Pendidikan Agama Islam VII
52
C. Studi Kasus
Makruf adalah siswa kelas VII di MTs Nurul Jauhar Surakarta. Ia dikenal sangat cerdas dan tekun. Dapat ditebak, ia pun menjadi siswa
berprestasi di kelasnya. Ia selalu berbangga hati ketika tantangan- tantangan dari setiap mata pelajaran di kelas dapat diselesaikannya
dengan sempurna. Ia sangat yakin, tak ada yang melebihi kehebatannya di kelas. Makruf pun menjelma menjadi pribadi yang tinggi hati, selalu
merasa benar jika ada perdebatan tentang suatu persoalan.
Semua berjalan lancar, hingga suatu hari Makruf mendapati suatu persoalan yang tak kunjung berhasil dipecahkan. Ada sebuah
soal matematika yang diajukan sang guru tak mampu ia selesaikan. Keputusasaan mulai membayangi benaknya. Ia pun pasrah, namun
enggan mengaku kalah. Ia selalu berdalih bisa memecahkannya, demi menjaga nama baiknya di depan teman-teman sekelas.
Namun apalah daya, sepintar apa pun seseorang menyembunyikan sesuatu, pasti terkuak pula kebenarannya. Ia tak kuasa lagi menyem-
bunyikan ketidakmampuannya menyelesaikan soal matematika itu di depan teman-temannya. Ia merasa sangat malu. Ia pun sadar bahwa
kemampuan manusia ada batasnya. Sejak peristiwa itu, Makruf berubah menjadi siswa yang tak sungkan untuk bertanya dan menerima masukan
dari teman-temannya. Ia tak lagi menganggap diri sebagai orang paling hebat di antara teman-temannya.
Sejak peristiwa tersebut, Makruf menjadi lebih baik. Ia tidak hanya dikenal sebagai anak yang cerdas, tetapi juga suka berdiskusi
dan bertukar pikiran dengan teman-temannya. Teman-teman Makruf lebih menyukainya. Selain itu, Makruf sendiri merasa lebih nyaman
dengan perubahan perilakunya. Ia tak perlu lagi menyembunyikan ke- kurangannya.
Menurut kamu, apa perilaku yang tergambar dari penggalan kisah di atas? Jika ada di antara teman sekelas berlaku demikian, bagaimana sikap
kamu? Paparkan pendapat mengenai hal ini secara singkat dan jelas
Di unduh dari : Bukupaket.com
Gambar 5.1. Setiap orang yang berada dalam keadaan junub tidak boleh memasuki masjid sebelum ia
mandi.
sumber: http:matanews.comwp-contentuploadsmasjid_kubah_emas-depok.jpg
Tatacara Bersuci
V
Bab
Secara empirik, kesucian yang dimaksud adalah keadaan suci seorang hamba di hadapan-Nya dalam keadaan tertentu. Adapun dalam arti yang
lebih luas, kesucian yang dimaksud bisa jadi merupakan sebuah ketulusan hati seseorang dalam menghamba kepada-Nya, yang tak terkotori sedikit
pun oleh pelbagai bentuk kemusyrikan ataupun kemaksiatan. Nah, pada bab ini, pengertian pertamalah yang akan menjadi objek bahasan. Kita akan
mempelajari tata cara mandi wajib, berikut cara membedakan hadas dengan najis. Dengan memahami dan menjalankan ketentuan-ketentuan syariat
tersebut, kamu diharapkan menjadi seorang muslim yang dapat menjaga kesucian.
Sebelum pelajaran dimulai, bacalah Al-Qur’an selama 5 - 10 menit.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pendidikan Agama Islam VII
54
Sebelum mempelajari materi dalam bab ini, coba bacalah peta konsep di bawah ini agar kamu mudah memahami alur pembelajarannya.
Peta Konsep
Kata Kunci
• taharah • janabat
• hadas • najis
Bersuci Taharah
Najis
Mutawassitah Mukhaffafah
Mugallazah
Bersihkan dengan air Hadas
Sugra Kubra
Wudu Mandi wajib
Niat Membasuh
seluruh tubuh
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab V: Tatacara Bersuci
55
Sebagaimana telah kamu ketahui, dalam kajian fikih, bab taharah membahas hal yang menyangkut masalah bersuci dari hadas dan najis. Kita berwudu,
tayamum, mandi, atau melakukan aktivitas bersuci lainnya, dilakukan untuk menyucikan diri dari hadas. Semua itu dilakukan agar peribadatan tertentu,
misalnya: salat, menjadi sah di sisi Allah. Pada bab ini, ketentuan-ketentuan taharah yang akan dibahas adalah seputar hadas-najis dan mandi janabat.
Selamat menyimak
A. Najis dan Hadas