1
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kreativitas menurut Supriadi 1994: 6 merupakan suatu bidang kajian kompleks yang menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda. Perbedaan
pandangan tersebut bergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan arti kreativitas itu sendiri. Sebagian orang berpendapat bahwa kreativitas merupakan
sikap hidup dan perilaku sebagai suatu cara untuk berpikir. Namun, ada juga yang mengkaitkan kreativitas dengan gagasan-gagasan baru atau temuan-temuan baru
yang terkait dengan ilmu, teknologi, dan pemecahan atas suatu masalah. Trefingger Isacksen Parnes: 1990 memaknai kreativitas sebagai
berikut. “Creative thinking as making and communicating meaningful new
connections; thinking of many possibilities; thinking and experiencing in various ways and using different point of view ; thinking of new unusual
possibilities; and generating and selecting alternatives
.” Pernyataan Trefingger di atas bermakna bahwa kreativitas adalah cara
berpikir kreatif dalam membuat dan mengkomunikasikan suatu hal yang baru dan bernilai, memikirkan banyak kemungkinan, berpikir dan mengalami berbagai cara
dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda; berpikir tentang kemungkinan baru yang tidak biasa, serta membuat dan menetapkan suatu keputusan.
Lawlis berpendapat 2006: 218 kreativitas merupakan salah satu bagian penting yang harus dikembangkan agar dapat meningkatkan potensi peserta didik,
karena kreativitas merupakan aktivitas dinamis dalam diri manusia yang
2
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
melibatkan proses mental pada alam sadar maupun di bawah sadar. Pada saat kita mengatakan alam bawah sadar tidak mampu melakukan, maka secara sadar
menjadi sebuah pernyataan atas ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya pada saat kita menunjukkan kemampuan dalam melakukan sesuatu
secara sadar maka akan tumbuh keberhargaan diri pada alam bawah sadar dan kembali dalam sikap percaya diri. Kreativitas melibatkan keseluruhan otak.
Seseorang akan bertindak kreatif manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri
yang mengatur kemampuan logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Kreativitas menurut Nurihsan Yusuf 2009 dipengaruhi oleh faktor
internal diri sendiri dan eksternal lingkungan. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri berasal dari kondisi kesehatan, tingkat kecerdasan, dan kondisi
kesehatan mental. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kreativitas adalah penerimaan orang tua atau guru terhadap kondisi anak apa adanya serta
memberi kepercayaan padanya, sikap empati dari orang tua dan guru, cara memupuk sikap dan minat anak, serta sarana dan prasarana yang digunakan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kreativitas ini memiliki hubungan dengan lingkup sosial budaya, karena
kreativitas selalu bersifat relatif dengan kebudayaan. Supriadi, 1994. Hubungan kreatifitas dengan kebudayaan yang bersifat relatif
menciptakan pengaruh pada perbedaan kreativitas pada laki-laki dan perempuan. Abra 1991, Stephens, Karnes Whorton, 2001 menyatakan bahwa kreativitas
3
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
memiliki hubungan yang erat dengan gender, perbedaan ini terjadi karena perempuan dalam masyarakat didoronng untuk menyesuaikan diri, sedangkan
pada anak laki-laki diharapkan menjadi lebih aktif, serta berani mengambil resiko dalam bertindak. Sedangkan faktor lain dari lingkungan yang mempengaruhi
kreativitas adalah tingkat sosial ekonomi, Mangkar 2011 berpendapat bahwa lingkungan yang memfasilitasi perkembangan individu akan sangat memberikan
pengaruh pada kreativitas. Kondisi ini mempengaruhi gaya berpikir, motivasi, sikap, dan minat dimana hal ini merupakan faktor penting pada kreativitas peserta
didik, walaupun hal ini bukan merupakan hal utama yang memberikan pengaruh pada perkembangan kreativitas. Hal utama yang mempengaruhi perkembangan
kreativitas adalah penguatan positif dan motivasi. The World Competitiveness Yearbook 1991 menyebutkan bahwa
Singapura merupakan negara dengan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi persyaratan ekonomi yang
kompetitif, namun demikian di Singapura mengakui saat itu masih mengkritik lulusan dari sistem pendidikannya, hal ini berdasar pada pendapat Hiebert 1996,
Setrisno, 1996, Semiawan, 1997, Rahmadian, 2009 yang menyatakan “ They are
not strong creative and innovative thinking and in dealing with problems that are not well defined
”. Berdasar pada studi yang dilakukan oleh Lee Kyung Hwa tentang
kreativitas peserta didik kelompok bermain di Korea Selatan International Education Journal,
2005, Rahmadian 2009 menyatakan bahwa “ Our societies
4
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
require creative thinking more and more than in the past. Because of social changes, the republic of Korea is paying more attention to the development of
creativity ”. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa saat ini negara-negara maju
seperti Singapura dan Korea sedang menjadikan pengembangan kreativitas menjadi salah satu tujuan utama dalam proses pendidikan. Hal ini senada dengan
pernyataan Carnegie James, 1988 yang menyatakan bahwa pengembangan kreativitas sangat perlu untuk dilakukan pengembangan agar dapat membantu
manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Selain itu menurut Munandar 2002 kreativitas memiliki hubungan yang erat dengan
proses pengaktualisasian diri, dimana pengaktualisasian diri menurut Maslow Alwisol, 2004 adalah salah satu kebutuhan tertinggi manusia.
