56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data penelitian dilakukan dari tanggal 26 September 2013 sampai dengan 13 Oktober 2013. Peneliti melakukan
pengambilan data di RS. Panti Nugroho, klinik dr. Sarjoko, dusun Karang Pakis, dusun Glagahwero, dusun Grogolan, daerah Banteng, dan daerah kaliurang.
Peneliti terlebih dahulu menanyakan kesediaan individu mengisi kuesioner serta kesesuaian dengan karakteristik yang telah ditentukan. Individu yang sesuai
dengan karakteristik subjek penelitian melakukan pengisian kuesioner sendiri atau dengan bantuan peneliti untuk mengisikan.
Pada pengambilan data penelitian, peneliti mendapat bantuan dari beberapa orang. Peneliti melakukan briefing kepada orang-orang yang membantu
menyebar skala sehingga pengisian dilakukan secara baik dan benar. Pengambilan data penelitian tidak selalu dilakukan ditempat karena keterbatasan
waktu subjek sehingga skala dibawa pulang. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara mengisi kepada subjek yang membawa pulang skala. Peneliti
juga meminta subjek untuk membawa kembali skala yang telah diisi dihari berikutnya. Skala yang telah selesai diisi terlebih dahulu diperiksa oleh peneliti
agar tidak ada jawaban yang terlewat. Dari 60 skala yang disebar terdapat 48 skala yang kembali. Data yang terkumpul kemudian akan diolah oleh peneliti.
B. Deskripsi Subjek
1. Jenis Kelamin
Penelitian ini melibatkan 60 orang partisipan. Data pada penelitian ini berasal dari 48 orang yang menjawab keseluruhan item pada skala. Subjek
pada penelitian ini terdiri atas 30 subjek 62,5 berjenis kelamin perempuan dan 18 subjek 37,5 berjenis kelamin laki-laki. Data dapat dilihat pada
tabel 7. Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
Perempuan Laki-laki
30 18
62,5 37, 5
Total 48
100
2. Usia
Subjek pada penelitian ini memiliki usia dari 42 tahun sampai dengan 76 tahun. Rata-rata usia subjek pada penelitian ini adalah 58 tahun dengan
standar deviasi ± 9,2. Subjek yang memasuki usia dewasa tengah sebesar 28 orang 58,3. Subjek yang memasuki usia dewasa akhir sebesar 20 orang
41,7. Deskripsi usia subjek dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Deskripsi Usia
Tahapan Perkembangan
Santrock, 1995
Usia Tahun
Jumlah Persentase
Min Max
Mean SD
Usia Dewasa Tengah
Usia Dewasa Akhir 40 – 60
≥ 60 28
20 58,3
41,7 42
76 58,38
±9,2
Total 48
100
3. Durasi Diabetes Tipe 2
Data penelitian menjelaskan tentang deskripsi durasi subjek yang memiliki diabetes tipe 2. Batas bawah durasi subjek memiliki diabetes tipe 2
yaitu 1 tahun. Batas atas durasi subjek memiliki diabetes tipe 2 yaitu 42 tahun. Rata-rata durasi subjek memiliki diabetes yaitu 7 tahun dengan standar
deviasi yaitu ±7,4. Deskripsi durasi diabetes dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Deskripsi Lama Diabetes
Tahun Jumlah
Persentase Min
Max Mean
SD 1 – 2
3 - 6 7 – 10
11 – 20 20
14 12
12 8
2 29,2
25 25
16,7 4,1
1 42
7 ±7,4
Total 48
100
C. Hasil penelitian
1. Statistik Data Penelitian
Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan SPSS 15.0 for windows didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut.
Tabel 10. Statistika Data Penelitian
Deskripsi Data Self Efficacy
Self Management Mean
SD Xmax
Xmin
88,06 15,71
115 47
111,27 11,43
129 90
Tabel 10 menunjukkan keseluruhan statistika data penelitian. Tabel menunjukkan bahwa mean dari self efficacy sebesar 88,06 dengan SD sebesar
15,71. Nilai tertinggi dari self efficacy sebesar 115 dan nilai terendah sebesar 47. Tabel juga menunjukkan bahwa mean dari self management sebesar
111,27 dengan SD sebesar 11,43. Nilai tertinggi dari self management sebesar 129 dan nilai terendah sebesar 90.
