Pemeriksaan mikroskop elektron Pemeriksaan dengan sinar Wood 1. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras Landasan Teori Kerangka Konsep Penelitian

16

b. Pemeriksaan mikroskop elektron

Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas melanosit meningkat.

c. Pemeriksaan dengan sinar Wood 1. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras

2. Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontras 3. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak 4. Tipe tidak jelas : dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat Djuanda, A, dkk, 1993.

2.3 Faktor Resiko Melasma

Faktor resiko terjadinya melasma yaitu :

1. Paparan Sinar Matahari Ultra Violet

Sinar matahari sering disebut dengan sinar ultra violet UV. Indonesia merupakan negara tropis yang hampir sepanjang tahun disinari matahari. Radiasi Ultra Violet terbagi dalam: 1. Radiasi UV-C 200-290 nm. Radiasi ini tidak ditemukan dalam spectrum sinar matahari pada permukaan bumi karena disaring oleh ozon dan air. Disebut juga radiasi germisidal karena dapat membunuh mikroorganisme. Radiasi ini adalah UV gelombang pendek, karena merupakan panjang gelombang terpendek pada spectrum UV. Radiasi UV-C sering diartikan dengan panjang gelombang 259 nm karena Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 17 sesuai dengan panjang gelombang yang diemisi oleh lampu merkuri bertekanan rendah lampu germisid sebagai sumber radiasi UV-C. 2. Radiasi UV-B 290-320 nm. Merupakan bagian radiasi UV-B dengan keaktifan biologis tertinggi pada sinar matahari dan penyebab reaksi eritema setelah paparan dengan matahari. Disebut juga UV gelombang tengah atau sumber UV radiation. 3. Radiasi UV-A 320-400nm. Panjang gelombang terpanjang dari spectrum UV ini mempunyai efek biologis kurang dari UV-B, tetapi gelombang UV-A dapat memacu menyebarkan sebagian eritema akibat matahari. Nama lain UV-A ialah radiasi UV gelombang panjang, radiasi UV karena dekat dengan sinar hitam black light karena tidak terlihat. DNA menyerap ultra violet terbanyak pada panjang gelombang 280 nm. UV-B merupakan penyebab kerusakan biokemikal yang paling potensial. Efek buruk sinar UV dipengaruhi oleh faktor individu, frekuensi dan lama pajanan serta intensitas radiasi sinar UV. Reaktifitas individu terhadap sinar UV tergantung pada warna kulit konstitutif serta tipe kulit yang diturunkan secara genetik. Pigmentasi akibat UV terjadi terutama akibat radiasi UV-A pada individu yang telah mempunyai pigmentasi. Pigmentasi akibat UV yang menyebabkan tanning dinamakan facultative skin color. Reaksi tanning dibagi atas 2 yaitu tanning yang terjadi langsung atau cepat, dan tanning yang berlangsung lambat. Tanning reaksi cepat terjadi dalam Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 18 waktu 5-10 menit setelah paparan dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa hari tergantung dosis UV dan jenis kulit individu. Tanning yang cepat tidak memberikan fotoproteksi dan tidak menaikkan tingkat melanin epidermal. Dan ini hanya terjadi oleh penyinaran UV-A Park, Hee-Young, et al, 2008. Tanning reaksi lambat terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah paparan UV. Ini disebabkan oleh UV-B dan UV-A. Puncaknya antara 10 hari sampai 4 minggu tergantung dosis UV dan jenis kulit individu, dan menghilang dalam beberapa minggu. Secara histologi terjadi peningkatan melanosit epidermal, melanosit dendrit dan perpindahan melanosome ke keratinosit, dan terjadi melanisasi yang meningkat dari melanosome individu. Melagenesis merupakan proses yang dipengaruhi oleh panjang gelombang. UV-A akan menyebabkan pigmentasi yang gelap berbatas pada lapisan basal. UV-B menyebabkan pigmentasi yang gelap terbatas pada lapisan epidermis, sedangkan pigmentasi akibat UV-C ringan sekali Park, Hee-Young, et al, 2008.

