Latar Belakang Hubungan Jumlah Paritas dengan Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20 dari wanita pada usia reproduktif mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik Drife et al, 2004. Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid Saifuddin et al, 2005. Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat Benson et al, 2009. Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen terjadinya mioma uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita berkulit putih, Hispanik dan wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75 histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit hitam. Simptom mayor yang berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang dihasilkan oleh mioma yang berukuran besar Speroff et al, 2005. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 hingga 11,7 pada semua penderita ginekologi yang dirawat Saifuddin et al, 2005. Universitas Sumatera Utara Mioma uteri kelihatan pada kurang lebih 1 hingga 2 wanita hamil yang didiagnosis oleh ultrasonografi. Risiko mioma berkurang dengan meningkatnya paritas dan dengan meningkatnya usia pada kelahiran terakhir. Wanita dengan sekurang-kurangnya mengalami dua kehamilan cukup bulan mempunyai separuh dari resiko mioma. Pengurangan resiko mioma uteri berasosiasi dengan faktor kurangnya kadar estrogen, bentuk badan yang kurus, merokok dan sering berolahraga Speroff et al, 2005. Mioma uteri muncul sebagai kelainan tunggal pada 2 hingga 10 pasien infertilitas. Penyebabnya kurang jelas namun tindakan terapi miomektomi dapat diusulkan pada infertilitas jangka panjang tanpa penyebab lain yang jelas. Kemungkinan abortus lebih sering terjadi dua hingga tiga kali terhadap pasien-pasien dengan mioma uteri. Jika mioma uteri merupakan satu-satunya kelainan terjadinya keguguran berulang, maka miomektomi merupakan pilihan pertama. Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan sebesar 40 hingga 50 Benson et al, 2009. Mioma uteri paling sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma Saifuddin et al, 2005. Berdasarkan uraian di atas, mioma uteri sering terjadi pada wanita usia reproduktif dengan jumlah paritas yang rendah atau nullipara. Masyarakat sekarang lebih edukasi berbanding masyarakat terdahulu, yang mementingkan keluarga berencana menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri.

1.2. Rumusan Masalah