Menetapkan Suatu Rencana Perbaikan

Pelaksanaan tahap ini masih berupa usulan perbaikan, dikarenakan kebijaksanaan perusahaan yang masih belum bisa memberikan kepastian untuk dapat melaksanakan usulan perbaikan ini atau tidak. Pada penelitian ini akan digunakan alat yaitu Failure Mode and Effect Analysis FMEA dalam melakukan rencana tindakan perbaikan. Selengkapnya disajikan pada sub bab berikut :

4.2.4.1 Menetapkan Suatu Rencana Perbaikan

Setelah sumber-sumber penyebab defect pada proses produksi velg davino teridentifikasi, maka perlu dilakukan penetapan rencana tindakan perbaikan yang akan dijadikan suatu usulan tindakan perbaikan untuk melaksanakan peningkatan kualitas produk velg davino. Rencana perbaikan tersebut didapatkan dengan cara mengkombinasikan hasil brainstorming pihak perusahaan, dalam hal ini departemen produksi, dimana departemen produksi merupakan pihak yang paling mengerti tentang proses produksi hingga saat pengemasan packaging. Alat bantu yang digunakan dalam menentukan prioritas rencana perbaikan adalah Failure Mode and Effect Analysis FMEA. Pada FMEA dilakukan penetapan suatu rencana perbaikan defect dan pengidentifikasian prioritas rencana perbaikan yang akan dilakukan dalam upaya mencegah atau mengatasi terjadinya kecacatan. Setiap mode kegagalan mempunyai 1 nilai RPN Risk Priority Number. Angka RPN merupakan hasil perkalian antara ranking severity, detection, dan occurence. Perangkingan ini menggunakan 1 – 10, skor diberikan pada masing masing masalah potensial. Masalah yang lebih serius dan lebih sering terjadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mendapat nilai yang lebih tinggi demikian juga untuk masalah yang sulit dideteksi. Kemudian RPN tersebut disusun dari yang terbesar sampai yang terkecil, sehingga dapat diketahui mode kegagalan mana yang paling kritis untuk segera dilakukan tindakan korektif. Contoh perhitungan nilai RPN: Cat Tidak Rata  Manusia Berdasarkan hasil brainstorming nilai :  Severity S = 5, karena tenaga kerja kurang teliti saat inspeksi bahan baku dan pada saat material handling maka berpengaruh buruk yang moderate sehingga performance produk menurun.  Occurance O = 6, karena tenaga kerja kurang teliti saat inspeksi bahan baku dan pada saat material handling dan mengakibatkan hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan agak mungkin terjadi.  Detection D = 4, karena kesalahan dideteksi pada proses berikutnya. RPN = S x O x D = 5 x 6 x 4 = 120  Metode Berdasarkan hasil brainstorming nilai :  Severity S = 5, karena metode yang tidak tepat berpengaruh buruk yang moderate sehingga performance produk menurun.  Occurance O = 6, karena metode yang tidak tepat mengakibatkan hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan agak mungkin terjadi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.  Detection D = 5, karena kontrol berdasarkan variabel dengan aturan goodno good. RPN = S x O x D = 5 x 6 x 5 = 150  Mesin Berdasarkan hasil brainstorming nilai :  Severity S = 4, karena setting mesin tidak benar berpengaruh buruk yang moderat sehingga memerlukan rework.  Occurance O = 6, karena setting mesin tidak benar mengakibatkan hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan agak mungkin terjadi.  Detection D = 4, karena kesalahan dideteksi pada proses berikutnya. RPN = S x O x D = 4 x 6 x 4 = 96  Material Berdasarkan hasil brainstorming nilai :  Severity S = 7, karena bahan baku yang jelek dan habis berpengaruh buruk yang high sehingga produk harus disortir dan jumlah scrap kurang dari atau sama dengan 100.  Occurance O = 6, karena bahan baku yang jelek mengakibatkan hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan agak mungkin terjadi.  Detection D = 5, karena kontrol berdasarkan variabel dengan aturan goodno good. RPN = S x O x D = 7 x 6 x 5 = 210 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Perhitungan RPN keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil selengkapnya berdasarkan hasil brainstorming dapat dilihat pada tabel 4.20 di bawah ini: Tabel 4.22 Failure Mode and Effect Analysis FMEA No Mode Kegagalan Potensial Problem Potensial Root Cause Severity Occurance Detection RPN Manusia Operator kurang teliti saat inspeksi bahan baku, kurang hati-hati saat material handling, skill yang masih rendah sehingga pemasangan ujung semprotan cat tidak presisi. 