2. Kehamilan

Selama kehamilan, peningkatan pigmentasi terjadi pada 90 wanita dan kebanyakan lebih ditonjolkan pada tipe kulit yang lebih gelap. Bercak pigmentasi yang menetap seperti nevi dan ephelides menjadi berwarna lebih gelap. Juga jaringan parut baru sering kelihatan lebih gelap. Area yang mempunyai pigmen normal seperti puting susu, areola mamae dan genital, pigmentasi menjadi lebih kuat. Linea alba, garis tengah dinding perut anterior selalu menjadi lebih gelap selama kehamilan dan kemudian dinamai linea nigra. Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 19 Dalam kelompok kecil wanita hamil, hiperpigmentasi terjadi di ketiak atau paha atas bagian dalam. Melasma atau sering disebut topeng kehamilan terjadi pada 50 wanita hamil Lapeere, H, et al, 2008.

3. Kontrasepsi Hormonal

Kulit dan bagian-bagiannya seperti folikel rambut dan kelenjar keringat sangat bergantung pada steroid seks. Estrogen dan androgen sangat berperan terhadap proses pigmentasi dan pertumbuhan rambut. Pil kontrasepsi meningkatkan aliran darah kulit sekitar 10 . Penyakit kulit dapat disebabkan oleh hormon estrogen dan androgen. Melasma atau sering juga disebut kloasma, yaitu berupa munculnya warna kuning kecoklatan pada daerah pipi, hidung, dagu atau mulut sering ditemukan pada penggunaan kontrasepsi jangka panjang, Kelainan ini lebih sering ditemukan pada penggunaan pil dengan dosis estrogen tinggi.

4. Kosmetik zat kimia dan Obat-obatan

Daftar obat-obatan dan zat kimia yang menyebabkan hiperpigmentasi sangatlah banyak dan tetap bertambah terus. Zidovudine yang telah dipakai pada pasien AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah salah satu obat yang masuk dalam daftar obat-obatan yang menyebabkan hiperpigmentasi belakangan ini. Hiperpigmentasi yang disebabkan oleh agen toksik, atau obat-obatan dianggap 10-20 dari semua kasus hiperpigmentasi yang diperoleh. Obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat, obat-obat antikanker, obat anti infeksi, obat antihipertensi dan hormon yang paling umum diketahui. Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 20 Berikut daftar obat-obatan dan zat kimia yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi atau melasma lihat lampiran. 2.4 Upaya Pencegahan dan Pengobatan Melasma Prinsip pengobatan melasma adalah mengendalikan faktor-faktor penyebab dan menghilangkan melanin serta memutus rantai pembentukan melanin. Pengaruh buruk sinar matahari dapat dilakukan dengan pemakaian tabir surya baik berupa krim maupun tabir surya fisik berupa payung, topi, kerudung, maupun penutup muka. Epidermal pigmentasi lebih sensitif pada pengobatan topikal dari pada dermal pigmentasi. Hipopigmentasi agents seperti hidrokuinon, tretinoin krim, asam azelaik, rusinol dan asam kojic dapat menolong dalam jangka waktu yang lama. Formula Kligman adalah kombinasi yang populer dari hidrokuinon, tretinoin, dan kortikosteroid topikal ringan. Pengelupasan kulit secara kimia dan terapi laser dapat menolong pengobatan melasma, tapi dapat juga mengakibatkan hiperpigmentasi lanjut yang tidak diinginkan. Kadang-kadang melasma hilang perlahan setelah penghentian pemakaian hormonal, dan perlu berhati-hati menghindari paparan sinar matahari Lapeere, H, et al, 2008. Sudah banyak dikenal senyawa yang dapat mempengaruhi proses pigmentasi melanin, antara lain senyawa merkuri, senyawa bismuth, fenol, hidrogen peroksida, hidrokinon, dan asam azaleat. Pemakaian obat pemutih yang mengandung merkuri harus hati-hati karena absorpsi yang terlalu banyak dapat merusak ginjal. Pemakaian hidrokinon dengan konsentrasi 2-5 sesuai dengan keadaan klinis. Efek samping Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 21 adalah iritasi dan kadang-kadang menyebabkan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Hidrokinon dapat dikombinasi dengan asam vitamin A 0,05 untuk mempercepat keratinisasi. Bila diberi obat pemutih pada malam hari sebaiknya dipakai tabir matahari sun block, selama dan sesudah pengobatan untuk mencegah kekambuhan Djuanda, A, dkk, 1993. Pengobatan terhadap melasma dapat juga dilakukan melalui terapi sinar laser, pemakaian Hydroquinone HQ dengan konsentrasi 2-5 sesuai dengan keadaan klinis, topical retinoid, dan topical steroids Torok, 2006. Sedangkan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari paparan sinar matahari secara langsung pada jam 10.00 sampai jam 15.00, namun tergantung letak suatu tempat di permukaan bumi, menghindari penggunaan kosmetik dengan kadar bahan kimia diatas toleransi kulit, serta penggunaan alat pelindung wajah dan tubuh bagi pekerja dilapangan yang berpotensi terhadap paparan sinar matahari secara langsung. Bagi ibu-ibu yang menderita melasma dianjurkan tidak lagi memakai kontrasepsi hormonal baik berupa suntik maupun pil. Juga berhati-hati terhadap pemakaian kosmetik yang dijual bebas di pasaran, dan mengkonsumsi vitamin C dengan cukup.

