38
dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap untuk mencapai gula darah target dan dilakukan pengawasan untuk mencegah hipoglikemia Kurniawan, 2010.
b. Penggunaan Obat Hipoglikemi Kombinasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat hipoglikemi kombinasi pada pasien di instalasi rawat inap Bangsal Cempaka RSUD
Panembahan Senopati sebanyak 18 dari 73 kasus 24,7. Terapi kombinasi yang diterima pasien sebanyak 6 jenis kombinasi dan kombinasi yang paling banyak
digunakan adalah kombinasi antara insulin glargine dan metformin yaitu sebesar 6 dari 18 kasus 33,3. Terapi kombinasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
terapi agar kadar gula dalam darah segera diturunkan dan mengurangi efek samping obat Samoh, 2014.
Kombinasi obat hipoglikemi yang diterima pasien berupa 2-3 macam kombinasi. Terapi kombinasi obat hipoglikemi oral dipilih 2 macam obat yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dapat diberikan kombinasi 3 obat hipoglikemi oral dari kelompok berbeda
atau kombinasi obat hipoglikemi oral dengan insulin PERKENI, 2011. Sebagian besar pasien diabetes melitus diberikan terapi insulin karena kadar glukosa darahnya
tidak mencapai target dengan pemberian obat hipoglikemi oral Cooppan, 2006.
B. Hasil Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat Hipoglikemi
Berdasarkan hasil penelitian Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat Hipoglikemi pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode Agustus 2015, terdapat 14 pasien dengan 79 kasus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel VII. Kejadian interaksi obat pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015
Kejadian Interaksi Obat Jumlah Kasus
Persentase
Terdapat interaksi obat 45
56,9 Tanpa interaksi obat
34 43,1
Total 79
100,0
Berdasarkan Tabel VII, sebagian besar pasien mengalami interaksi obat, yaitu sebesar 45 dari 79 kasus 56,9. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Utami 2013 yang menyatakan bahwa interaksi obat terjadi pada 62,16 resep obat yang menerima antidiabetik oral. Menurut Rovers 2007, pasien membutuhkan terapi
obat yang aman dan tidak terpenuhinya keamanan pengobatan salah satunya disebabkan oleh adanya interaksi obat. Selain itu, menurut Albadr 2014, dampak
secara klinis dari adanya interaksi antara dua atau lebih obat dapat secara langsung atau tidak langsung dan berpotensial mengganggu efektifitas obat dan dapat
meningkatkan efek sampingnya. Selain itu, interaksi obat dapat berpengaruh terhadap keparahan penyakit pasien.
Tabel VIII menunjukkan kejadian interaksi obat selama perawatan pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus
2015. Interaksi obat yang terjadi melibatkan obat-obat yang digunakan pasien selama rawat inap sebanyak 200 interaksi. Dalam penelitian ini terdapat obat yang diterima
pasien yang tidak dapat dinilai interaksi obatnya karena tidak tercantum di daftar obat pada Tatro 2007 maupun Medscape, obat-obat tersebut adalah ambroxol, citikolin,
ketorolac, OBH, micobalamin, dan glibenklamid. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VIII. Kejadian interaksi obat selama perawatan pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Interaksi Obat Mekanisme
Sifat Jumlah
Persentase I. Melibatkan obat hipoglikemi
36,5
a. Antarobat hipoglikemi Acarbosa + Insulin aspart
Farmakodinamik sinergis Signifikan
5 Acarbosa + Insulin premixed
Farmakodinamik sinergis Signifikan
4 Metformin + Insulin glargine
Farmakodinamik sinergis Signifikan
7 Metformin + Insulin premixed
Farmakodinamik sinergis Signifikan
1
b. Obat hipoglikemi dan obat lain Insulin premixed + Aspirin
Farmakodinamik sinergis Minor
9 Insulin aspart + Captopril
Farmakodinamik sinergis Signifikan
1 Insulin aspart + Ciprofloxacin
Farmakodinamik sinergis Signifikan
8 Insulin aspart + Gemfibrosil
Farmakodinamik sinergis Signifikan
5 Insulin premixed + KCl
Farmakodinamik sinergis Minor
