut dapat dilihat pada laporan keuangan suatu Perseroan. Tepatnya dibagian neraca pada laporan keuangan Perseroan. Neraca
merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi Perseroan. Oleh karena itu, setiap Perseroan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk
neraca. Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi Perseroan saat ini
bila diperlukan.
171
168
Penjelasan Pasal 70 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
169
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal.67.
170
Penjelasan Pasal 70 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
171
Kasmir, Op.cit., hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
Neraca menunjukan posisi keuangan berupa aktiva harta, kewajiban utang, dan modal Perseroan ekuitas pada saat tertentu. Artinya neraca dapat dibuat untuk
mengetahui kondisi jumlah dan jenis harta, utang dan modal Perseroan. Maksud pada tanggal tertentu adalah neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan,
namun neraca dibuat biasanya akhir tahun atau kuartal.
172
Posisi cadangan pada neraca terdapat pada bagian ekuitas Perseroan. Modal ekuitas merupakan hak yang dimiliki Perseroan. Komponen modal yang terdiri dari
modal setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba, dan lainnya. Modal setor merupakan setoran modal dari pemilik Perseroan dalam bentuk saham dalam jumlah
tertentu. Artinya keseluruhan saham yang dimiliki oleh Perseroan yang sudah dijual dan uangnya harus disetor sesuai aturan yang berlaku.
173
Agio saham adalah selisih lebih setoran pemegang saham diatas nilai nominalnya dalam hal saham dikeluarkan dengan
nilai nominal.
174
Laba ditahan laba yang belum dibagi merupakan laba atau keuntungan Perseroan yang belum dibagi untuk periode tertentu. Artinya ada
keuntungan Perseroan yang belum dibagikan dividennya dan masih disimpan sampai waktu tertentu karena suatu alasan. Komponen terakhir adalah cadangan laba. Cadangan
laba merupakan bagian dari laba Perseroan yang tidak dibagi ke pemegang saham pada periode ini, akan tetapi sengaja dicadangkan perusahan untuk laba periode
berikutnya.
175
2. Penggunaan Laba sebagai Dividen
172
Ibid., hal.31.
173
Ibid., hal. 44.
174
Butir 1 poin a Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-35PM2003 .
175
Ibid., hal. 44-45.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan didirikan dengan tujuan untuk menciptakan laba yang nantinya akan dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang dihasilkan oleh Perseroan berasal
dari pendapatan aktivitas usahanya dan laba lain-lain setelah dikurangkan beban usaha dan rugi lain-lain. Laba yang diperoleh Perseroan sebagian dibagikan kepada pemegang
saham dan sebagian lagi disisihkan lewat mekanisme RUPS tahunan. Perseroan dapat membagikan dividen secara tahunan maupun interim.
176
Manakala RUPS menerima baik laporan keuangan Direksi, RUPS berapat untuk menentukan apakah akan dilakukan pembagian keuntungan kepada pemegang
saham dividen berikut besarnya dividen. Untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan, terlebih dahulu perlu ditentukan berapa besarnya dana cadangan yang
akan ditahan. Dari sisa keuntungan yang telah diperoleh setelah dipotong dengan dana cadangan, inilah yang menjadi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
177
Pada UU No.40 Tahun 2007, terdapat beberapa pasal terkait dengan tata cara pembagian dividen. Dividen dapat dibagikan dengan dua cara, yaitu melalui mekanisme
pembagian dividen interim dan dividen tahunan. Besarnya dividen ditetapkan melalui RUPS sesuai ketentuan Undang-undang yang berlaku.
178
Pembagian dividen yang dilakukan Perseroan adalah hal yang sangat berkaitan erat dengan pelaporan keuangan. Besarnya dividen yang dibagikan ditentukan
berdasarkan laba yang telah terakumulasi pada pos laba ditahan yang ada pada neraca. Tidak jarang ditemukan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan Direksi Perseroan
dimotivasi oleh pembagian dividen yang besar kepada pemegang saham. Sebagai
176
Marisi P.Purba, Op.cit., hal. 67.