2.5 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori, yaitu sebagai berikut: Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 22 Penyakit melasma adalah salah satu penyakit tidak menular yang terjadi pada kulit yang ditandai dengan adanya hipermelanosis yang tidak merata terutama pada muka, berwarna coklat muda sampai coklat tua, berkembang lambat, dan umumnya simetrik, dan terjadi karena meningkatnya pigmentasi pada bagian yang sering terpapar sinar matahari Djuanda, 1993. Menurut Bustan 2000 faktor resiko penyakit tidak menular dapat digolongkan menurut segi dari mana faktor resiko tersebut diamati, dan kestabilan peranan faktor resiko. Dalam penelitian ini faktor resiko tersebut dilihat berdasarkan faktor resiko yang diamati, yaitu terbagi atas: 1. Unchangeable risk factor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah, seperti genetik, umur, dan lain-lain; 2. Changeable risk factor, yaitu kebiasaan penggunaan kosmetik, kebiasaan terpapar dengan sinar matahari, penggunaan obat-obatan, kebiasaan merokok, kehamilan, dan lain sebagainya. Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 23

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor resiko 1. Paparan Sinar Matahari 2. Kehamilan 3. Hormonal 4. Kosmetik 5. Obat-obatan 6. Penggunaan APD Kejadian Melasma Karakteristik Pekerja 1. Umur 2. Pengetahuan 3. Masa kerja Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk menentukan hubungan antara faktor resiko paparan sinar matahari, kehamilan, kontrasepsi hormonal, kosmetik, obat-obatan, dan pemakaian APD dengan terjadinya penyakit melasma pada pekerja wanita penyapu jalan di Kota Medan dengan melakukan pengukuran sesaat. 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan dengan pertimbangan hasil obervasi masih adanya pekerja wanita penyapu jalan yang memiliki gangguan kulit dengan gejala mirip dengan melasma seperti bercak-bercak kecoklatan dan bercak kehitaman diwajah, serta belum pernah dilakukan penelitian yang serupa dengan pendekatan faktor resiko. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 enam bulan terhitung mulai bulan Maret sampai Agustus 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja penyapu jalan wanita di Kota Medan yang berjumlah 390 orang yang tersebar di 21 kecamatan. Sampel dalam 24 Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008