6 Insulin glargine + KCl
Farmakodinamik sinergis Minor
7 Metformin + KCl
Farmakodinamik sinergis Minor
7 Insulin premixed + Ramipril
Farmakodinamik sinergis Signifikan
4 Insulin premixed + Gemfibrosil
Tidak diketahui Signifikan
2 Metformin + Furosemid
Tidak diketahui Minor
7
II. Obat lain 63,5
Alprazolam + Albuterol Farmakodinamik antagonis
Minor 6
Aspirin + Bisoprorol Farmakodinamik antagonis
Signifikan 4
Aspirin + Ramipril Farmakodinamik antagonis
Signifikan 4
Irbesartan + Aspirin Farmakodinamik antagonis
Signifikan 6
Valsartan + Aspirin Farmakodinamik antagonis
Signifikan 1
Albuterol + Furosemid Farmakodinamik sinergis
Minor 7
Ceftriaxon + Furosemid Farmakodinamik sinergis
Minor 7
Irbesartan + Spironolacton Farmakodinamik sinergis
Serius 5
Norepineprin + Furosemid Farmakodinamik sinergis
Minor 2
Lansoprazol + Sukralfat Farmakokinetik absorbsi
Minor 4
Sukralfat + Ciprofloxacin Farmakokinetik absorbsi
Signifikan 4
Fluconazol + Omeprazol Farmakokinetik metabolisme Signifikan
5 Ranitidin + Fenitoin
Farmakokinetik metabolisme Minor 1
Aspirin + Asam mefenamat Farmakokinetik eliminasi
Minor 2
Spironolacton + Aspirin Farmakokinetik eliminasi
Minor 5
Spironolacton + KCl Farmakokinetik eliminasi
Serius 5
Aspirin + Furosemid Tidak diketahui
Signifikan 5
Aspirin + KCl Tidak diketahui
Signifikan 5
Difenhidramin + Diazepam Tidak diketahui
Signifikan 1
Gemfibrosil + Valsartan Tidak diketahui
Signifikan 4
Irbesartan + Furosemid Tidak diketahui
Signifikan 5
Irbesartan + KCl Tidak diketahui
Signifikan 5
Ketorolac + Ciprofloxacin Tidak diketahui
Signifikan 1
KCl + Furosemid Tidak diketahui
Signifikan 12
KCl + Albuterol Tidak diketahui
Signifikan 7
Omeprazol + Ciprofloxacin Tidak diketahui
Signifikan 8
Spironolacton + Furosemid Tidak diketahui
Signifikan 5
Valsartan + Furosemid Tidak diketahui
Signifikan 1
200 100,0
Total
41
Jumlah kejadian obat hipoglikemi yang terlibat dalam interaksi obat sebanyak 73 dari 200 kejadian interaksi obat 36,5. Dari 73 kejadian interaksi obat
yang melibatkan obat hipoglikemi, terdapat interaksi antara obat hipoglikemi dengan obat hipoglikemi 23,3 dan interaksi antara obat hipoglikemi dengan obat lain
76,7 yang diterima pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Menurut Fowler 2008, penyakit diabetes melitus tipe 2 memiliki dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap sistem pembuh darah yang menjadi
sumber utama morbiditas dan mortalitas. Umumnya efek merugikan ini dibagi menjadi mikrovaskular diabetik nefropati, neuropati, dan retinopati dan
makrovaskular penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan stroke. Sehingga pasien dengan diabetes melitus kemungkinan besar memiliki komplikasi penyakit
lain, yang berarti akan mengkonsumsi obat-obatan selain obat hipoglikemi dan meningkatkan resiko terjadinya interaksi obat antara obat hipoglikemi dengan obat
lain. Tabel IX. Kejadian interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksi obat pada pasien
rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Mekanisme Interaksi Obat Jumlah Interaksi
Persentase
Farmakodinamik 107
53,5 Farmakokinetik
26 13,0
Tidak diketahui 67
33,5
Total 200
100,0
Kejadian interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksinya disajikan dalam Tabel IX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan mekanisme interaksi
42
obatnya yang paling sering terjadi adalah mekanisme farmakodinamik yaitu sebanyak 107 interaksi obat 53,5, diikuti mekanisme interaksi secara farmakokinetik
sebanyak 26 interaksi obat 13,0, sedangkan yang tidak diketahui jenis mekanisme interaksi obatnya sebanyak 67 interaksi obat 33,5. Interaksi farmakodinamik yang
terjadi sebagian besar bersifat sinergisme. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Utami 2013, yang menyatakan bahwa interaksi farmakodinamik sebesar
34,15, interaksi farmakokinetik sebesar 13,56, dan yang tidak diketahui sebesar 52,29.