177
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal. 51.
178
Marisi P.Purba, Op.cit., hal.67.
Universitas Sumatera Utara
imbalannya, Direksi akan memperoleh bonus atau insentif yang besar yang ditetapkan lewat RUPS.
179
Sebagaimana dijelaskan pada UU No.40 Tahun 2007 pasal 72 ayat 1, Perseroan dapat membagikan dividen interim kepada pemegang saham sepanjang
ketentuan terkait dengan pembagian dividen interim ditetapkan dalam anggaran dasar. Dividen interim tidak ditetapkan melalui mekanisme RUPS tahunan melainkan
keputusan Direksi Perseroan setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. Pembagian dividen interim dapat dilakukan sepanjang kekayaan bersih tidak lebih kecil
dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.
180
Maksud dari kekayaan bersih adalah seluruh harta kekayaan Perseroan dikurangi seluruh kewajiban Perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang
disahkan oleh RUPS dalam waktu 6 enam bulan terakhir.
181
Ini berarti, pembagian dividen interim hanya dapat dilakukan setelah RUPS tahunan menerima laporan
keuangan yang berakhir pada periode pelaporan terakhir.
182
Jika ternyata pada akhir tahun Perseroan menderita kerugian, maka atas dividen interim yang telah terlanjur diberikan harus dikembalikan oleh pemegang saham
kepada Perseroan. Manakala ternyata pemegang saham tidak mengembalikannya, maka menjadilah tanggung jawab renteng dari anggota Direksi dan anggota Komisaris atas
kerugian Perseroan.
183
Sama seperti dividen interim, dividen tahunan dapat dibagikan kepada pemegang saham sepanjang Perseroan telah menyisihkan cadangan. Seluruh laba bersih
setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
179
Ibid., hal. 67-68.
180
Ibid., hal. 68.
181
Penjelasan Pasal 37 ayat 1 butir a UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
182
Marisi P.Purba, Op.cit., hal. 68.
183
Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.63.
Universitas Sumatera Utara
ayat 1 dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS. Dividen Dividen sebagaimana dimaksud diatas hanya boleh dibagikan
apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
184
Ada kalanya dividen yang telah dibagikan tidak diambil oleh pemegang saham. UU No.40 Tahun 2007 pasal 73 ayat 1 menyebutkan bahwa dividen yang tidak
diambil setelah lima tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, maka dividen tersebut akan dimasukkan sebagai cadangan khusus.
Dividen yang telah menjadi cadangan khusus masih tetap dapat diambil oleh pemegang saham lewat mekanisme yang ditetapkan RUPS tahunan.
185
Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 sepuluh
tahun akan menjadi hak Perseroan. Berdasarkan penjelasan atas UU No.40 Tahun 2007 pasal 73 ayat 3, cadangan khusus yang menjadi hak Perseroan akan dibukukan sebagai
pendapatan lain-lain.
186
184
Pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
185
Marisi P.Purba, Op.cit., hal. 71.
186
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN LABA MENURUT UU NO. 40
TAHUN 2007 DENGAN UU NO. 1 TAHUN 1995
A. Ketentuan Saldo Laba yang Positif
Menurut UU No.1 Tahun 1995, Setiap tahun buku, perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan. Penyisihan laba bersih
tersebut dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen dari modal ditempatkan. Cadangan yang belum mencapai jumlah tersebut hanya
dapat digunakan untuk menutupkan kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain. Untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis Perseroan dan penyediaan
likuidasi dana dalam cadangan bagi kepentingan kreditur, maka ketentuan mengenai batas-batas dari penyisihan laba bersih untuk cadangan dan penggunaannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
187
Sedangkan menurut UU No.40 Tahun 2007, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Kewajiban
penyisihan untuk cadangan berlaku jika Perseroan memiliki saldo laba yang positif. Penyisihan laba bersih dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20 dari
jumlah modal ditempatkan dan disetor. Jika cadangan belum mencapai paling sedikit 20 dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor, hanya boleh dipergunakan untuk
menutupi kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain. Ketentuan mengenai penggunaan laba tersebut
dapat dijumpai pada pasal 61 dan pasal 62 UU No.1 Tahun 1995 tersebut.