5 6 4 120 Metode Tidak adanya standart terhadap pengendalian kualitas dan teknik pengeringan, sehingga berdampak cat menjadi tidak rata. 5 6 5 150 Mesin mesin berhenti mati, sehingga cat berhenti seketika dalam proses pengecatan. Karena saat berhenti cat tidak melanjutkan pengecatan, akibatnya pada saat pengecatan ujung semprotan tidak menyemprotkan cat dengan sempurna sehingga sering terjadi cat tidak rata.. 4 6 4 96 1 Cat Tidak Rata Material Kualitas cat yang tidak sesuai dengan standart, dan kualits yang kurang baik menyebabkan cat tidak rata. 7 6 5 210 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Manusia Operator kurang teliti saat melakukan inspeksi, operator kurang tanggap, bosan, terlalu santai yang menyebabkan kelalaian melakukan penggantian cetakan pada saat pengisian, sehingga sehingga mengakibatkan cetakan meluber 5 6 3 90 Mesin Penempatan velg pada mesin tidak presisi, cetak miring dan setting mesin yang kurang tepat adalah penyebab terjadi cetakan meluber melebihi cetakan. 9 6 3 162 2 Cetakan Meluber Material Kualitas bahan baku yang kurang baik dan komposisi yang tidak sesuai standart yang ditentukan oleh jaminan mutu 7 6 3 126 Mesin Penempatan velg pada mesin tidak presisi, cetak miring dan setting mesin yang kurang tepat. Pahat bubut yang aus menyebabkan potongan tidak sesuai. 8 6 4 192 3 Ukuran tidak presisi Material Pengujian material kurang memenuhi standart yang ditetapkan , Kualitas bahan baku yang kurang baik dan komposisi yang tidak sesuai standart yang ditentukan oleh jaminan mutu 4 6 7 168 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Manusia Inspeksi pada saat pemasangan cat tidak sempurna yang dilakukan oleh operator, dan kurang hati-hati saat material handling dapat menyebabkan cat rusak sehingga menyebabkan masalah pada ukuran. 4 6 7 168 Manusia Operator kurang teliti saat inspeksi bahan baku, kurang hati-hati saat material handling, skill yang masih rendah sehingga pemasangan ujung semprotan cat tidak presisi. 5 6 3 90 Metode Tidak adanya standart terhadap pengendalian kualitas dan teknik pengeringan, sehingga berdampak cat menjadi tidak rata. 7 6 3 126 Mesin Mesin berhenti mati, sehingga cat berhenti seketika dalam proses pengecatan. Karena saat berhenti cat tidak melanjutkan pengecatan, akibatnya pada saat pengecatan ujung semprotan tidak menyemprotkan cat dengan sempurna sehingga sering terjadi cat menggumpal. 7 6 6 252 4 Cat Menggum pal Material Kualitas cat yang tidak sesuai dengan standart, dan kualits yang kurang baik menyebabkan cat tidak rata. 4 6 7 168 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Mesin Mesin kurang perawatan atau sudah memasuki jadwal maintenance. Pada masa tersebut mesin lebih sering trouble. Penempatan velg pada mesin tidak presisi, terlalu keras dalam pengujian dan setting mesin yang kurang tepat 7 6 4 168 Material Pengujian material kurang memenuhi standart yang ditetapkan , Kualitas bahan baku yang kurang baik dan komposisi yang tidak sesuai standart yang ditentukan oleh jaminan mutu 4 6 5 120 Metode Tidak adanya standart terhadap pengendalian kualitas dan teknik pengujian kekerasan, sehingga berdampak velg sering penyok. 3 6 6 108 5 Penyok Manusia Kelalaian operator untuk membersihkan kotoran atau debu kertas pada komponen mesin dan juga kurang teliti saat melakukan setting mesin, operator tergesa-gesa sehingga menyebabkan kurang cekatan dan teliti. 4 6 5 120 6 Adanya Guretan Manusia Kelalaian operator untuk membersihkan kotoran atau debu kertas pada komponen mesin dan juga kurang teliti saat melakukan setting mesin, operator tergesa-gesa sehingga menyebabkan kurang cekatan dan teliti. 5 6 5 150 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Mesin Dikarenakan perputaran mesin yang terlalu cepat, karena salah dalam melakukan setting mesin, sehingga velg tergores. 7 6 4 168 Material Pengujian material kurang memenuhi standart yang ditetapkan , Kualitas bahan baku yang kurang baik dan komposisi yang tidak sesuai standart yang ditentukan oleh jaminan mutu 5 6 3 90 Metode Tidak adanya standart terhadap pengendalian kualitas dan teknik pengujian kekerasan, sehingga berdampak velg sering penyok. 3 6 6 108

4.2.4.2 Merencanakan perbaikan