Sekolah sebagai lingkungan dilakukannya sebuah proses pendidikan berlangsung, kegiatannya cenderung lebih menekankan pada pengembangan
kemampuan berpikir konvergen. Sementara itu kemampuan divergen yang menjadi dasar kemampuan berpikir kreatif masih kurang dikembangkan
Munandar, 1999. Kondisi ini nampak jelas dimana Rahmadian 2009 pada penelitiannya tentang pengembangan kreativitas melalui pendekatan ekologis
menyatakan bahwa saat ini kondisi proses pendidikan di Indonesia masih menunjukkan angka yang rendah dalam pengembangan kreativitas. Kondisi
kurang berkembangnya kreativitas peserta didik terjadi karena kurang optimalnya peran sekolah dalam mendorong kreativitas peserta didik dimana pengembangan
kurikulum, kegiatan belajar di sekolah, dan pelaksanaan evaluasi lebih
5
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menekankan pada aspek kemampuan mengingat dan memahami materi pelajaran serta kemampuan berpikir logis-kritis. Hal ini senada dengan yang diungkapkan
Hakim 2011 dalam website http:www.majalahgontor.co.id berpendapat bahwa pendidikan di Indonesia saat ini cenderung hanya bersifat pengajaran yaitu
mengembangkan kemampuan kognitif seperti pengetahuan, ingatan, penalaran, dan mengabaikan pengembangan karakter anak. Kreativitas yang merupakan
bagian dari karakter juga menjadi bagian yang kurang dikembangkan saat ini. Hal ini membuat kreativitas anak di Indonesia tidak tumbuh dan berkembang dengan
baik. Fenomena ini sangat bertolakbelakang dengan pendapat Torrance 1974: 4 yang menyatakan bahwa pengembangan afektif seperti kemampuan berpikir
kreatif akan membantu seorang anak dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.
Berdasar pada penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas anak saat ini belum dapat berkembang dengan optimal. Kondisi kurang
berkembangnya kreativitas peserta didik dan kurang optimalnya peran sekolah dalam mendorong kreativitas, merupakan sebuah kenyataan yang ditemukan
peneliti di lapangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama studi pendahuluan, didapatkan hasil bahwa peserta didik belum menunjukkan
perilaku dan sikap yang kreatif. Kurang berkembangnya kreativitas peserta didik akan dapat mengakibatkan kegiatan belajar tidak efektif, dan kurangnya
kemampuan siswa dalam menghadapi berbagai tantangan dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di masa kini dan masa depan. Solusi untuk
6
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan usaha pendidikan yang dapat dilakukan melalui pemberian layanan bimbingan yang sistematis dan
terarah. Layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian penting
dalam pelaksanaan pendidikan, mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membina perkembangan peserta didik untuk mampu membantu diri sendiri dalam
memilih dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab sehingga menjadi manusia yang berkembang optimal, produktif dan berbudaya. Prinsip bimbingan
dan konseling adalah “Guidance For All”, artinya individu memiliki hak yang
sama dalam mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal, dan bagaimana pun kondisi individu itu
memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan. Nurihsan Yusuf, 2009: 17.
