1 Alkaloida
- -
2 Flavonoida
+ +
3 Saponin
+ +
4 Tanin
+ +
5 Glikosida
+ +
6 SteroidTriterpenoid
+ +
4.2 Pengujian Efek Antidiare
Sebelum dilakukan percobaan, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam dengan tetap diberi minum untuk mengosongkan usus agar mempermudah
proses absorpsi pada saluran cerna dan mempermudah dalam pengukuran lintasan marker norit pada usus tikus. Tikus yang digunakan dalam pengujian memiliki
berat badan 150-200 g. Tikus jantan wistar dengan berat badan 150-200 g termasuk rentang berat badan tikus dewasa Dare, et al., 2012.
Suspensi norit digunakan sebagai marker dalam pengukuran metode transit intestinal. Norit yang digunakan tidak diaktifkan sehingga bersifat inert. Oleum
ricini digunakan sebagai penginduksi diare pada hewan uji karena mengandung trigliserida dari asam risinoleat yang dihidrolisis dalam usus oleh enzim lipase
pankreas menjadi asam risinoleat, dimana zat ini bekerja menghambat absorpsi cairan dan elektrolit serta meningkatkan motilitas usus Lembo dan Camilleri,
2003. Volume pemberian oleum ricini pada tikus dewasa sebagai penginduksi adalah 10 mlkg p.o Balamurugan, et al., 2013.
Loperamid digunakan sebagai pembanding karena bekerja memperlambat motilitas intestinal dan tidak menembus ke dalam sawar otak sehingga tidak
menyebabkan ketergantungan Neal, 2006. Dosis lazim loperamid untuk dewasa adalah 2-4 mg per hari, maksimum 16 mg per hari. Dosis yang digunakan dalam
pengujian adalah 6-8 mg yang kemudian dikonversikan sehingga dosis suspensi
Universitas Sumatera Utara
loperamid yang diberikan pada tikus dewasa 150-200 g adalah 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg yang dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 69.
Semua perlakuan diberikan secara oral. Tikus dikelompokkan menjadi 8 kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok I diberi suspensi
norit 1 ml, kelompok II diberi oleum ricini 10 mlkgbb dan suspensi norit 1 ml, kelompok III, IV, V diberi suspensi EEKPK masing-masing dosis 25 mg, 30 mg,
dan 35 mg. Kelompok VI, VII, dan VIII diberi suspensi loperamid masing-masing dosis 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg.
Hasil uji efek antidiare dari ekstrak etanol kulit pisang kepok pada tikus dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah, yang menunjukkan perbandingan
persentase lintasan norit pada usus tikus kondisi normal, diare yang diinduksi oleum ricini 10mlkgbb dan kondisi diare yang diberi suspensi loperamid
dosis 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg serta kondisi diare yang diberi suspensi EEKPK dosis 25 mg,30 mg, dan 35 mg.
Pada pemberian suspensi norit sebanyak 1ml, diperoleh persen lintasan marker norit 76,01 ± 2,59 yang menggambarkan kondisi normal usus tikus tanpa
induksi oleum ricini. Pemberian oleum ricini 10mlkgbb dan suspensi norit 51ml diperoleh persen lintasan marker norit 92,67 ± 3,64 yang menggambarkan
kondisi diare. Namun pada pemberian suspensi EEKPK dengan dosis 25mg, 30mg, dan 35 mg pada tikus dewasa yang dikondisikan diare dengan diinduksi
oleum ricini 10mlkgbb, menunjukkan penurunan lintasan marker norit, yaitu pada dosis 25 mg 89,03 ± 2,69, dosis 30 mg 78,32 ± 3,15, dosis 35 mg 38,81
± 3,11. Suspensi EEKPKdosis 35 mg memiliki persen lintasan marker norit yang paling rendah bila dibandingkan dosis 25 mg dan 30 mg. Hal ini menunjukkan
suspensi EEKPK dosis 35 mg memiliki efek antidiare yang paling kuat bila
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dosis 25 mg dan 30 mg. Sedangkan pemberian suspensi loperamid dosis 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg pada tikus dewasa yang dikondisikan
diare dengan diinduksi oleum ricini 10mlkgbb, juga menunjukkan penurunan lintasan marker norit, yaitu pada dosis 0,108 mg 52,48 ± 2,79, dosis 0,126 mg
42,11 ± 3,30, dosis 0,144 mg 36,05 ± 2,44.Data hasil di atas dapat dilihat pada Tabel4.4.