2. Kategorisasi Subjek Penelitian
Pada penelitian ini skala self efficacy dan self management akan dibagi ke dalam 3 kategori. Kategorisasi ini bertujuan untuk menempatkan individu
ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur Azwar, 2012. Kategorisasi self
efficacy dan self management dilakukan dengan memperhitungkan rata-rata skor dan standar deviasi. Kategori masing-masing adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Kategorisasi Skor Variabel Self Efficacy dan Self Management
Kategori Self Efficacy
Self Management
Rendah Sedang
Tinggi X 54
54 ≤ X 84 84 ≤ X
X 66 66 ≤ X 99
99 ≤ X
Berdasarkan tabel 11, maka subjek penelitian dapat dikategorikan sebagai berikut.
Tabel 12. Kategorisasi Data Self Efficacy dan Self Management
Kategori Self Efficacy
Self Management
Rendah Sedang
Tinggi 3 5,8
13 25 32 61,5
- 11 21,2
37 71,2
Pada kategorisasi data self efficacy didapatkan hasil yaitu 32 orang 61,5 dikategorikan memiliki tingkat self efficacy tinggi, 13 orang 25
memiliki tingkat self efficacy sedang dan 3 orang 5,8 memiliki tingkat self efficacy yang rendah. Data kategorisasi self management juga menunjukan
yaitu 37 orang 71,2 memiliki tingkat self management yang tinggi, 11 orang 21,2 memiliki tingkat self management yang sedang dan tidak ada
subjek yang memiliki tingkat self management yang rendah.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah kontinum berdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis korelasi Usman
Akbar, 2006. Data dikatakan normal apabila memiliki nilai p 0.05 Santoso, 2010. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov Test SPSS 15.00 for windows. Tabel 13. Uji Normalitas
Self Efficacy Self Management
Kolmogorov- Smirnov Z Asymp Sig 2-tailed
0,799 0,546
1,056 0,215
Pada tabel 13 terlihat bahwa variabel self efficacy memiliki nilai dari Kolmogorov- Smirnov Z sebesar 0,799 dengan nilai p sebesar 0,546 p
0,05. Kesimpulan yang diambil yaitu variabel self efficacy memiliki sebaran data mengikuti distribusi normal. Pada variabel self management, nilai
Kolmogorov- Smirnov Z sebesar 1,056 dengan nilai p sebesar 0,215 p 0,05. Nilai p lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
self management mengikuti distribusi normal. Dengan demikian variabel self efficacy dan self management memenuhi syarat uji normalitas.
4. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk menyatakan hubungan antara dua variabel yang dianalisis mengikuti garis lurus Santoso, 2010. Pengujian asumsi
linearitas menggunakan test for linierity dalam SPSS15.0 for windows. Tabel 14. Tabel Uji linearitas
Self management self efficacy
F Signifikasi
Linearity 18,349
0,000
Hasil uji linearitas menunjukan bahwa nilai F sebesar 18,349 dengan nilai p = 0,000 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
self efficacy dan self management bersifat linear.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson product moment. Korelasi product moment berguna untuk menyatakan ada
atau tidaknya hubungan yang signifikan variabel satu dengan variabel lainnya. Batas nilai koefisien korelasi r, yaitu nilai r terbesar adalah +1 dan terkecil
adalah -1 Usman Akbar, 2006. Ho diterima jika nilai p 0,05. Uji hipotesis dengan teknik korelasi product moment menggunakan SPSS 15.0 for
windows.
Tabel 15. Uji Hipotesis
Self Efficacy Self Management
Self Efficacy Pearson Correlation
Sig. 2-tailed N
Self Management Pearson Correlation
Sig.2-Tailed N
1 48
0,471 0,001
48 0,471
0,001 48
1 48
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan adalah self efficacy berkorelasi secara positif, sedang, dan signifikan dengan self
management N= 48, r= 0.471, p= 0.001. Hal ini mengartikan jika semakin tinggi tingkat self efficacy maka semakin tinggi pula tingkat self management.
