Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan Penambahan Investasi Pada Aktivitas Penyediaan Sarana Penangkapan Ikan Pada KUD Minasari Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

Tabel 9. Hasil Analisis Finansial Niaga Barang Pada KUD Minasari Tahun 2005 No. Kriteria Investasi Hasil Perhitungan 1. NPV Rp 251.705.100,00 2. Net BC 2,14 3. IRR 25,80 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 11, Tahun 2005 Analisis finansial dilakukan untuk mendapatkan nilai Net Present Value NPV, Net Benefit-Cost Ratio BC dan Internal Rate of Return IRR. Nilai- nilai ini diperoleh dengan membandingkan manfaat dan biaya. Nilai NPV diperoleh dari hasil kumulatif manfaat bersih setelah didiskonto selama umur proyek. Nilai Net BC diperoleh dari pembagian antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai IRR diperoleh dengan coba-coba trial and error. Secara lengkap hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9. Dari hasil perhitungan dengan tingkat diskonto 17,5 pertahun berdasarkan bank Bukopin Pangandaran, diperoleh NPV usaha Niaga Barang PSPI sebesar Rp 251.705.100,00. Hal ini berarti bahwa investasi yang ditanam selama 10 tahun yang akan datang akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 251.705.100,00. Berdasarkan kriteria investasi maka usaha jasa ini layak untuk dijalankan. Nilai Net BC sebesar 2,14, nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 investasi bersih yang dikeluarkan pada tahun ke-10 akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 2,14. Berdasarkan kriteria investasi usaha jasa ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR diperoleh sebesar 25,80, menunjukkan bahwa usaha jasa ini layak dan mampu mengembalikan modal dalam tingkat suku bunga 25,80 per tahun. Dari ketiga kriteria investasi pada Tabel 9, maka usaha Niaga Barang PSPI KUD Minasari Pangandaran ini masih layak dilaksanakan dengan penambahan investasi.

5.9 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan switching value sampai menemukan nilai persentase, yang besarnya peningkatan tersebut membuat usaha menjadi tidak layak terhadap perubahan harga atas dasar perhitungan Cash Flow dengan asumsi-asumsi dasar. Untuk itu dalam pembahasan analisis sensitivitas ini dibuat dua skenario yang terjadi dalam usaha Niaga Barang PSPI KUD Minasari. Skenario-skenario tersebut adalah : a. Apabila terjadi penurunan volume penjualan Bahan Alat Perikanan BAP sebesar 26. Persentase ini di dapat dari penurunan volume penjualan BAP terbesar dari periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 di unit usaha Niaga Barang. b. Apabila terjadi penurunan volume penjualan bahan konstruksi kapal sebesar 20. c. Apabila terjadi penurunan volume penjualan suku cadang mesin sebesar 36. d. Apabila terjadi penurunan volume penjualan barang kelontong sebesar 36. e. Apabila terjadi penurunan volume penjualan BBM dan pelumas, sebesar 41. Tabel 10. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Niaga Barang Pada KUD Minasari di Pangandaran tahun 2005 Kriteria Investasi Dasar Penurunan Volume Penjualan BAP Sebesar 26 Penurunan Volume Penjualan Bahan Konstruksi Kapal Sebesar 20 NPV Rp 251.705.100,00 35.465.840,45 188.940.428,20 Net BC 2,14 2,11 4,01 IRR 25,80 25,70 35,30 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 12 dan 13, Tahun 2005 Dari Tabel 10 di atas setelah terjadi penurunan volume penjualan BAP sebesar 26, dan penurunan volume penjualan untuk bahan konstruksi kapal sebesar 20 pada tahun pertama, maka akan merubah nilai NPV, Net BC dan IRR. NPV Niaga Barang akibat penurunan volume penjualan BAP menjadi Rp 35.465.840,45. Net BC berubah menjadi 2,11 yang artinya setiap Rp 1,00 investasi bersih yang dikeluarkan pada tahun ke-10 akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 2,11 dan IRR menjadi 25,70. Untuk penurunan volume penjualan pada bahan konstruksi kapal sebesar 20, NPV sebesar Rp 188.940.428,20, Net BC sebesar 4,01, dan IRR sebesar 35,30. Dari analisis sensitivitas di atas, maka usaha Niaga barang ini layak di jalankan dengan adanya penurunan volume penjualan pada BAP dan bahan konstruksi. Tabel 11. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Niaga Barang Pada KUD Minasari di Pangandaran tahun 2005 Kriteria Investasi Dasar Penurunan Volume Penjualan Suku Cadang Mesin 36 Penurunan Volume Penjualan Barang Kelontong 36 NPV Rp 251.705.100,00 120.155.685,30 59.401.435,45 Net BC 2,14 3,11 5,45 IRR 25,80 28,3 27,8 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 12 dan 13, Tahun 2005 Berdasarkan kriteria kelayakan investasi pada Tabel 11, maka usaha dengan sensitivitas penurunan volume penjualan suku cadang sebesar 36, dan penurunan volume penjualan barang kelontong sebesar 36 ini layak untuk dijalankan atau dilaksanakan dengan penambahan investasi. Ini terlihat pada nilai-nilai atau hasil dari kriteria investasi pada Tabel 11. NPV untuk penurunan volume penjualan suku cadang mesin, yaitu bernilai positif + atau NPV0, Net BC1, dan IRR tingkat diskonto yang berlaku di Kecamatan Pangandaran. Tabel 12. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Niaga Barang Pada KUD Minasari di Pangandaran tahun 2005 Kriteria Investasi Dasar Penurunan Volume Penjualan BBM sebesar 41 NPV Rp 251.705.100,00 - 85.504.060,20 Net BC 2,14 0,42 IRR 25,80 12,36 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 12 dan 13, Tahun 2005 Berdasarkan Tabel 12 dengan adanya penurunan volume penjualan BBM sebesar 41, dinyatakan tidak layak untuk di jalankan. Ini terlihat nilai NPV bernilai negatif - atau NPV 0, Net BC 0, dan IRR tingkat diskonto yang berlaku di Kecamatan Pangandaran. Ketidaklayakan ini terjadi karena semakin mahalnya harga beli BBM, maka akan semakin berkurangnya pembelian BBM ke Niaga Barang PSPI KUD Minasari. Walaupun BBM ini merupakan sesuatu yang paling dibutuhkan bagi nelayan untuk melaut, tetapi tetap saja pada kenyataannya sudah banyak sekali nelayan yang tidak melaut. Karena biaya operasional untuk melaut semakin membengkak. Sedangkan pendapatan nelayan yang sering tidak sebanding dengan biaya operasionalnya. Dengan kondisi yang faktual ini, buktinya sudah banyak juga nelayan Pangandaran pindah profesi atau pindah mata pencaharian menjadi berkecimpung dalam hal perdagangan dan pariwisata. Perdagangan seperti menjual pernak-pernik hasil laut di kios-kios yang tersebar di Pantai Barat dan Timur Pangandaran, dan juga menjual hasil olahan ikan yang ditangkap oleh nelayan, dan sebagainya. Untuk pariwisata, banyak nelayan yang menjadi guide turis dan banyak juga perahu yang digunakan untuk rekreasi di objek wisata sekitar Pantai Pangandaran. Karena di Pangandaran sektor yang menguntungkan selain menjadi nelayan yaitu dalam hal- hal tersebut. Karena tanpa adanya mata pencaharian itu, Pangandaran tidak akan berkembang menjadi sektor pariwisata yang maju dan berkembang. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan