Hubungan Dana dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat

117 baru ini akhirnya menyebabkan miskomunikasi sehingga tidak jelas kemana arah hasil pekerjaannya dijalankan.

5.2. Hubungan Dana dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dana berhubungan signifikan dengan penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat. Dengan tersedianya dana yang cukup sebagian besar penerapan SIMPUS juga baik, sebaliknya tidak tersedianya dana yang cukup maka sebagian besar penerapan SIMPUS juga kurang baik 85,7. Uji statistik Rank Spearman menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dana dengan penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Budiharto dkk. 2005, meneliti penyempurnaan Sistem Informasi Kesehatan kabupaten kota mendapatkan beberapa temuan yaitu : dana yang tersedia tidak mencukupi sehingga pelaporan menjadi terhambat, kurangnya umpan balik bagi unit operasional. Penelitian Yusran 2008 mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian ini bahwa dana yang tersedia dengan baik maka kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan SP2TP juga baik, sedangkan dana yang tidak tersedia maka kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan SP2TP juga kurang baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterampilan petugas pengolah data dengan kelengkapan dan ketetapan waktu pelaporan SP2TP, p-value 0,0000,05. Universitas Sumatera Utara 118 Menurut Muninjaya 2004, uangdana money merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan organisasi. Oleh karena itu uang merupakan alat tools yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, pemberian bonus, uang lembur, dana transportasi dan akomodasi, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. Menurut Departemen Kesehatan 2007, dana sebenarnya merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengelolaan sistem informasi dan pengolahan data, tapi justru kebanyakan Puskesmas mengalami kesulitan pendanaan dalam pengelolaan sistem informasi in. Hal tersebut biasanya disebabkan karena keterbatasan anggaran dan melt pengelolaan sistem informasi pada prioritas yang sangat rendah. Beberapa Puskesmas di Kabupaten Langkat sudah ada yang mendapatkan dana anggaran untuk pengolahan data, hanya saja pola penganggaran tersebut belum dirancang secara sistemik, masih dilakukan secara temporer dengan melalui mekanisme anggaran tahunan tiap tahun membuat usulan, sehingga kesinambungan dan ketersediaan dana tersebut belum benar-benar terjamin. Sesuai dengan peraturan daerah yang mengalokasikan sebanyak 2 dari pendapatan Puskesmas untuk biaya pengelolaan sistem informasi manajemen Puskesmas SIMPUS, maka pola Universitas Sumatera Utara 119 penganggaran Puskesmas dapat dilakukan dan dirancang secara sistemik sehingga dengan demikian pengelolaan sistem informasi akan dapat benar-benar terjaga. Dilihat dari jawaban responden tentang dana, maka sebagian besar dana yang dibutuhkan untuk pengolahan data tidak diperoleh sebelum pekerjaan dimulai atau di awal bulan pelaporan. Ini menunjukkan bahwa dana baru diperoleh oleh Puskesmas setelah diajukan laporan penggunaan dana. Hal tersebut menjadi masalah sendiri bagi kepala Puskesmas karena kepala Puskesmas sering harus menggunakan uang pribadi terlebih dahulu untuk pengeluaran dana yang belum diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Pada pertanyaan tentang dana yang diperoleh dari Dinas Kesehatan mencukupi untuk membuat laporan secara lengkap, sebagian besar responden menyatakan tidak mencukupi. Ini menunjukkan bahwa biaya yang digunakan untuk pengelolaan sistem informasi di Puskesmas lebih besar dibandingkan dengan biaya yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Cakupan wilayah yang luas setiap Puskesmas membuat biaya transportasi dan akomodasi dalam pengumpulan data sering menjadi masalah. Jawaban responden pada pertanyaan tentang dana yang dibutuhkan untuk pengumpulan data dari lapangan mencukupi dan sesuai dengan yang dianggarkan Puskesmas menguatkan hasil penelitian ini bahwa dana yang tidak mencukupi menyebabkan pengolahan data menjadi tidak lengkap dan tidak akurat. Demikian juga dalam hal dana untuk uang tambahan bonus, sering menjadi masalah sendiri di Puskesmas. Sesuai dengan jawaban responden pada pertanyaan tentang tenaga pengolah data mendapatkan uang tambahan bonus setelah Universitas Sumatera Utara 120 menyiapkan laporan bulanan, sebagian besar responden menjawab tidak. Ini menjadi salah satu hal yang menyebabkan ketersediaan laporan yang tepat waktu tidak tercapai. Menurut Siagian 2006, merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi tertentu adalah untuk mencari nafkah. Berarti apabila di satu pihak seseorang menggunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan sebahagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi, di lain pihak ia mengharapkan menerima imbalan tertentu. Kepentingan para pegawai petugas pengolah data harus mendapat perhatian dalam arti bahwa kompensasi yang diterimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi Puskesmas harus mempunyai imbal balik feedback yang sesuai. Jika para pegawai petugas pengolah data diliputi oleh rasa tidak puas atas kompensasi yang diterimanya, dampaknya bagi organisasi akan sangat negatif. Artinya, jika ketidakpuasan tersebut tidak terselesaikan dengan baik, merupakan hal yang wajar apabila para anggota organisasi menyatakan keinginan untuk memperoleh imbalan yang bukan saja jumlahnya lebih besar, akan tetapi juga lebih adil. Dikatakan wajar sebab ada kaitannya dengan berbagai segi kehidupan kekaryaan para anggota organisasi seperti prestasi kerja, keluhan, tingkat kemangkiran yang tinggi, seringnya terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas dan bahkan pemogokan. Kalaupun para pegawai tidak meninggalkan organisasi, maka yang sangat mungkin terjadi adalah timbul berbagai masalah dalam menjalankan tugas-tugasnya yang bersifat psikologis, seperti merasa tidak diperhatikan, tidak mendapat keadilan, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 121

5.3. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat

Dokumen yang terkait

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Web Di Puskesmas Pajang Surakarta.

3 22 13

SKRIPSI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) GizKIA Berbasis Komputer Di Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 5 16

HUBUNGAN UNSUR MANAJEMEN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS Hubungan Unsur Manajemen Dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Boyolali.

2 3 13

SKRIPSI Hubungan Unsur Manajemen Dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Boyolali.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Unsur Manajemen Dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Boyolali.

0 2 6

SKRIPSI Hubungan antara Kualitas Informasi dengan Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Wilayah Kabupaten Ngawi.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEAMANAN DATA DENGAN KINERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR.

1 5 8

HUBUNGAN KUALITAS INFORMASI DENGAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) HUBUNGAN KUALITAS INFORMASI DENGAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

1 4 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN KUALITAS INFORMASI DENGAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

0 1 5

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN puskesmas hubungan

0 2 17