Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru

33 Menurut Goleman 2015: 56-57, empati merupakan kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional dan merupakan keterampilan bergaul. Guru yang memiliki empati yang baik akan lebih mampu peka pada hal sosial yang tersembunyi, tetapi mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Berkaitan dengan keterampilan sosial atau membina hubungan dengan orang lain, menurut Goleman merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. keterampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Guru yang baik dalam keterampilan ini akan sukses dalam kinerjanya, terutama yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, komponen kecerdasan emosional guru ada lima. Kelima komponen tersebut yaitu: 1 mengenali emosi diri kesadaran diri; 2 mengelola emosi pengelolaan diri; 3 memotivasi diri sendiri motivasi; 4 mengenali emosi orang lain empati; dan 5 membina hubungan dengan orang lain kesadaran sosial. Kemudian, pada masing-masing komponen kecerdasan emosional tersebut, memiliki aspek atau indikator tersendiri.

2.1.5 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru

Menurut Rachmawati dan Abdullah 2013:16, kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kemampuan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar siswa. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila hasil yang dicapai pada setiap kemampuan baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, 34 maupun penilaian hasil belajar siswa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Rachmawati dan Abdullah 2013:19-20, kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu. Kepribadian tersebut yang akan menentukan apakah menjadi pendidik dan pembina yang baik atau tidak, sehingga menjadi faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Oleh karena itu, semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Menurut Goleman 1998 dalam Efendi 2005:191- 192, sikap etik dasar dalam kehidupan baik guru maupun profesi lainnya berasal dari kecerdasan emosional. Selain itu, Goleman 1998 dalam Efendi 2005:183, kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama. Kecakapan tersebut berupa kemampuan yang secara mendalam dapat mempengaruhi semua kemampuan lainnya. Komponen yang termasuk ke dalam kemampuan yang ada di dalam kecerdasan emosional yaitu: 1 kesadaran diri; 2 pengendalian diri; 3 motivasi; 4 empati; dan 5 membina hubungan baik dengan orang lain. Menurut Goleman 1998 dalam Efendi 2005: 183,“kecerdasan emosi merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam mempengaruhi kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat kemampuan- kemampuan i tu”. Hal tersebut telah dibuktikan melalui kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum 2013 dengan judul Pengaruh Kecerdasan Kinerja, Emosional, dan Spiritual terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Surabaya. 35 Penelitian tersebut menyatakan secara empirik bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja guru SMP Negeri Surabaya. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan tersebut, aspek-aspek kecerdasan emosi terdiri dari lima komponen. Lima komponen tersebut terdiri dari kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi, dan berhubungan baik dengan orang lain memiliki pengaruh terhadap pengembangan kinerja guru.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini: Saptoto 2010 melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: “terdapat korelasi antara EI dengan Kemampuan Coping Adaptif”. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: 1 Menggunakan dua variabel. 2 Menjadikan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. 3 Jenis rumusan masalah yang digunakan yaitu asosiatif. 4 Analisis statistik yang digunakan melalui uji korelasi sederhana. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: 1 Variabel terikat dalam penelitian tersebut yaitu Kemampuan Coping Adaptif, sedangkan dalam penelitian ini yaitu kinerja. 2 Penelitian tersebut hanya sampai pada uji korelasi sederhana karena rumusan masalah hanya mencari ada tidaknya hubungan, sedangkan dalam penelitian ini setelah melakukan uji korelasi dilanjutkan dengan uji regresi. 3 Hipotesis penelitian yang terbentuk dalam penelitian tersebut yaitu