Interaksi obat farmakodinamik terjadi ketika obat yang satu berinteraksi dengan obat yang lain pada sisi targetnya atau mengubah respon farmakologinya
Atkinson, 2007. Berdasarkan hasil penelitian, obat-obatan yang berinteraksi secara farmakodinamik sebagian besar melibatkan obat-obatan hipoglikemi, yaitu terdapat
65 dari 107 interaksi obat 60,7. Interaksi tersebut semuanya bersifat sinergis yang efeknya dapat meningkatkan efek atau respon farmakologi dari obat-obat
hipoglikemi. Menurut Gossell-Williams 2013, interaksi obat yang meningkatkan resiko
hipoglikemi dapat
terjadi melalui
mekanisme farmakokinetik
maupun farmakodinamik. Sehingga adanya interaksi sinergis farmakodinamik yang
melibatkan obat hipoglikemi dapat diketahui melalui terjadi atau tidaknya hipoglikemi pada pasien. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 7 pasien, yaitu A, C,
D, G, H, K, dan L yang berpotensi interaksi sinergis farmakodinamik pada obat-obat hipoglikeminya, tetapi interaksi obat itu tidak terjadi karena pasien tidak mengalami
43
hipoglikemi. Pada pasien L terdapat 4 hari rawat yang tidak memiliki data pemeriksaan glukosa darah sehingga tidak diketahui apakah terjadi interaksi obat atau
tidak. Akan tetapi pada pasien-pasien tersebut perlu dilakukan monitoring kadar glukosa darah secara rutin karena hal ini berpotensial menyebabkan hipoglikemia
pada pasien. Kejadian interaksi obat berdasarkan sifat interaksinya disajikan dalam Tabel
X. Sifat kejadian interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu bersifat signifikan sebanyak 60,0. Pasien yang mengalami interaksi secara signifikan terdapat 9 pasien,
dengan 7 pasien di antaranya mengalami interaksi secara signifikan selama menjalani rawat inap dari awal masuk sampai keluar.
Tabel X. Kejadian interaksi obat berdasarkan sifat interaksi obat pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Sifat Interaksi Obat Jumlah Interaksi
Persentase
Minor 70
35,0 Signifikan
120 60,0
Serius 10
5,0
Total 200
100,0
Interaksi signifikan yang terjadi sebagian besar berpengaruh meningkatkan efek obat-obatan hipoglikemi dan keseimbangan kalium. Berdasarkan hasil penelitian
tidak terjadi hipoglikemi pada pasien. Akan tetapi pada pasien L terdapat 4 hari rawat yang tidak memiliki data pemeriksaan glukosa darah sehingga tidak diketahui apakah
terjadi hipoglikemi atau tidak. Pada pasien L diperlukan pemeriksaan glukosa darah untuk memonitoring kondisi klinis pasien.
