Pembuatan kurva baku quercetin

data hasil kromatografi dari ekstrak Temu Ireng diketahui bahwa kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging ini menunjukkan senyawa yang terdapat dalam persentase jumlah yang cukup banyak dibanding senyawa lain, yaitu senyawa peak 40, 44, 49, 50, 59, 66, 74, 75, 77, dan 82. Penelusuran literatur yang dilakukan belum mendapatkan informasi mengenai aktivitas penghambatan MMP-1 dan aktivitas penghambatan pembentukan prokolagen tipe I dari senyawa ini. Hasil penelusuran literatur hanya memperoleh informasi mengenai aktivitas antioksidan senyawa peak 44, 50, dan 59. Senyawa peak 59 memiliki waktu retensi 29.977 menit dengan kandungan 6.19 yang diperkirakan sebagai senyawa elemene Lampiran 17, Gambar 23. Minyak atsiri daun Temu Ireng mengandung 3.3 senyawa ini Jirovetz et al. 2000. Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan Mao et al. 2012, namun penelusuran literatur belum mendapatkan informasi mengenai aktivitas penghambatan MMP-1 dan aktivitas penghambatan pembentukan prokolagen tipe I dari senyawa ini. Senyawa peak 44 dan peak 50 dengan waktu retensi 27.607 dan 28.432 menit, kedua senyawa ini adalah Curcumol. Total senyawa Curcumol yang terdeteksi pada Ekstrak Temu Ireng ialah sebanyak 9.86. Curcumol merupakan sesquiterpenoid hemiketal tipe guaiane. Minyak atsiri daun Temu Ireng mengandung 4.3 senyawa ini Jirovetz et al. 2000. Curcumol merupakan salah satu komponen utama pada minyak atsiri Curcuma yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan, dan memiliki efek toksisitas yang lemah Luo et al. 2010; Wang et al. 2012. Keberadaan senyawa Curcumol dapat digunakan sebagai salah satu informasi penting untuk menentukan ekstrak etanol rimpang Temu Ireng pada analisis dengan GCMS pirolisis. Kromatogram hasil kromatografi dari esktrak Ki Urat ini menunjukkan bahwa senyawa peak 4 dan 66 merupakan senyawa yang terdapat dalam persentase jumlah yang cukup banyak dibanding senyawa lain. Peak 4 dirujuk sebagai senyawa 1-Propen-2-ol , sedangkan peak 66 dirujuk sebagai senyawa Neophytadiene Lampiran 18, Gambar 31 dan 32. Hasil penelusuran literatur belum menemukan informasi tentang aktivitas penghambatan MMP-1 maupun aktivitas antioksidan dari kedua senyawa tersebut. Keberadaan 1-Propen-2-ol dan Neophytadiene disarankan sebagai salah satu informasi untuk menentukan ekstrak etanol daun Ki Urat pada analisis dengan GCMS pirolisis. Hal ini dikarenakan senyawa 1-Propen-2-ol dan Neophytadiene merupakan senyawa dominan yang terdapat dalam ekstrak etanol daun Ki Urat berdasarkan analisis GCMS pirolisis. Karakterisasi metabolit sekunder bukan hanya penting bagi kegiatan eksperimen tetapi juga merupakan bagian penting dari pengembangan prosedur kendali mutu. Kendali mutu Quality Control merupakan istilah yang mengacu pada proses yang terlibat dalam menjaga kualitas dan validitas dari sebuah produk. Kendali mutu untuk mengkarakterisasi dan menentukan zat aktif merupakan tahap penting dalam penelitian dan pengembangan produk alami. Prosedur dan hasil kendali mutu ini dapat digunakan sebagai acuan kualitas oleh industri Yu et al. 2011; Kumar et al. 2012; Vijayalakshmi dan Ravindhran 2012. Hasil karakterisasi metabolit sekunder terhadap ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat dapat dijadikan baku mutu untuk kedua ekstrak tersebut.