Tabel4.4
Kelompok Perlakuan
Persentase lintasan norit
±SE I
Suspensi norit 1 ml 76,01 ± 2,59
II Ol ricini 10 mlkgbb + suspensi norit 1ml
92,67 ± 3,64 III
EEKPK dosis 25 mg 89,03 ± 2,69
IV EEKPK dosis 30 mg
78,32 ± 3,15 V
EEKPK dosis 35 mg 38,81 ± 3,11
VI Loperamid dosis 0,108 mg
52,48 ± 2,79 VII
Loperamid dosis 0,126 mg 42,11 ± 3,30
VIII Loperamid dosis 0,144 mg
36,05 ± 2,44 Keterangan : Ol ricini = Oleum ricini
EEKPK = Ekstrak etanol kulit pisang kepok Hasil orientasi yang dilakukan pada tikus dewasa dengan diberi suspensi
ekstrak etanol kulit pisang kepok dosis 25 mg, 30 mg, dan 35 mg memberikan efek antidiare. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya dosis
EEKPKmaka persen lintasan marker norit semakin rendah. Pada dosis 25 mg memberikan efek antidiare yang paling lemah diikuti dengan dosis 30 mg
sedangkan dosis 35 mg memberikan efek antidiare yang paling kuat dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Persentase lintasan marker norit pada usus tikus kondisi normal, diare yang diinduksi dengan oleum ricini 10mlkgbb dan diberi suspensi
loperamid 0,009, suspensi EEKPK 5.
Universitas Sumatera Utara
Grafik persentase perubahan lintasan marker norit pada usus tikus kondisi normal, diare yang diinduksi dengan oleum ricini 10 mlkgbb
dan diberi suspensi EEKPK 5 dosis 25 mg, 30 mg, dan 35 mg.
Gambar 4.2
Grafik persentase perubahan lintasan marker norit pada usus tikus kondisi normal, diare yang diinduksi dengan oleum ricini
10 mlkgbb dan diberi suspensi loperamid dosis 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg
Gambar4.1
Pembanding yang digunakan dalam pengujian adalah suspensi loperamid
dengan dosis 0,108 mg, 0,126 mg, dan 0,144 mg. Hasil yang diperoleh bahwa semakin meningkatnya dosis loperamid maka persen lintasan merker norit
semakin rendah sehingga pada dosis 0,144 mg memberikan efek antidiare yang paling kuat. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Hasil persentase lintasan marker norit pada kelompok yang diberi ekstrak dibandingkan dengan kelompok yang diberi loperamid dalam bentuk grafik pada
Gambar 4.3.
20 40
60 80
100
Suspensi Ol.ricini 10mlkgbb
EEKPK5 EEKPK5
30 mg EEKPK5
35 mg
Kelompok Perlakuan entase pe
ruba ha
n li
ntasan m
ar ke
pa da
us us
t ikus
.
Universitas Sumatera Utara
Grafik persentase perubahan lintasan marker norit pada usus tikus kondisi diare yang diinduksi dengan oleum ricini10mlkgbb dan
diberi suspensi EEKPK dosis 25 mg, 30 mg, dan 35 mg dan kondisi diare yang diberi suspensi loperamid 0,009 dosis 0,108 mg, 0,126
mg, dan 0,144 mg.
Gambar 4.3
Berdasarkan hasil analisis statistik, suspensi EEKPK dosis 35 mg tidak berbeda signifikan dengan suspensi loperamid dosis 0,126 mg dan 0,144 mg
namun berbeda signifikan dengan suspensi loperamid dosis 0,108 mg dan suspensi EEKPK dosis 25mg dan 30mg.