44
Pada pemantauan kondisi klinis terkait kadar kalium pasien, tidak semua pasien memperoleh tes laboratorium untuk mengecek kadar kalium, sehingga tidak
semua dapat terpantau. Pada pasien yang memiliki hasil tes laboratorium pada kadar kalium, sebagian besar kadar kaliumnya normal. Akan tetapi ada 1 pasien yang kadar
kaliumnya rendah, yaitu pasien J. Pada pasien J terdapat kemungkinan interaksi antara valsartan dan furosemid
yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kalium, sehingga diperlukan monitoring kadar kalium dan bisa diberikan jeda penggunaan obat untuk mencegah
terjadinya interaksi obat. Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan monitoring kondisi klinis pasien seperti melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan kalium.
Selain itu bisa diberikan jeda pemberian obat untuk mencegah terjadinya interaksi obat, sehingga tidak langsung diberikan rekomendasi penggantian terapi.
Pada Tabel XI disajikan kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi yang diterima pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD
Panembahan Senopati pada periode Agustus 2015. Kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi sebanyak 73 dari 200 kejadian interaksi obat 36,5.
Data lengkap mengenai pemeriksaan laboratorium dan tanda vital pada masing- masing kasus tercantum pada lampiran 2.
45
Tabel XI. Kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus
2015
Interaksi Obat Efek
Indikator Pasien No. Kasus
Kejadian Jumlah
Insulin premixed + Aspirin
Aspirin meningkatkan efek Insulin premixed
Rata-rata GDS C 12, 13, 14, 15, 16,
G 32, 33, 34, 35 Potensial
9 Insulin premixed
+ KCl KCl meningkatkan efek
Insulin premixed Rata-rata GDS
C 12, 13, 14, 15, 16; L 60
Potensial 6
L 60, 61, 62 Potensial
3 L 63, 64, 65, 66
Tidak diketahui
4 L 60, 61, 62
Potensial 3
L 63, 64, 65, 66 Tidak
diketahui 4
L 60, 61, 62 Potensial
3 L 63, 64, 65, 66
Tidak diketahui
4 Insulin aspart +
Captopril Captopril meningkatkan efek
insulin aspart Rata-rata GDS
A 1 Potensial
1 Acarbose +
Insulin aspart Saling meningkatkan efek
satu sama lain Rata-rata GDS
D 17, 18, 19, 20, 21 Potensial
5 Acarbose +
Insulin premixed Saling meningkatkan efek
satu sama lain Rata-rata GDS
D 17, 19, 20, 21 Potensial
4 Insulin premixed
+ Ramipril Ramipril meningkatkan efek
Insulin premixed Rata-rata GDS
G 32, 33, 34, 35 Potensial
4 Insulin premixed
+ Gemfibrosil Gemfibrozil meningkatkan
efek Insulin premixed Rata-rata GDS
G 34, 35 Potensial
2 Insulin aspart +
Gemfibrosil Gemfibrozil meningkatkan
efek Insulin aspart Rata-rata GDS
H 37, 38, 39, 40, 41 Potensial
5 Insulin aspart +
Ciprofloxacin Ciprofloxacin meningkatkan
efek Insulin aspart Rata-rata GDS
K 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59
Potensial 8
Metformin + Insulin premixed
Saling meningkatkan efek satu sama lain
Rata-rata GDS L 60
Potensial 1
L 60, 61, 62 Potensial
3 L 63, 64, 65, 66
Tidak diketahui
4
73
Metformin + Insulin glargine
Saling meningkatkan efek satu sama lain
Rata-rata GDS
Total
Metformin + Furosemid
Metformin menurunkan level furosemid, furosemid
meningkatkan level metformin
Rata-rata GDS
Metformin + KCl KCl meningkatkan level
metformin Rata-rata GDS
Insulin glargine + KCl
KCl meningkatkan level Insulin glargine
Rata-rata GDS
46
Kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi paling banyak terjadi pada penggunaan obat insulin premixed dan aspirin sebanyak 9 kejadian
interaksi obat 12,3. Insulin premixed dan aspirin berinteraksi dengan mekanisme sinergis farmakodinamik sehingga dapat meningkatkan efek insulin premixed dan
berpotensi menyebabkan hipoglikemi pada pasien. Dalam penelitian ini pasien yang menerima terapi insulin premixed dan aspirin adalah pasien C dan G, yang
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami hipoglikemi, sehingga terapi dapat diberikan dengan adanya monitoring glukosa
darah pasien. Sifat interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi pada kategori minor
sebanyak 36 dari 73 kejadian interaksi obat 49,3, sedangkan yang signifikan jumlahnya 37 dari 73 kejadian interaksi obat 50,7. Dalam penelitian ini, terdapat
16 interaksi obat 21,9 yang melibatkan obat hipoglikemi yang tidak diketahui kejadian interaksinya karena tidak terdapat pemeriksaan glukosa darah pasien. Pada
pasien yang memiliki pemeriksaan glukosa darah pasien tidak mengalami hipoglikemi, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi interaksi obat pada pasien
dan kejadian interaksi obatnya bersifat potensial yaitu sebesar 78,1. Menurut Rovers 2007, interaksi obat potensial merupakan interaksi obat
yang kemungkinan dapat terjadi. Jika ada interaksi obat yang potensial, farmasis seharusnya mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya interaksi
obat. Oleh karena itu, diperlukan monitoring kadar glukosa darah pasien untuk mencegah terjadinya hipoglikemi.
47
Dalam penelitian ini terdapat 16 interaksi obat yang melibatkan insulin dan KCl. Menurut Liamis 2014, insulin eksogen dapat menginduksi hipokalemia karena
dapat menyebabkan masuknya K
+
ke otot rangka dan sel-sel hepatik dengan meningkatkan aktivitas pompa Na
+
-K
+
ATPase. Terapi insulin dapat menyebabkan hipokalemia yang parah baik pada pasien dengan konsentrasi serum K
+
normal maupun rendah. Terjadinya hipokalemia dapat menyebabkan aritmia, gagal jantung,
dan kelemahan otot di saluran pernafasan. Adanya interaksi antara insulin dan KCl dapat berefek pada meningkatnya
level insulin, akan tetapi kombinasi obat ini juga menguntungkan karena KCl dapat mencegah terjadinya hipokalemia pada pasien yang diberikan insulin, yaitu pasien C
dan L. Sehingga pada pasien yang mengalami hipokalemia sebaiknya tidak diberikan terapi insulin. Menurut Liamis 2014, terapi insulin dapat diberikan jika kadar
kalium di atas 3,3 mmolL. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Evaluasi Interaksi Penggunaan
Obat Hipoglikemi pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati periode Agustus 2015
” dapat disimpulkan bahwa: 1.
Persentase penggunaan obat hipoglikemi adalah 92,4 kasus. Penggunaan obat hipoglikemi paling banyak secara monoterapi 75,3, diikuti penggunaan secara
kombinasi 24,7. Penggunaan obat hipoglikemi secara monoterapi yang paling banyak adalah insulin aspart 65,5, sedangkan penggunaan obat hipoglikemi
secara kombinasi yang paling banyak adalah insulin glargine dan metformin 33,3.
2. Persentase kejadian interaksi penggunaan obat hipoglikemi berdasarkan literatur
adalah 56,9 dengan total interaksi obat sebanyak 200 interaksi. Mekanisme interaksi obat yang paling sering terjadi adalah mekanisme farmakodinamik
53,5 dan sifat kejadian interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu bersifat signifikan 60,0, diikuti yang bersifat minor 35,0, dan yang bersifat serius
5,0. Jumlah kejadian obat hipoglikemi yang terlibat dalam interaksi obat sebanyak 36,5. Sifat interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemi terjadi
pada kategori minor 49,3 dan signifikan 50,7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI