Nilai Ekonomis Komoditi Pinang

75 membendung keikutsertaanya dalam dinamika sosial, ekonomi, dan budaya dalam warga masyarakat Manokwari. Sebagai bahan perbandingan kelajuan prospeksi komoditas pinang dan rokok di sekitaran Kota Manokwari. Dari penuturan pimpinan agent dan distributor rokok 24 Ong King Sioe dari CV. Sinar Surya Mandiri SSM Manokwari, memberikan informasi dan perhitungan prospek kasar rata-rata nilai omset rokok pada setiap bulannya sekitar Rp.800.000.000,00.bulan 25 untuk merek rokok Gudang Garam. Masih ada dua 2 distributor untuk merek lain, yang jika dihitung berdasarkan nilai omset sama dengan CV. SSM, maka akan memperoleh angka sekitar Rp. 2.400.000.000,00.bulannya. Sedangkan untuk komoditas pinang yang beromset sebesar Rp. 6.993.000.000,00.bulan, atau mendekati 300 lebih tinggi dibanding nilai komoditas rokok. Oleh karena itu disamping memiliki fungsi guna dalam aspek kultur dan sosial, pinang juga mempunyai nilai komoditas cukup significant dalam sektor ekonomi bagi masyarakat di Papua. 24 1 dari 3 Agen dan Distributor Rokok di Manokwari 25 Asumsi kasar: Rp. 800.000.000,00. x 3 agen distributor = Rp. 2.400.000.000,00. bulan, sedangkan untuk omset komoditi pinang ada sekitar 1.554 lapak penjual pinang x Rp. 150.000,00. x 30 hari = Rp. 6.993.000.000,00.bulan, atau berkisar Rp. 233.100.000,00.hari beredar di sekitar Kota Manokwari. 76 b. Budidaya Tanaman Pinang Komoditi pinang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam bagian dan upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan kehidupan sosial budaya, serta prospeksi ekonomi pasar dalam ruang publik sekitar Kota Manokwari. Semakin tingginya permintaan pasar untuk komoditas buah pinang menjadi sebuah prospeksi yang telah direspon dengan kebangkitan daya ekonomi kreatif dari sebagian masyarakat yang telah ikut serta dalam meningkatkan kuantitas komoditi ini melalui penggalakan penanaman pohon pinang. Masyarakat berupaya melakukan swaproduksi, sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Gambar 15. Tanaman pohon pinang mengitari rumah seorang warga di Kampung Maripi – Distrik Manokwari Selatan. 26 26 Dokumen pribadi penulis. 77 Dewasa ini tanaman pohon pinang masuk dalam kategori tanaman rumah tangga, dimana satu atau lebih anggota dalam suatu rumah tangga mengelola usaha perkebunan pohon pinang dengan tujuan untuk sebagian atau seluruh hasilnya dapat dijual, baik sebagai usaha milik sendiri, bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, termasuk dalam hal ini adalah usaha jasa perkebunan. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian Kabupaten Manokwari tahun 2013; tanaman ini mencapai 33,40 sekitar 42.210 pohon 27 tumbuh di sekitar kota Manokwari dari keseluruhan budidaya tanaman Pinang yang ada di seantero Kabupaten Manokwari. 28 Budidaya tanaman pohon pinang menempati pada peringkat ke-3 dari 5 jenis tanaman produksi yang sedang dibudidayakan di Kabupaten Manokwari. KakaoCoklat : 4,68 juta pohon konsentrasi di Distrik Ransiki dan Oransbari, Kelapa Sawit : 0,67 juta pohon konsentrasi di Distrik Masni dan Prafi, Pinang : 0,13 juta 126.378 pohon konsentrasi di Distrik Ransiki dan Manokwari Barat, Kelapa : 27 Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan oleh sejumlah rumah tangga di Kab. Manokwari ada 2.294 KK 29 Distrik. 687 KK ada di sekitar Kota Manokwari dalam 3 distrik, selebihnya ada 1.607 KK berada dalam 27 distrik lainnya. 28 126.378. pohon 0,13 juta, sebagian besar ditanam di Distrik Ransiki dan Distrik Manokwari Barat. Perincian 26,70 : 33.738 pohon belum produktif, 54,16 : 68.435 pohon sedang dalam masa produktif, 19,14 : 24.204 pohon sudah tidak produktif lagi. 78 0,08 juta pohon di Distrik Sidey, dan Cengkeh : 0,02 juta pohon di Distrik Ransiki. 29

c. Menejerial Mama-Mama Penjual Pinang

Sekitar dua dasawarsa, 30 mengikuti situasi dan perkembangan warga masyarakat Manokwari, dengan proses pertumbuhan dan perubahan sektor struktur, infrastruktur, mobilitas ekonomi serta migrasi, menjadikan penulis mempunyai kesempatan mendapatkan akses informasi tentang budaya mengkonsumsi pinang dari warga masyarakat setempat. Kesempatan tersebut memberi peluang untuk mendapatkan informasi, data-data, serta elemen yang terlibat dalam keseharian hidup warga masyarakat kota Manokwari. Mengkonsumsi buah pinang mempunyai fungsi dalam relasi sosial, budaya, medis kesehatan dan pengobatan, serta menjadi sebuah bentuk seni pergaulan. Dengan makan pinang bersama dapat menjalin dan memelihara keakraban persaudaraan, sehingga akan lebih banyak mempunyai teman, menguatkan tali kasih persaudaraan dan bahkan akan mempermudah dalam upaya penyelesaian kasus-kasus persengketaan, perselisihan kesalahpahaman, karena dengan 29 Diolah berdasarkan Publikasi Sensus Pertanian 2013, oleh BPS Kabupaten Manokwari Tahun 2014. 30 Sejak pertengahan bulan April tahun 1997. 79 menawarkan kakes 31 akan lebih memudahkan terjadinya proses saling memaafkan sehingga terbangun semangat persaudaraan kekerabatan kembali. Dahulu mengkonsumsi pinang dilakukan hanya oleh orang-orang tua yang sedang berkepentingan dalam ritual adat serta pertemun tetua adat, namun dewasa ini mengkonsumsi pinang telah dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, bahkan juga oleh anak-anak kecil. Sebagaimana pengalaman seorang gadis kecil bernama Silfin Kelas 5 Sekolah Dasar dan temannya Oah Kumanireng Kelas 4 Sekolah Dasar, yang sudah terbiasa ngobrol bersama teman-temanya sambil mengkonsumsi pinang; “Saya tiap hari makan pinang”. Oah mengaku bahwa “Makan pinang paling enak bersama teman-teman,” 32 walau mamanya tidak mengijikan, Oah mengkonsumsi tak kurang dari 10 biji per harinya. Dalam potret keseharian di Papua, sangat mudah menemukan orang sedang membawa pinang buahpinang kering, batang sirih serta kapur dalam saku, noken, atau tas kresek kemana sedang pergi dan berada. Dengan ‘bawaannya’ tersebut baginya akan mudah menjalin 31 Sebutan kakes, dipahami sebagai sajian dalam adat budaya orang Papua, berisikan pinang buah dan pinang kering gebe, bunga sirih, dan kapur. Kakes menjadi simbol kesatuan yang menjadikan tali kasih persaudaraan menjadi semakin erat. 32 Sumber: Wawancara 23 Agustus 2015. 80 komunikasi dan merayakan kehidupan bersama dengan kaum kerabat, teman, mau pun orang lain yang baru saja dikenalnya. Menurut Bapak Pieter Rante, 33 komoditas pinang dalam masyarakat Papua mempunyai posisi sangat penting dan strategis: “Pinang itu lebih kuat kedudukannya dibanding rokok. Orang lapar tidak mencari rokok, namun di sini banyak orang lapar justru mencari pinang untuk dimakan. … pinang bagi warga masyarakat di sini sama dengan makanan pokok. Rokok masih bisa ditahan, namun berbeda dengan pinang yang selalu harus segera ada.” Dengan mengkonsumsi pinang dapat memberi stamina bagi kesehatan tubuh agar bisa beraktivitas dalam keseharian. Hal tersebut diungkapkan oleh Mama Petronela Kawer 54; bahwa kebiasaan makan pinang telah dilakukannya sejak masih muda, dengan mengkonsumsi pinang akan mengembalikan stamina badan. Setelah bekerja seharian merasa capek dan keluar keringat banyak, sambil istirahat ia akan makan pinang untuk memperoleh tenaga dan kesegaran, sehingga bisa bekerja kembali. 34 Material pinang menjadi komoditas andalan bagi agent distributor kapital modal, yang juga memberi kesempatan bertumbuh 33 Kasubid Tata Ruang Bappeda Kabupaten Manokwari. Wawancara 15 September 2015. 34 Sumber: Wawancara 23 Agustus 2015. 81 kembangnya ekonomi kerakyatan bagi mama-mama Papua untuk menjadi pengecer pinang; seperti di pasar, di perkampungan, di lorong- lorong hunian, pinggir-pinggir jalan sepanjang kota, atau pun di sekitar tempat-tempat hunian yang diharapkan dapat menyokong ekonomi keluarga. Gambar 16. Mama-mama penjual Pinang buah di pelataran depan deretan Warung Makan Pasar Sanggeng Manokwari. 35 Keadaan tersebut ditandaskan juga oleh Aprila R.A. Wayar dalam tulisannya berjudul Menunggu Peran Perempuan dalam Mengentas Kemiskinan: “Dalam konteks Papua, sebagian besar roda perekonomian saat ini justru dipegang oleh para pendantang atau non-Papua. Sedangkan masyarakat Adat Papua banyak dijumpai di meja pinang. Para 35 Dokumen pribadi penulis.