188
187
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 61-62.
188
Frans Satri Wicaksono, Op.cit., hal.67.
Ketentuan
Universitas Sumatera Utara
mengenai penggunaan laba Perseroan menurut UU No.40 Tahun 2007 dapat ditemukan dalam pasal 70 -73.
Sekilas tidak ditemukan perbedaaan yang spesifik antara kedua Undan- undang tersebut. Keduanya sama-sama mewajibkan Perseroan untuk menyisihkan
jumlah tertentu dari laba bersih yang didapat untuk cadangan. Ketentuan tersebut dapat dijumpai pada pasal 61 ayat 1 UU No.1 Tahun 1995 yang berbunyi: “Setiap tahun
buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan”.
189
Hal tersebut juga dapat dijumpai pada pasal 70 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi: “Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun
buku untuk cadangan.”
190
Begitu juga mengenai jumlah penyisihannya yaitu sekurang-kurangnya mencapai 20 dua puluh persen dari modal Perseroan. Pengaturan tersebut dapat
ditemukan pada pasal 61 ayat 2 UU No.1 Tahun 1995 yang berbunyi :” Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan sampai cadangan mencapai
sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen dari modal ditempatkan”.
191
Hal yang sama juga dapat ditemukan pada pasal 70 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi
: Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20 dua puluh persen dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor”.
192
Selain kedua kesamaan tersebut dapat juga ditemukan kesamaan lain yaitu sama-sama menentukan bahwa jumlah cadangan yang belum mencapai jumlah yang
ditetapkan yaitu sebesar 20 dua puluh persen hanya dapat digunakan untuk menutup
189
Pasal 61 ayat 1 UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
190
Pasal 70 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
191
Pasal 61 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
192
Pasal 70 ayat 3 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain. Dalam UU No.1 Tahun 1995 pengaturan tersebut dapat dijumpai pada pasal 61 ayat 3 yang berbunyi : “ Cadangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang belum mencapai jumlah sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 hanya dapat dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak
dapat dipenuhi oleh cadangan lain”.
193
Dan pada UU No.40 Tahun 2007, ketentuan tersebut dapat dijumpai pada pasal 70 ayat 4 yang berbunyi “ Cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 yang belum mencapai jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh
cadangan lain”.
194
Namun jika dilihat lebih teliti maka akan ditemukan perbedaan antara penggunaan laba menurut UU No.1 Tahun 1995 dengan UU No.40 Tahun 2007 yaitu
ditemukaannya pengecualian penyisihan untuk cadangan pada UU No.40 Tahun 2007. Di dalam UU No.40 Tahun 2007 tepatnya pada pasal 70 ayat 2 disebutkan bahwa “
Kewajiban penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif”.
195
Menurut Penjelasan UU No. 40 Tahun 2007, yang dimaksud dengan “saldo laba yang positif” adalah laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan yang telah
menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya. Ketentuan tersebut tidak
dapat dijumpai di dalam UU No.1 Tahun 1995 maupun dalam Penjelasan UU No.1 tahun 1995 tersebut.
196
193
Pasal 61 ayat 3 UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
194
Pasal 70 ayat 4 UU No.40Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
195
Pasal 70 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
196
Penjelasan Pasal 70 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Dari pasal tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa meskipun Perseroan mendapatkan
keuntungan pada tahun buku yang baru lampau, namun jika keuntungan tersebut belum
Universitas Sumatera Utara
menutup kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya maka Perseroan tidak diwajibkan untuk menyisihkan laba bersih yang diterimanya sebagai cadangan.
Sebaliknya dikarenakan di dalam UU No.1 Tahun 1995 tidak ditemukan pengecualian penyisihan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Perseroan tetap
diwajibkan untuk menyisihkan laba bersih yang diterimanya dari tahun buku yang baru lampau meskipun Perseroan tersebut belum menutup kerugian dari tahun buku
sebelumnya.
B. Pengaturan Tentang Dividen Interim