6. Hasil Tambahan
Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat tingkat self efficacy dan self management pada individu dengan diabetes tipe 2 berdasarkan tahapan
perkembangan usia. Peneliti menggunakan SPSS 15.0 for windows teknik korelasi product moment.
Tabel 16. Hasil Tambahan
Self Efficacy
Self Management
Usia Pearson
Correlation Sig. 2-Tailed
N 0,307
0,034 48
0,207 0,158
48
Berdasarkan hasil perhitungan usia berkorelasi secara positif dan signifikan dengan self efficacy N= 48, r=0,307, p= 0.034. Artinya, jika
tingkat usia semakin bertambah maka semakin tinggi pula tingkat self efficacy individu. Di samping itu usia tidak berkorelasi secara signifikan dengan self
management.
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy dan self management memiliki tingkat hubungan yang sedang, berkorelasi positif dan signifikan.
Tingkat hubungan yang sedang terlihat dari koefisien korelasi sebesar 0.471 yang menunjukkan tingkat kontribusi sebesar 22,2. Tingkat signifikansi sebesar
0.001 p0,05 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Artinya, ada hubungan antara self efficacy dan self management pada individu dengan
diabetes tipe 2 di Indonesia. Korelasi yang bersifat positif pada penelitian ini mengartikan jika tingkat self efficacy tinggi maka tingkat self management pada
individu dengan diabetes tipe 2 tinggi. Sebaliknya, self efficacy yang rendah menandakan self management pada individu dengan diabetes tipe 2 juga rendah.
Self efficacy merupakan penilaian terhadap kemampuan dalam melaksanakan tugas yang didasarkan pada kapabilitas, keterampilan, kondisi
kognitif dan kondisi lingkungan. Individu dengan diabetes tipe 2 dalam pelaksanaan self management memerlukan perubahan perilaku, diri, dan
lingkungan dalam aktivitas sehari-hari Sarkar et al., 2006. Self efficacy menjadi relevan untuk meningkatkan self management. Self efficacy menjadi faktor kunci
dalam perubahan perilaku karena memberikan pengaruh melalui proses kognitif, motivasional, afektif, dan pengambilan keputusan Schunk, 2012. Teori self
efficacy mengatakan bahwa keyakinan individu akan kemampuan diri akan memprediksi kinerja dari perilakunya Feist Feist, 2008. Dalam penelitian ini,
self efficacy memberikan keyakinan akan kemampuan diri, sehingga individu dengan diabetes menjadi percaya diri melakukan perilaku self management
Sarkar et al., 2006. Tingkat self efficacy dan self management dalam diri subjek inilah yang menjadi faktor keberhasilan dalam meningkatkan kualitas kesehatan
dan kepuasan hidup bagi individu dengan diabetes tipe 2. Penelitian ini membagi subjek ke dalam tiga kategori tingkat self efficacy
dan self management yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Self efficacy tinggi yang dimiliki oleh individu dengan diabetes tipe 2 membantu dalam pembentukan
perilaku kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Individu dengan diabetes tipe 2 menjadi percaya diri akan kemampuan yang dimiliki sehingga menjadi yakin
untuk melaksanakan self management Sarkar et al., 2006. Self management yang dilakukan individu dengan diabetes tipe 2 yaitu medication, diet,
monitoring, olahraga, kontrol rutin ke dokter, dan pengambilan keputusan. Self efficacy yang tinggi juga membuat individu dengan diabetes tipe 2 memiliki
pikiran yang positif. Pikiran yang positif membuat individu dengan diabetes tipe 2 dapat memotivasi dirinya serta mengendalikan emosi ketika menghadapi situasi
kritis dan penuh tekanan terkait dengan penyakitnya Benight Bandura dalam Schunk, 2012.
Individu dengan diabetes tipe 2 yang memiliki self efficacy rendah cenderung tidak optimal dalam melaksanakan self management. Individu menjadi
kurang berusaha untuk keberhasilan self management. Hal ini menyebabkan individu menjadi merasa tidak nyaman dalam melakukan diet, olahraga, dan
monitoring diabetes O’Hea et al.,2009. Dengan demikian, individu menjadi memiliki kepuasan hidup yang rendah dan memperburuk kondisi tubuhnya.
Tingkat korelasi r=0471 sedang dalam penelitian ini dikarenakan oleh faktor-faktor internal seperti keberhasilan pribadi yang dicapai, pengalaman
orang lain yang tekun melaksanakan self management diabetes, dukungan dari lingkungan sekitar, serta emosi positif yang dimiliki oleh individu. Budaya juga
memberikan pengaruh pada tingkat korelasi. Subjek pada penelitian ini merupakan orang Indonesia yang memiliki sifat sosial sehingga dukungan yang
diberikan pada penderita diabetes tipe 2 dapat meningkatkan ketaatan melakukan self management Schafer et al., 1986. Individu dengan diabetes tipe
2 yang mendapatkan dukungan juga akan menjalankan self management secara lebih terkontrol.
Pada hasil tambahan berdasarkan data demografis usia terlihat bahwa usia memiliki korelasi secara positif dan signifikan dengan self efficacy. Penelitian ini
melibatkan subjek yang telah memasuki tahapan perkembangan usia dewasa tengah dan akhir. Berdasarkan hasil perhitungan usia berkorelasi secara positif
dan signifikan dengan self efficacy N= 48, r=0,307, p= 0.034. Artinya, jika tingkat usia semakin bertambah maka semakin tinggi pula tingkat self efficacy
individu. Di samping itu usia tidak berkorelasi secara signifikan dengan self management.
Pada masa dewasa tengah terjadi penurunan kondisi fisik secara bertahap Santrock, 2011. Penurunan kondisi fisik ini berbeda-beda antara satu individu
dengan individu lainnya. Di samping terjadinya penurunan kondisi fisik, pada masa dewasa tengah dan akhir terjadi peningkatan crystallized intelligence dan
keahliannya dalam pengambilan keputusan Santrock, 2011. Peningkatan crystallized intelligence disebabkan oleh akumulasi informasi dan keterampilan
verbal yang terjadi selama masa perkembangan. Crystallized intelligence merupakan kemampuan yang didasarkan pada pengalaman kumulatif.
Crystallized intelligence yang berkembang akan menunjukan performa yang bagus dalam pengambilan keputusan pada masa dewasa akhir. Hal ini dapat
meningkatkan self efficacy sehingga individu memiliki kecemasan yang rendah Santrock, 2011. Peningkatan kemampuan ini dapat menjadi faktor dalam
meningkatkan self efficacy pada individu dengan diabetes tipe 2 yang memasuki masa dewasa tengah dan akhir. Hal ini dikarenakan individu memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah praktis sehingga dapat melakukan pengambilan keputusan terhadap tugas yang diberikan Santrock, 2011
Pada penelitian juga didapatkan hasil bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan self management. Hal ini dikarenakan keefektifan
pelaksanaan self management pada diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh pengetahuan, dukungan sosial, dan partisipasi aktif individu dalam program diabetes Taylor,
1999. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy tinggi
yang dimiliki oleh individu dengan diabetes tipe 2 berhubungan dengan perilaku self management. Individu dengan diabetes tipe 2 akan melaksanakan
medication, diet, monitoring, olahraga, dan pengambilan keputusan dengan semakin baik. Hasil penelitian ini didukung oleh Al-Kwaldeh, Al-Hasan, dan
Froelicher 2012 yang mengatakan bahwa self efficacy tinggi juga memiliki perilaku self management yang baik dalam diet, olahraga dan tes glikemia. Di
samping itu, usia juga memiliki korelasi yang signifikan pada self efficacy dan tidak memiliki korelasi dengan self management.
E. Keterbatasan Penelitian