Usaha dalam pengembangan kreativitas dapat dilakukan dengan menfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan kreativitasnya. Salah satu
usaha yang telah dilakukan Rahmadian 2009 adalah pengembangan kreativitas siswa dengan menggunakan program bimbingan pendekatan ekologis yang
menekankan pada perubahan pengkondisian lingkungan yang dapat menunjang dalam perubahan tingkat kreativitas peserta didik. Program lain yang dipandang
efektif dan dapat digunakan dalam peningkatan kreativitas adalah melalui media permainan. Bredikyte 2011 berpendapat bahwa permainan memiliki fungsi
dalam kegiatan bimbingan yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas
7
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
berfantasi dan berimajinasi dalam meningkatkan kreativitas mereka. Selain itu menurut Dale 2008 dalam jurnalnya menyatakan bahwa kreativitas peserta didik
merupakan hal yang perlu dikembangkan, dimana pengembangannya diperlukan metode yang mendukung, metode yang dapat dilakukan adalah melalui program
bimbingan dengan menggunakan perkembangan teknologi yang dapat menunjang dalam meningkatkan kreativitas siswa. Metode yang dilakukan adalah dengan
permainan yang tingkat kesulitan disesuaikan dengan usia anak. Metode yang dapat digunakan dalam peningkatan kreativitas peserta didik
adalah dengan menggunakan program bimbingan permainan melalui permainan kreasi plastisin. Pengembangan program bimbingan ini berdasar pada konsep clay
therapy. Konsep clay therapy diturunkan berdasarkan pada psikologi humanistik yang memusatkan perhatian pada pengalaman dan keunikan tingkah laku dan
pengaktualisasian diri manusia. Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia yang sehat, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan
dirinya. Alwisol, 2004: 255 Menurut Buchalter 2009 Clay therapy adalah sebuah terapi yang
memanfaatkan media clay yang mendorong konseli untuk dapat mengekspresikan suasana hati dan perasaannya. Eksperimen dengan menggunakan media clay akan
dapat memberikan pengalaman khusus seperti mengenal tekstur clay, mencetak clay dengan menggunakan sentuhan tangan secara langsung, serta membentuk dan
memanipulasi clay. Clay dapat menyediakan cara untuk mengubah bentuk dasar menjadi suatu benda yang spesifik. Pelaksanaan clay therapy dilakukan dengan
8
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
merancang beberapa tema, beberapa contoh tema yang dapat digunakan antara lain adalah buah dan sayuran, binatang, dan desain abstrak. Perancangan tema ini
dilakukan untuk dapat lebih mengarahkan konseli dalam membuat suatu karya berbahan dasar clay.
Plastisin adalah media yang digunakan dalam program ini adalah pengganti clay yang digunakan dalam clay therapy. Clay adalah salah satu media
yang digunakan dalam art therapy dan psikoterapi. Clay therapy digunakan sebagai salah satu teknik dalam proses teraupetik pada terapi pribadi dan
kelompok. Sholt Gavron, 2006, Anderson 1995, Mattes Robbins, 1981. Clay therapy adalah sebuah terapi yang sering digunakan dalam
bimbingan dan konseling anak. White Schaefer Kaduson, 2006 yang menyatakan bahwa media ini dapat digunakan dalam memfasilitasi perkembangan
aspek kognitif dan afektif dalam diri anak. Hal senada juga diungkapkan oleh Kahn 1996 yang menyatakan bahwa clay yang proses pembentukannya
dilakukan dengan menggunakan beberapa tema secara langsung akan memfasilitasi dalam perkembangan kognitif dan afektif anak. Bekerja dengan
menggunakan clay menurut Sholt Gavron 2006 akan dapat memberikan pengalaman terutama pada proses pembentukan sebuah produk. Produk dan
proses akan menjadi suatu hal penting yang harus diperhatikan selama terapi, karena melalui kedua hal inilah para peserta didik dapat dengan bebas
mengekspresikan diri dan melihat bagaimana perkembangan potensi dirinya dalam menuangkan ide kreatifnya dalam menghasilkan suatu produk kreatif. Hal
9
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
penting yang harus dicatat dalam hal ini adalah proses pembuatan produk inilah yang memfasilitasi peserta didik dalam perkembangan kognitif dan afektifnya.
Selanjutnya agar clay therapy dapat lebih meningkatkan kreativitas peserta didik maka teknik ini dikombinasikan dengan suatu teknik pengkreasian. Teknik kreasi
ini merupakan bagian dimana plastisin akan dibentuk dan diberikan warna agar menjadi suatu wahana yang dapat memfasilitasi para peserta didik dalam
menyalurkan ide imajinatif dan kreatifnya dalam menciptakan suatu karya. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengusung judul
“Program Bimbingan melalui Permainan Kreasi Plastisin untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik.” Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012.”
Penelitian ini penting dilakukan mengingat kreativitas adalah suatu jantung inovasi. Tanpa adanya kreativitas maka tidak akan ditemukan inovasi-
inovasi terbaru. Kurangnya kreativitas peserta didik akan dapat memberikan dampak yang negatif dalam usaha untuk meningkatkan kompetensi peserta didik
karena hal ini akan mengakibatkan proses belajar tidak dapat berjalan dengan efektif. Meskipun peserta didik memiliki kemampuan akademik dan kecerdasan
yang tinggi, namun apabila peserta didik tersebut tidak memiliki keinginan untuk dapat menciptakan sesuatu, maka pembelajaran yang dilakukan, dinilai tidak
bernilai dan berfungsi untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang.
10
Aniek Wirastania, 2012 Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 20112012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
B. Batasan dan Rumusan Masalah