carbopol telah terdispersi. NaOH dapat digunakan sebagai penetralisir resin carbopol yang mengandung kurang dari 20 alkohol. Triethanolamin dapat
digunakan sebagai penetralisir resin carbopol yang mengandung hingga 50 alkohol. Viskositas pH akan menurun signifikan pada pH di bawah 3 atau di atas
12 Troy dan Beringer, 2006. Peningkatan pH mengakibatkan derajat ionisasi gugus karboksilat pada polimer meningkat dan terjadi gaya tolak menolak antara
rantai polimer sehingga solven dapat masuk membentuk massa gel Lieberman dkk., 1989.
Carbopol bersifat mudah dibasahi dalam air namun mudah menggumpal. Dispersi carbopol yang efektif dan cepat dapat dilakukan dengan menambahkan
bubuk carbopol secara perlahan ke dalam fase air yang diaduk secara perlahan Troy dan Beringer, 2006. Carbopol bersifat asam dengan pH 2,5-4,0 pada
larutan 0,2bv dalam air dengan nilai pKa sebesar 6,0±0,5. Carbopol akan terdekomposisi dengan pemanasan 30 menit pada suhu 260
o
C, paparan ultraviolet, adanya asam kuat dan polimer kation. Carbopol bersifat bersifat higroskopis
sehingga akan sulit didispersikan apabila terjadi penggumpalan Rowe dkk, 2009.
D. Propilen Glikol
Humektan merupakan senyawa higroskopis yang mampu menarik air sehingga mampu mempertahankan kelembapan pada aplikasi sediaan di kulit.
Humektan yang baik memiliki sifat yang mampu menarik kelembapan dari udara, nontoksik, dan nonreaktif dengan bahan lain dalam sediaan. Salah satu humektan
organik yang sering digunakan dalam formulasi sediaan kosmetik yaitu propilen glikol Schueller dan Romanowski, 1999.
Gambar 2. Struktur propilen glikol Rowe dkk, 2009
Propilen glikol 1,2-Dihidroksipropana berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, viscous, dan tidak berbau, dengan rasa manis menyerupai gliserin.
Propilen glikol memiliki titik didih 18
o
C, titik lebur -59
o
C, dengan berat jenis 1,038gmL pada suhu 20
o
C. Propilen glikol bersifat campur dengan aseton, kloroform, etanol, gliserin, dan air. Senyawa ini tidak kompatibel dengan adanya
senyawa pengoksidasi. Pada sediaan topikal, propilen glikol digunakan sebagai humektan pada konsentrasi maksimal 15 Rowe dkk, 2009.
Propilen glikol diketahui juga memiliki aktivitas antimikroba dan keratolitik Barel dkk,2014. Pada formulasi sediaan gel, propilen glikol berperan
sebagai humektan yang menjaga kandungan air pada sediaan gel Allen dan Howard, 2014. Selain itu, propilen glikol juga memiliki beberapa keunggulan
seperti ekonomis dan dapat berperan sekaligus sebagai co-solven. Penambahan propilen glikol secara teoritis dapat menurunkan viskositas dan menaikkan daya
sebar dari sediaan Jungerman dan Sontagg, 1991. Propilen glikol juga dapat berperan meningkatkan stabilitas freeze-thaw karena memiliki kemampuan anti-
freeze atau mampu menurunkan titik beku sediaan Chern, 2008.
E. Jeruk Bergamot
4. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus bergamia
Sinonim : Jeruk bergamot
Dugo dan Bonaccorsi, 2014
5. Minyak atsiri jeruk bergamot
Minyak atsiri jeruk bergamot adalah minyak berwarna kuning kecoklatan atau kehijauan dengan aroma khas dan rasa agak pahit. Secara tradisional, minyak
atsiri jeruk bergamot banyak dimanfaatkan untuk infeksi dan penyembuhan luka di Italia Dugo dkk., 2010. Minyak atsiri jeruk bergamot didapatkan dengan
metode cold pressing yang merupakan metode mekanik tanpa menggunakan pemanasan Preedy, 2015. Minyak atsiri diambil dengan merusak kelenjar
minyak yang terletak di flavedo atau kulit buah bagian luar secara mekanik dengan menggunakan ekstraktor Pelatrice Sawamura, 2010. Pada metode cold
pressing terjadi proses perusakan epidermis dan kelenjar minyak yang berisi
minyak esensial kemudian terbentuk area dimana minyak atsiri keluar dan dapat langsung diekstraksi Dugo dan Giacomo, 2002.
Minyak atsiri jeruk bergamot tersusun dari senyawa volatile 93-96 seperti monoterpen dan senyawa non-volatile 4-7 seperti pigmen dan kumarin
Dugo dkk., 2010. Senyawa yang berperan dalam berbagai aktivitas farmakologis minyak atsiri jeruk bergamot adalah senyawa penyusun volatile, utamanya
senyawa monoterpen limonene dan senyawa lain seperti linalool, limonene, dan linaliil asetat yang ditemukan dalam kadar yang lebih banyak dibandingkan dalam
minyak atsiri jeruk lainnya Navarra dkk., 2015. Aktivitas antimikroba paling kuat utamanya disumbangkan oleh senyawa linalool kemudian dilanjutkan dengan
senyawa α dan β-pinene, limonene, dan linaliil asetat Sokovic dkk., 2010. Minyak atsiri jeruk bergamot memiliki aktivitas antibakteri dan
antifungal yang telah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Minyak atsiri jeruk bergamot memiliki efek anti jamur terhadap beberapa spesies dermatophyta, serta
jamur Candida spp Romano dkk, 2005. Efek antibakteri minyak atsiri jeruk bergamot juga aktif terhadap bakteri gram positif, Campilobacter jejuni,
Escherichia coli O157 , Listeria monocytogenesis, Bacillus cereus, namun tidak
cukup aktif terhadap bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus. Senyawa yang paling berperan dalam aktivitas antimikroba dalam minyak atsiri jeruk
bergamot adalah senyawa linalool Fisher dan Phillips, 2006. Minyak atsiri jeruk bergamot telah terbukti tidak menimbulkan efek iritasi terhadap kulit sehingga
aman untuk diaplikasikan secara topikal Navarra dkk., 2015. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan suatu desain eksperimen dengan adanya dua atau lebih faktor yang dimanipulasi. Pada desain faktorial dapat dilihat hubungan
antara respon variabel dengan dua atau lebih faktor untuk menentukan efek dari faktor yang diteliti serta interaksinya yang berpengaruh secara signifikan.
Keunggulan dari desain faktorial adalah dapat mengevaluasi efek dari dua atau lebih faktor dalam waktu bersamaan Santoso, 2010.
Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level yang akan diteliti serta respon yang akan diukur. Faktor merupakan suatu variabel
yang menentukan variabel lain atau suatu besaran yang memberi pengaruh terhadap respon. Level merupakan tetapan atau nilai dari faktor yang dinyatakan
secara numerik. Respon atau efek adalah perubahan yang disebabkan oleh variasi level
dari faktor. Bolton, 1997. Pada rancangan desain faktorial dengan dua level A dan B dan dua faktor tinggi = i, rendah = 0, maka rancangan penelitian yang
dilakukan adalah empat percobaan sebagai berikut:
Tabel II. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
A a
a
1
B b
a b
a
1
b b
1
a b
1
a
1
b
1
Rumus desain faktorial yang berlaku:
Y = b + b
1
X
A
+ b
2
X
B
+ b
12
X
A
X
B
....................1 Y
: respon hasil atau sifat yang diamati X
A
X
B
: level faktor A dan faktor B b
,
b
1
,
b
2
,
b
12
: koefisien yang dihitung dari percobaan Lewis dkk., 1998
G. Landasan Teori