Hardiness Penderita Diabates Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum

emotional intelligence berhubungan dengan stres, sedangkan sisanya 78,6 dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap pada penelitian ini.

4.9 Pembahasan

4.9.1 Hardiness Penderita Diabates Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa Hardiness adalah karakterisitik kepribadian yang mempunyai daya tahan terhadap kejadian-kejadian menekan dan mengancam yang menimbulkan stres yang ditandai dengan tingginya tingkat kontrol, komitmen, dan tantangan. Hardiness dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala hardiness, semakin tinggi skor yang diperoleh maka menunjukkan semakin tinggi hardiness yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan semakin rendah pula hardiness yang dimiliki subjek. Secara umum dapat dilihat bahwa gambaran hardiness penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa tergolong pada kategori sedang dengan persentase 63,4, sedangkan sisanya tergolong pada kategori tinggi dengan persentase 31,7 dan sebesar 4,9 tergolong pada kategori rendah. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa memiliki karakteristik kepribadian yang mempunyai daya tahan terhadap kejadian – kejadian yang menekan dan mengancam yang menimbulkan stres. Hardiness penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa yang tergolong sedang dikarenakan faktor pengalaman menderita penyakit diabates mellitus. Kebanyakan subjek sudah menderita penyakit diabetes mellitus tipe II lebih dari satu tahun sehingga sudah lebih terbiasa dengan keadaan dalam menghadapi segala hal yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus tipe II yang dideritanya. Faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah faktor usia penderita diabetes mellitus tipe II yang sudah memasuki dewasa tua dan usia madya, dimana pada usia tersebut individu telah mencapai perkembangan kepribadian yang matang. Variabel hardiness terdiri dari tiga aspek yang mendukungnya yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan. Aspek komitmen ditunjukkan dengan tingginya kepercayaan individu kepada kemampuan diri sendiri dan kepada apa yang dilakukannya Bishop 1994: 168. Berdasarkan hasil kriteria penggolongan aspek komitmen, penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa tergolong sedang. Hal ini menunjukkan meskipun penderita diabetes mellitus tipe II menderita penyakit yang tergolong berat, namun mereka cukup kuat dan tidak mudah menyerah pada tekanan sehingga keadaan menekan yang timbul akibat penyakit diabetes mellitus tipe II yang dideritanya dapat diatasi dengan baik. Aspek kontrol adalah kecenderungan untuk menerima dan percaya bahwa individu dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian dengan pengalamannya ketika berhadapan dengan hal – hal yang tidak terduga Sarafino 1998: 110. Berdasarkan hasil kriteria penggolongan aspek kontrol, penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum daerah Ambarawa tergolong tinggi. Hal ini berarti bahwa penderita diabetes mellitus tipe II optimis dalam dalam menghadapi masalah – masalah. Masalah – masalah yang timbul terutama akibat penyakit diabetes mellitus tipe II yang diderita, dapat diatasi dengan baik oleh penderita diabetes mellitus tipe II. Penderita diabetes mellitus tipe II dengan kontrol yang tinggi juga berarti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menerima dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian dengan pengalamannya ketika berhadapan dengan hal – hal tidak terduga Sarafino 1998: 110. Aspek tantangan diartikan sebagai kecenderungan untuk memandang suatu perubahan sebagai insentif atau peluang untuk tumbuh dan bukan ancaman terhadap keamanan Sarafino 1998: 110. Berdasarkan hasil kriteria penggolongan aspek tantangan, penderita diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus tipe II adalah orang – orang yang dinamis dan memiliki kemampuan dan keinginan untuk maju yang cukup kuat, menemukan cara yang lebih mudah untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan yang menimbulkan stres dan menganggap stres bukan suatu hambatan. Penderita diabetes mellitus tipe II yang memiliki tantangan yang cukup baik akan memudahkan penderita diabetes mellitus tipe II menemukan cara mengatasi stres dan cepat bangkit dari keadaan tertekan. Hal ini dirasa sangat baik karena jika penderita diabetes mellitus tipe II tetap berada dalam keadaan menekan akan membuat penyakit yang dideritanya tambah parah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brannon dan Feist yang mengatakan bahwa penderita penyakit kronis cenderung menunjukkan ekspresi emosi yang bersifat negatif berkenaan dengan kondisi sakitnya Satiadarma 2002: 7. Hasil perhitungan mean empiris menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada aspek kontrol paling tinggi dengan mean empiris sebesar 2,91. Hal tersebut berarti bahwa subjek dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian dengan pengalaman yang dimilikinya ketika berhadapan dengan kejadian – kejadian yang tidak terduga. Hal ini juga berarti bahwa subjek optimis dalam menghadapi masalah – masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Aspek komitmen memiliki mean empiris yang sedang yaitu sebesar 2,83. Hal ini berarti subjek cukup kuat dan tidak mudah menyerah terhadap masalah – masalah dan kejadian – kejadian yang menekan. Sedangkan aspek tantangan paling rendah dengan nilai mean empiris sebesar 2,64, hal ini berarti subjek memandang suatu perubahan dalam hidupanya sebagai ancaman terhadap keamanan dirinya sendiri, buka sebagai kesempatan untuk tumbuh.

4.9.2 Emotional Intelligence Penderita Diabates Mellitus Tipe II di Rumah