menutup kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya maka Perseroan tidak diwajibkan untuk menyisihkan laba bersih yang diterimanya sebagai cadangan.
Sebaliknya dikarenakan di dalam UU No.1 Tahun 1995 tidak ditemukan pengecualian penyisihan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Perseroan tetap
diwajibkan untuk menyisihkan laba bersih yang diterimanya dari tahun buku yang baru lampau meskipun Perseroan tersebut belum menutup kerugian dari tahun buku
sebelumnya.
B. Pengaturan Tentang Dividen Interim
Dividen interim adalah dividen sementara yang dinyatakan dan dibayarkan sebelum laba tahunan Perseroan ditetapkan oleh RUPS. Biasanya pembayarannya
dilakukan secara berkala seperti per-triwulan selama tahun berjalan. Dividen interim merupakan pembagian laba atau keuntungan Perseroan yang bersifat sementara. Belum
merupakan pembagian yang bersifat final final dividend berdasarkan keputusan RUPS. Pembagiannya baru berdasarkan penetapan Direksi.
197
Dikatakan bersifat sementara karena jika setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan mengalami kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus
dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, jika pemegang
saham tidak dapat mengembalikan dividen interim tersebut.
198
Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan aspek hukum yang perlu diperhatikan oleh manajemen dalam melakukan pembagian dividen. Sehubung dengan
kondisi yang harus dipenuhi dalam membagi dividen, terdapat persyaratan yang berbeda
197
http:hukumonline.comklinikdetailcl1949perbedaan-dividen-final-dengan-dividen-interim , diakses tanggal 16 Juni 2013.
198
Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal.68.
Universitas Sumatera Utara
bagi dividen yang dibagikan setelah tahun buku berakhir dengan dividen yang dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir dividen interim. Dalam melakukan
pembagian dividen setelah tahun buku berakhir, Perseroan harus memenuhi 2 dua persyaratan. Pertama, Perseroan wajib memiliki saldo laba yang positif kedua wajib
memiliki cadangan yang mencapai paling sedikit 20 dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor.
199
Kedua persyaratan tersebut berkaitan dengan logika bisnis yang normal, dimana Perseroan hanya dapat membagi laba apabila memang memiliki saldo laba, dan
dalam rangka menutup kerugian yang mungkin dialami dimasa yang akan datang maka Perseroan harus menyisihkan sebagian keuntungan sebagai cadangan.
200
Sedangkan dalam melakukan pembagian dividen interim, disamping wajib memenuhi 2 dua persyaratan yang berlaku dalam pembagian dividen setelah tahun
buku berakhir, Perseroan juga wajib memenuhi 3 tiga persyaratan berikut. Pertama, pembagian dividen diatur dalam anggaran dasar Perseroan. Sesuai dengan pasal 15 UU
No.40 Tahun 2007 disebutkan bahwa anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya beberapa hal, salah satunya adalah mengenai pembagian dividen. Kedua, pembagian
dividen interim tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil daripada jumlah modal yang ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.
Maksud dari persyaratan kedua ini adalah dividen interim hanya dapat dibagikan jika kekayaan bersih Perseroan lebih besar dari jumlah modal ditempatkan dan disetor
ditambah cadangan wajib sekurang-kurangnya 20 dari modal ditempatkan dan disetor tersebut. Ketiga, pembagian dividen interim tidak mengganggu atau menyebabkan
Perseroan tidak dapat memenuhi kewajbannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan
199
http: made-tirthayatra.blogspot.com200906kebijakan-dividen.html?m=1 , diakses tanggal 16 Juni 2013.
200
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan.
201
Sesuai dengan pasal 4 UU No.1 Tahun 1995 yang berbunyi: “Terhadap Perseroan berlaku Undang-undang ini, Anggaran Dasar Perseroan, dan Peraturan
Perundang-undangan lainnya”. Maksud dari persyaratan ketiga ini adalah untuk melindungi kepentingan
kreditor agar tidak dirugikan karena pembagian dividen interim tersebut atau edngan kata lain agar Perseroan tetap mampu melaksanakan kegiatannya dan melaksanakan
kewajibannya. Di dalam UU No.1 Tahun 1995 tidak ditemukan adanya pengaturan mengenai
pembagian dividen interim sebagaimana yang ditemukan dalam UU No.40 Tahun 1995. Namun hal tersebut tidak serta merta membuat kesimpulan bahwa dividen interim tidak
diizinkan pelaksaannya oleh UU No.1 Tahun 1995. Jika ditelaah lebih dalam lagi menurut UU No.40 Tahun 2007, dapat diambil
kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dividen interim hanya dapat dilakukan jika pembagian tersebut telah diatur oleh anggaran dasar Perseroan.
Pengaturan tersebut dapat dijumpai pada pasal 72 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007. Berdasarkan pasal tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpula bahwa yang menjadi
dasar hukum yang utama dalam pembagian dividen interim adalah anggaran dasar Perseroan.
202
201
Ibid.
202
Pasal 4 UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa meskipun UU No.1 Tahun 1995 tidak mengatur mengenai pembagian dividen interim
secara jelas, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinaan adanya pelaksanaan pembagian dividen interim oleh Perseroan. Karena berdasarkan pasal 4 tersebut
disebutkan bahwa yang menjadi dasar hukum suatu Perseroan bukan UU No.1 Tahun
Universitas Sumatera Utara
1995 ini saja, namun Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang-undangan lainnya juga dijadikan dasar hukum yang valid.
Dengan kata lain yang menjadi perbedaan mengenai penggunaan laba UU No.1 Tahun 1995 dengan UU No.40 Tahun 2007 khususnya mengenai dividen interim
adalah terdapat penegasan ketentuan pembagian dividen interim yang hanya dapat dijumpai pada UU No.40 Tahun 2007 tepatnya pada pasal 72 UU ini. Meskipun seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa pelaksanaan pembagian dividen interim tersebut tetap dapat dilaksanakan baik berdasarkan UU No.40 Tahun 2007 maupun UU No.1 Tahun
1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan