Interaksi Organisasi Budaya Organisasi

Universitas Sumatera Utara 2. Dimensi Integrasi Internal Internal Intergration Tasks Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang akan diteliti, yaitu: bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana mengatur yang sulit diatur. 3. Dimensi Asumsi-Asumsi Dasar Basic Underlying Assumtions Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable dimensi asumsi- asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus heterogenitas.

2.1.3.2 Interaksi Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat contohmodel ataupun bentuk struktur yang tetap. Jika dihubungkan dengan interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentukpola interaksi soaial. Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan soaial yang relatif mapan. Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berdasarkan kedudukan soaial status dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya. 2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya Universitas Sumatera Utara interaksi seorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerjasama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya. 3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial. 4. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial dapat terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena ada siswanya yang melakukan tindakan amoral Waluya, 2007: 44. H. Boner dalam Ahmadi, 2007: 49 mengemukakan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar indi vidu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan- tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar. Misalnya, apabila kita mengutarakan sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap orang tua, maka kita akan dilayani dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku tidak sopan dan tidak hormat terhadap orang tua, maka mereka akan marah, yang akhirnya hubungan antara kita dan orang tua tesebut tidak lancar. Universitas Sumatera Utara Terjadi interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, dimana satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain dan demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh. Basrowi, 2005: 138- 140.Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ada selalu dengan jumlah lebih dari satu orang. 2. Ada komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol. 3. Ada dimensi waktu masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. 4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat. Menurut Sitorus dalam Basrowi, 2005 berlangsung interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain : 1. Imitasi Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativas seseorang. Misalnya, anak yang terus-menerus meniru dan mengikuti perintah atau kehendak orang lain, akhirnya tidak dapat mengembangkan daya kreativitas sendiri. Universitas Sumatera Utara 2. Sugesti Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Seugesti dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter. 3. Identifikasi Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang, misalnya seorang pemuda mengikuti mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi mode kesukaan para bintang film terkenal. 4. Simpati Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada perasaan pihak lain. Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi yakni kecenderungan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan penting walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status dan kedudukan.

2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama Umar, 2002: 56. 1. Variabel Bebas X Independent Variable

Dokumen yang terkait

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 6 108

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT JATENG.

0 0 13

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 19

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 2

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 4

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 1 19

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 2

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 6

235176907 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

0 0 125

Sistem interaksi budaya organisasi dengan

0 2 257