Studi Kasus Pendidikan Agama Islam 1 Kelas 7 Siti Nuryaningsih dan Noor Imanah 2011

Pendidikan Agama Islam VII 52

C. Studi Kasus

Makruf adalah siswa kelas VII di MTs Nurul Jauhar Surakarta. Ia dikenal sangat cerdas dan tekun. Dapat ditebak, ia pun menjadi siswa berprestasi di kelasnya. Ia selalu berbangga hati ketika tantangan- tantangan dari setiap mata pelajaran di kelas dapat diselesaikannya dengan sempurna. Ia sangat yakin, tak ada yang melebihi kehebatannya di kelas. Makruf pun menjelma menjadi pribadi yang tinggi hati, selalu merasa benar jika ada perdebatan tentang suatu persoalan. Semua berjalan lancar, hingga suatu hari Makruf mendapati suatu persoalan yang tak kunjung berhasil dipecahkan. Ada sebuah soal matematika yang diajukan sang guru tak mampu ia selesaikan. Keputusasaan mulai membayangi benaknya. Ia pun pasrah, namun enggan mengaku kalah. Ia selalu berdalih bisa memecahkannya, demi menjaga nama baiknya di depan teman-teman sekelas. Namun apalah daya, sepintar apa pun seseorang menyembunyikan sesuatu, pasti terkuak pula kebenarannya. Ia tak kuasa lagi menyem- bunyikan ketidakmampuannya menyelesaikan soal matematika itu di depan teman-temannya. Ia merasa sangat malu. Ia pun sadar bahwa kemampuan manusia ada batasnya. Sejak peristiwa itu, Makruf berubah menjadi siswa yang tak sungkan untuk bertanya dan menerima masukan dari teman-temannya. Ia tak lagi menganggap diri sebagai orang paling hebat di antara teman-temannya. Sejak peristiwa tersebut, Makruf menjadi lebih baik. Ia tidak hanya dikenal sebagai anak yang cerdas, tetapi juga suka berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman-temannya. Teman-teman Makruf lebih menyukainya. Selain itu, Makruf sendiri merasa lebih nyaman dengan perubahan perilakunya. Ia tak perlu lagi menyembunyikan ke- kurangannya. Menurut kamu, apa perilaku yang tergambar dari penggalan kisah di atas? Jika ada di antara teman sekelas berlaku demikian, bagaimana sikap kamu? Paparkan pendapat mengenai hal ini secara singkat dan jelas Di unduh dari : Bukupaket.com Gambar 5.1. Setiap orang yang berada dalam keadaan junub tidak boleh memasuki masjid sebelum ia mandi. sumber: http:matanews.comwp-contentuploadsmasjid_kubah_emas-depok.jpg Tatacara Bersuci V Bab Secara empirik, kesucian yang dimaksud adalah keadaan suci seorang hamba di hadapan-Nya dalam keadaan tertentu. Adapun dalam arti yang lebih luas, kesucian yang dimaksud bisa jadi merupakan sebuah ketulusan hati seseorang dalam menghamba kepada-Nya, yang tak terkotori sedikit pun oleh pelbagai bentuk kemusyrikan ataupun kemaksiatan. Nah, pada bab ini, pengertian pertamalah yang akan menjadi objek bahasan. Kita akan mempelajari tata cara mandi wajib, berikut cara membedakan hadas dengan najis. Dengan memahami dan menjalankan ketentuan-ketentuan syariat tersebut, kamu diharapkan menjadi seorang muslim yang dapat menjaga kesucian. Sebelum pelajaran dimulai, bacalah Al-Qur’an selama 5 - 10 menit. Di unduh dari : Bukupaket.com Pendidikan Agama Islam VII 54 Sebelum mempelajari materi dalam bab ini, coba bacalah peta konsep di bawah ini agar kamu mudah memahami alur pembelajarannya. Peta Konsep Kata Kunci • taharah • janabat • hadas • najis Bersuci Taharah Najis Mutawassitah Mukhaffafah Mugallazah Bersihkan dengan air Hadas Sugra Kubra Wudu Mandi wajib Niat Membasuh seluruh tubuh Di unduh dari : Bukupaket.com Bab V: Tatacara Bersuci 55 Sebagaimana telah kamu ketahui, dalam kajian fikih, bab taharah membahas hal yang menyangkut masalah bersuci dari hadas dan najis. Kita berwudu, tayamum, mandi, atau melakukan aktivitas bersuci lainnya, dilakukan untuk menyucikan diri dari hadas. Semua itu dilakukan agar peribadatan tertentu, misalnya: salat, menjadi sah di sisi Allah. Pada bab ini, ketentuan-ketentuan taharah yang akan dibahas adalah seputar hadas-najis dan mandi janabat. Selamat menyimak

A. Najis dan Hadas