Bab V: Tatacara Bersuci
55
Sebagaimana telah kamu ketahui, dalam kajian fikih, bab taharah membahas hal yang menyangkut masalah bersuci dari hadas dan najis. Kita berwudu,
tayamum, mandi, atau melakukan aktivitas bersuci lainnya, dilakukan untuk menyucikan diri dari hadas. Semua itu dilakukan agar peribadatan tertentu,
misalnya: salat, menjadi sah di sisi Allah. Pada bab ini, ketentuan-ketentuan taharah yang akan dibahas adalah seputar hadas-najis dan mandi janabat.
Selamat menyimak
A. Najis dan Hadas
Najis dan hadas merupakan dua unsur pokok dalam persoalan taharah. Ketika kita terkena najis atau dalam keadaan berhadas, maka pada saat itulah
kita wajib bertaharah. Mengapa demikian? Kamu tentu tahu, salat kita takkan sah jika pakaian yang dikenakan terkena najis, atau kita sedang berhadas.
Lantas, apa yang dimaksud najis dan hadas? Untuk mengetahuinya, pelajari baik-baik uraian berikut.
1. Najis
Secara kebahasaan, najis atau najāsah berarti ‘kotoran’. Adapun secara istilah, najis adalah segala bentuk kotoran yang dapat membatalkan sahnya
salat dan ibadah khusus lainnya Al-Jaza’iri, 2009: 325-326. Di antara sekian banyak kotoran yang termasuk najis antara lain:
a. bangkai binatang yang mati tanpa disembelih, atau disembelih tapi tidak
sesuai syariat Islam selain bangkai yang tidak termasuk najis, yaitu bangkai ikan, belalang, binatang kecil yang tidak berdarah seperti semut, dan mayat
manusia;
b. bagian badan hewan yang diambil dari tubuhnya saat masih hidup; c. darah, baik darah manusia ataupun hewan;
d. nanah; e. air
kencing; f. kotoran, baik kotoran manusia maupun hewan;
g. apapun yang keluar dari dubur dan qubul kemaluan, kecuali mani sperma;
h. mazi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan tanpa terasa; i. cairan
muntahan; j.
khamr atau semua minuman yang memabukkan; k. anjing dan babi.
Dari contoh-contoh di atas, najis digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Najis mukhaffafah najis ringan
Najis mukhaffafah najis ringan, misalnya air kencing anak laki-laki yang berumur kurang dari dua tahun, dan belum memakan apa pun
kecuali meminum air susu ibunya. Cara membersihkannya cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis. Petunjuk cara menyucikan
tersebut ada pada hadis berikut ini.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pendidikan Agama Islam VII
56
d
ä
ç”Y SM
=
} é
ç
J
æ u
f
eã
d
q
A é ” ü
:
d
ä
] ÖF
y
ä
Q
o
Q
u”
~”
æ
ü
o
Q
h
ä
F
s
o
Q
ÄkfBi pú ä6çeã rãpÅ
u”
~”
fQ uӍJ Y
x
ä
j
æ
ä
Q9Y
r =
.
1
ò
Artinya: Dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah berkata: saat Rasulullah saw.
menimang seorang bayi laki-laki yang sedang menyusui, kemudian ia kencing di pangkuan beliau, maka beliau mengambil air dan
dipercikkannya pada bagian yang terkena kencing tersebut.
H.R Bukhari dan Muslim
b. Najis mutawassit
ah najis sedang Najis mutawassit ah najis sedang, misalnya air kencing, tinja, darah,
nanah, kotoran hewan, dan bangkai. Najis jenis ini terbagi menjadi dua: najis h ukmiyyah jelas secara hukum dan ‘aniyyah jelas secara inderawi
mata. Ketika kamu meyakini adanya najis, namun zat, bau, warna, dan rasanya tak tampak nyata, maka itulah yang disebut najis h ukmiyyah.
Contohnya air kencing yang mengering. Cara membersihkannya yaitu dengan mengalirkan air di atas benda yang terkena najis sampai bersih.
Adapun ketika kamu mendapati suatu najis di mana zat, warna, rasa, atau baunya tampak nyata bisa dilihat, diraba, dicium, atau dirasakan, maka
itu termasuk najis ‘aniyyah.
c. Najis mugallazah najis berat
Najis mugallazah najis berat, misalnya air liur anjing atau babi. Jika sedikit saja air liur anjing menempel, maka saat itu pulalah kamu terkena
najis mugallazah. Kamu harus membersihkan bagian yang terkena jilatan dengan air tujuh kali sampai bersih, di mana salah satunya dicampuri
tanah yang suci.
:
u
f
eã d
q
Ad
ä
]
á
d
ä
] Õ=
}
= s
é
î
æ
ü
o
Q o
}
R
A o
æ
9
j I
o
Q
l
ä
B1
o
æ
h
ä
F
s
o
Q
å
ã
=
eä
æ
o s
v
p
ü
ã
=i S
ç
A uf
B
V
}
l
ü è
f
b
e
ã
u
~”
Y
Wep
ã
:
ü
k
a
9
1 ü
x
ä
m
ü
q
t Ê
ÄkfBi rãpÅ
Artinya: Dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu
Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda: cara menyucikan bejana salah seorang di antaramu bila dijilat anjing, yaitu dibasuh dengan
air sampai tujuh kali, salah satu basuhan itu dicampur dengan tanah.
H.R. Muslim
Secara umum, air yang suci dan menyucikan merupakan alat utama yang dapat digunakan untuk menyucikan diri dari najis. Namun demikian,
jika kita tak bisa mendapatkan air, maka kita diperbolehkan menggunakan media-media penyucian lain seperti debu, batu, atau kertas. Tentu saja,
media-media tersebut juga harus dalam keadaan suci. Misalnya, debu suci
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab V: Tatacara Bersuci
57
untuk tayamum atau pengganti mandi; batu atau benda keras lain yang suci untuk istinja’ setelah buang air kecil atau besar; serta kertas tisu atau
daun yang juga dapat digunakan untuk istinja’.
Aktivitas
Ajaklah teman sebangku untuk mengerjakan tugas ini. Kunjungilah tempat-tempat pusat interaksi publik seperti mall, hotel, pom bensin, dan perkantoran elit. Temukanlah kamar
mandi, lalu amati desain klosetnya. Jika ada tempat buang air kecil atau uriner ala barat, pasti itu dirancang agar pengguna melakukan kencing dengan berdiri. Desain itu tidak
mempertimbangkan apakah dengan model demikian si pengguna dapat terhindar dari percikan air kencing. Tentu saja hal itu berpotensi membatalkan salat jika si pengguna
adalah muslim padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Nah, catatlah hasil pengamatan di selembar kertas, lalu presentasikan di depan kelas untuk mendiskusikan:
Bagaimana cara menyikapi bentuk modernisasi yang kurang mendukung tegaknya konsep taharah dalam Islam?
2. Hadas