Hasil pengujian aktivitas antidiare kemudian dianalisa dengan uji perbedaan rata-rata antar kelompok Uji ANOVA dan hasil analisis data dilanjutkan uji
Duncan, terlihat pada Tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.5 Hasil uji beda rata-rata antar kelompok uji ANOVA
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups
19100.128 7
2728.590 60.852
.000 Within Groups
1434.881 32
44.840 Total
20535.009 39
Berdasarkan hasil analisa statistik pada Tabel 4.5 diperoleh F hitung untuk persentase lintasan marker norit 60,852 F Tabel 2,313 menunjukkan
hubungan yang bermakna P 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan
Universitas Sumatera Utara
antar perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil uji Duncan
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Loperamid 0,144 mg
5 36.0540
EEKPK 35 mg 5
38.8120 Loperamid 0,126 mg
5 42.1140
Loperamid 0,108mg 5
52.4840 Susp norit 5 1 ml
5 76.0120
EEKPK 30 mg 5
78.3280 EEKPK 25 mg
5 89.0320
Ol Ricini - susp norit 5
92.6720 Sig.
.186 1.000
.588 .396
Pada Tabel 4.6 tampak bahwa persen lintasan marker norit yang dihasilkan suspensi EEKPK dosis 35 mg tidak berbeda signifikan dengan suspensi loperamid
dosis 0,144 mg dan 0,126 mg namun berbeda signifikan dengan suspensi loperamid dosis 0,108 mg dan suspensi EEKPK dosis 25 mg dan 30 mg.
Pada persen lintasan marker norit yang dihasilkan suspensi norit 5 1ml tidak berbeda signifikan dengan suspensi EEKPK dosis 30 mg. Hasil persen
lintasan marker pada suspensi norit ini menggambarkan keadaan normal tikus tanpa diinduksi oleum ricini. Sedangkan persen lintasan marker norit pada
suspensi EEKPK dosis 30 mg menggambarkan kembalinya dari keadaan diare ke keadaan normal tikus setelah diinduksi diare dengan oleum ricini. Hal ini
menunjukkan suspensi EEKPK dosis 30 mg dapat menghambat diare sehingga kembali ke keadaan normal.
Universitas Sumatera Utara
Pada persen lintasan marker norit yang dihasilkan suspensi EEKPK dosis 25 mg tidak berbeda signifikan dengan kondisi diare yang diinduksi oleum ricini. Hal
ini menunjukkan suspensi EEKPK dosis 25 mg belum efektif menghambat diare akibat oleum ricini.
Hasil uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan dosis suspensi EEKPK dan suspensi loperamid menunjukkan peningkatan efek sebagai
antidiare. Suspensi EEKPK dosis 35 mg memiliki efek antidiare karena tidak berbeda signifikan dengan suspensi loperamid dosis 0,126 mg dan 0,144 mg.
Suspensi EEKPK dosis 30 mg juga memberikan efek antidiare karena tidak berbeda signifikan dengan suspensi norit 5 yang menggambarkan kembalinya
dari keadaan diare ke keadaan normal. Suspensi loperamid dosis 0,126 mg dan 0,144 mg, yang efek antidiarenya tidak berbeda signifikan dengan suspensi
EEKPK dosis 35 mg, apabila dikonversikan ke dosis manusia dewasa adalah 7-8 mg sedangkan dosis lazim loperamid untuk kasus diare akut dan kronik umunya
adalah adalah 2-4 mg per hari, sehingga suspensi EEKPK dosis 30 mg lebih efektif digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Hasil karakterisasi serbuk simplisia kulit pisang kepok diperoleh kadar air 7,98, kadar sari larut dalam air 12,49, kadar sari larut dalam etanol
6,75,kadar abu total 6,43 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,90. Sedangkan hasil karakterisasi ekstrak etanol kulit pisang kepok
diperoleh kadar air 3,98,kadar abu total 6,38 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,92.
2. Ekstrak etanol kulit pisang kepok mempunyai efek sebagai antidiare yang
diberikan pada tikus putih jantan dewasa yang diinduksi dengan oleum ricinimenggunakan metode lintasan usus halus.
3. Pemberian suspensi ekstrak etanol kulit pisang kepok5 dengan dosis 30
mg pada tikus putih jantan dewasa menunjukkan efek antidiare yang efektif karena tidak berbeda nyata dengan suspensi norit 5 1 ml yang
menunjukkan kondisi normal pada uji beda rata-rata Duncan P 0,05.
5.2 Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi dan menetapkan kadar senyawa aktif tanin dalam kulit buah pisang kepok yang berkhasiat sebagai
antidiare.
Universitas Sumatera Utara