Profit Margin PM Break Even Point BEP

BEP = Biaya Tetap Total Penjualan Biaya Variabel   100  BEP = 100 .745 19.392.210 Rp - 4.581 228.572.34 Rp .649 65.006.737 Rp  BEP = 31.08 Kapasitas produksi pada titik BEP = 31.08  5.000 tontahun = 1.553 tontahun Nilai penjualan pada titik BEP = 31.08 × Rp 228.572.344.581,- = Rp 71.033.238.986,- Dari data feasibilities, Timmerhaus, 1991 : - BEP  50 , pabrik layak feasible - BEP  70 , pabrik kurang layak infeasible. Dari perhitungan diperoleh BEP = 31,08 maka pra rancangan pabrik ini layak.

10.6.3 Return on Investment ROI

Return on Investment adalah besarnya persentase pengembalian modal tiap tahun dari penghasilan bersih. ROI = Investasi M odal Total pajak setelah Laba  100  ROI = 100 9.555 203.853.81 Rp 0.444 100.501.77 Rp  ROI = 49,30 Analisa ini dilakukan untuk mengetahui laju pengembalian modal investasi total dalam pendirian pabrik. Kategori resiko pengembalian modal tersebut adalah :  ROI  15  resiko pengembalian modal rendah.  15  ROI  45  resiko pengembalian modal rata-rata.  ROI  45  resiko pengembalian modal tinggi. Dari hasil perhitungan diperoleh ROI sebesar 49,30 sehingga pabrik yang akan didirikan ini termasuk resiko laju pengembalian modal rata – rata.

10.6.4 Pay Out Time POT

Pay Out Time adalah angka yang menunjukkan berapa lama waktu pengembalian modal dengan membandingkan besar total modal investasi dengan penghasilan bersih setiap tahun. Untuk itu, pabrik dianggap beroperasi pada kapasitas penuh setiap tahun. POT = tahun 1 49,30 1  POT = 2,03 tahun Dari hasil perhitungan, didapat bahwa seluruh modal investasi akan kembali setelah 2,03 tahun pabrik beroperasi.

10.6.5 Return on Network RON

Return on Network merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri. RON = sendiri M odal pajak setelah Laba  100  RON = 100 1.733 122.312.29 Rp 0.444 100.501.77 Rp  RON = 82,17 10.6.6 Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return merupakan persentase yang menggambarkan keuntungan rata – rata bunga pertahunnya dari semua pengeluaran dan pemasukan besarnya sama. Apabila IRR ternyata lebih besar dari bunga riil yang berlaku, maka pabrik akan menguntungkan tetapi bila IRR lebih kecil dari bunga riil yang berlaku maka pabrik dianggap rugi. Dari perhitungan Lampiran E diperoleh IRR = 65,80 . sehingga pabrik akan menguntungkan karena lebih besar dari bunga bank saat ini sebesar 12,5 Bank Mandiri, 2014.