132 133
Mengingat kemajemukan warga Jakarta terutama dari aspek sosial ekonomi, maka perlu dibangun sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyediaan
pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Jakarta.
4.3. Isu-isu Lain Yang Patut Dipertimbangkan
4.3.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW 2030, maka salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan
adalah mengoptimalisasikan dan mengoperasionalisasikan pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan infrastruktur dan
pengembangan kawasan.
Dalam pelaksanaannya diperlukan konsistensi dan komitmen dalam penegakan hukum. Untuk itu, diperlukan sinergitas antara pemerintah, masyarakat dengan komunitas pemerhati
penataan ruang yang didukung oleh transparansi informasi terkait penataan ruang.
4.3.2 Peningkatan Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan Masyarakat
Dalam rangka mendukung kinerja DKI Jakarta diperlukan iklim yang kondusif sehingga memungkinkan semua elemen masyarakat dapat terlibat dan berperan serta secara optimal.
Iklim kondusif hanya dapat dicapai bila suasana lingkungan terbebas dari berbagai gangguan keamanan dan konlik sosial yang berkepanjangan. Untuk itu, diperlukan penegakan
hukum, pengendalian ketentraman dan ketertiban yang konsisten sehingga kondisi Jakarta aman, tentram, tertib dan teratur. Selain itu, diperlukan juga strategi dan langkah-langkah
antisipasi mitigasi bencana termasuk potensi terjadinya kebakaran.
Kondisi yang tentram dan tertib dapat dicapai melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui penguatan kelembagaan, sumber daya manusia, infrastruktur dan
tata laksana yang handal.
4.3.3 Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan fenomena alam yang memberikan dampak pada peningkatan kerentanan wilayah Jakarta yang merupakan kota delta dengan kondisi topograi berupa
dataran rendah dan pesisir. Selain itu, perubahan iklim akan meningkatkan potensi dan kemungkinan terjadinya kejadian-kejadian iklim ekstrim dan bencana hidrometrologis
seperti banjir rob. Dampak lain dari perubahan iklim juga akan mempengaruhi kondisi kehidupan masyarakat miskin perkotaan terutama yang tinggal di kawasan pesisir.
Untuk itu, diperlukan upaya-upaya adaptasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim. Dalam mewujudkan hal ini dilakukan melalui
peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana meliputi peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat, pengembangan data
dan informasi terkait dengan kondisi iklim dan rancang ulang seluruh aspek-aspek program pembangunan sehingga bersifat adaptif dan responsif terhadap perubahan iklim.
4.3.4 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pembangunan DKI Jakarta harus memperhatikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam jangka menengah, pembangunan harus menempatkan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai kriteria utama mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pembangunan yang berwawasan lingkungan meliputi aspek
pengendalian pencemaran lingkungan persampahan, pengelolaan air limbah dan penanganan polusi udara serta perlindungan kawasan lindung dan konservasi.
Isu penanganan sampah di DKI Jakarta meliputi: 1 Tingginya timbunan sampah sehingga menuntut ketersediaan prasarana dan sarana serta biaya manajemen operasional yang
tinggi; 2 Sulitnya mencari lahan untuk fasilitas pengelolaan sampah TPS, ITF, TPST di wilayah Jakarta dikarenakan resistensi masyarakat, serta; 3 Kesadaran masyarakat dalam
membuang sampah masih rendah sehingga sampah dibuang ke saluran drainase, sungai, jalan dan sebagainya.
Sedangkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan eisiensi dan efektivitas penanganan sampah di DKI Jakarta antara lain : 1 Pemberlakuan kewajiban 3R dan
pemilahan sampah di semua sumber sampah; 2 Penguatan kelembagaan sampah di tingkat RTRW dengan meningkatkan peran Lurah dan Camat; 3 Penerapan sistem pengangkutan
sampah secara terpilah; 4 Pemberlakuan jadwal dan titik pengumpulan sampah di sumber sebelum dibawa ke TPS atau TPST; 5 Penambahan ruang lingkup pekerjaan “Swastanisasi
Kebersihan”; 6 Pemilihan teknologi ITF agar semaksimal mungkin mengakomodasi ‘recovery’ sumber daya sampah; 7 Pemberlakuan kewajiban bagi produsen untuk mengambil dan
mengolah sampah produknya dan kewajiban bagi penjual toko untuk menyediakan tempat pengumpulan sampah produk yang dijualnya, serta; 8 Pengenaan tarifretribusi
bagi semua penghasil sampah produsen dan konsumen berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkandibuang.
4.3.5 Penguatan Ketahanan Pangan