Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi penyebab kematian 80 bagi penduduk di negara-negara barat Maes, Leventhal, DeRidder, dalam Macrodimitris Endler, 2001. Diabetes adalah perubahan sistem kimiawi dalam tubuh yang mengakibatkan kadar gula berlebih di dalam darah Bilous, 2002. Sebagian besar diabetes dibedakan ke dalam dua kategori umum. Diabetes tipe 1 insulin-dependent diabetes mellitus- IDDM ditandai oleh defiensi absolut insulin akibat kerusakan sel β pankreas Kummar, Abbas Fauston, 2005. Hal ini disebabkan oleh kelainan genetik yang dibawa sejak lahir Pramudiarja, 2012 yang membuat sel-sel di dalam tubuh tidak dapat memproduksi insulin sehingga penderita harus bergantung terhadap suntikan insulin selama hidupnya Johnson, 1998. Pada diabetes tipe 2 non-insulin- dependent diabetes mellitus –NIDDM disebabkan oleh kombinasi resisten perifer terhadap kerja insulin dan kurangnya respon sekretorik sel β pankreas “defisiensi insulin relative” Kummar et al., 2005. Hal ini berarti suplai insulin di dalam tubuh berkurang atau tidak cukup efektif sehingga gula darah naik lebih lamban Bilous, 2002. Diabetes tipe ini disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat Pramudiarja, 2012. Individu dengan diabetes cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat bahwa pada tahun 2000 jumlah individu dengan diabetes di Indonesia sebesar 8, 4 juta Pdpersi, 2011 dari 206.264.595 juta penduduk BPS, 2013. Badan Pusat Statistik BPS juga mencatat adanya kenaikan jumlah individu dengan diabetes menjadi 13, 7 juta orang pada tahun 2003 Pdpersi, 2011 dari 213.550.500 juta penduduk DataStatistik-Indonesia, 2013. Berdasarkan pola pertambahan penduduk tersebut diperkirakan pada tahun 2030 akan ada kenaikan individu dengan diabetes sebesar 20,1 juta dengan tingkat prevalensi 14,7 untuk daerah urban dan 7,2 di rural Pdpersi, 2011. Hal ini berarti bahwa adanya kenaikan individu dengan diabetes yang lebih tinggi sebesar 14,7 di daerah perkotaan dibandingkan di daerah pedesaan yang hanya mengalami kenaikan sebesar 7,2. Saat ini diperkirakan jumlah individu dengan diabetes di dunia mencapai angka 200 juta jiwa dan diprediksikan bahwa pada tahun 2020 individu dengan diabetes akan bertambah menjadi 350 juta jiwa RiauPosOnline, 2012. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah individu dengan diabetes terbanyak. Hal ini ditunjukan oleh temuan Badan Kesehatan Dunia World Health Organization WHO yang menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke lima negara dengan individu dengan diabetes terbanyak di dunia. WHO juga memperkirakan bahwa pada tahun 2030 penderita diabetes tipe 2 di Indonesia akan meningkat hingga tiga kali lipat menjadi 21,3 juta jiwa. Pada kasus-kasus diabetes yang terjadi, individu dengan diabetes tipe 2 berkisar 80 sampai 90 dibandingkan individu dengan diabetes tipe 1 yang berkisar 10 Kummar et al., 2005. Adanya data yang menunjukkan tingginya angka individu dengan diabetes membuat pengobatan diabetes menjadi intensif dan berkelanjutan. Tritmen diabetes yang secara umum dilakukan pada individu dengan diabetes antara lain pengobatan medis, monitoring glukosa darah, terapi diet, dan olahraga Gonder- Frederick, Cox, Ritterband, 2002. Selain itu seleksi makanan serta pengaturan pola makan dapat diterapkan dalam perawatan diabetes Savoca Miller, 2001 Pengobatan dan tritmen yang dilakukan oleh individu dengan diabetes dapat meminimalisir resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular, mengurangi resiko hipertensi, hiperlipidemi, dan mengontrol gula darah. Gonder-Frederick et al., 2002. Salah satu cara, yaitu ketaatan pengobatan dan kehadiran waktu kontrol dapat memberikan intervensi pada tekanan darah dan kolesterol Hills-Briggs, Gary, Bone, Hill, Levine, Brancati, 2005. Hasil tersebut dapat tercapai ketika penderita diabetes melaksanakan tritmen secara intensif sehingga memberikan dampak pada kualitas hidup individu dengan diabetes Gonder-Frederick et al., 2002. Pelaksanaan tritmen secara intensif pada individu dengan diabetes sering dikenal dengan self management. Pelaksanaan manajemen diabetes bukan hal yang mudah. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan manajemen diabetes antara lain hambatan yang berasal dari faktor pasien dan faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan. Pada faktor yang berasal dari pasien yaitu hambatan berupa perilaku dan kepercayaan. Selain itu terdapat juga hambatan yang berupa pengetahuan, budaya, sumber penghasilan, co-morbidities, dan dukungan sosial dalam pelaksanaan manajemen diabetes Nam, Chesla, Stotts, Kroon, Janson, 2011. Pada penelitian mengenai faktor penghambat dari pasien yang berupa perilaku dan kepercayaan menjelaskan bahwa sekitar 33 individu dengan diabetes memiliki keengganan dalam melakukan terapi insulin Polonsky, Fisher, Dowe Edelman dalam Nam et al., 2011. Hal ini disebabkan oleh sikap dan keyakinan individu yang menganggap bahwa terapi insulin merupakan kegagalan mereka dalam mengelola penyakit diabetes Davis Renda dalam Nam et al., 2011. Selain itu, individu dengan diabetes ini meyakini bahwa terapi insulin akan memperburuk penyakit mereka dan menghasilkan komplikasi yang lebih parah Davis Renda dalam Nam et al., 2011. Kesalahpahaman inilah yang pada akhirnya mempengaruhi pasien dalam melakukan self-management diabetes tipe 2. Pada faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan, faktor penghambat berupa kepercayaan, perilaku, pengetahuan, interaksi dan komunikasi antara pasien dan penyedia layanan serta sistem kesehatan Nam, et al., 2011. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa perilaku empati yang dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan dapat membentuk perilaku self- management Peyrot, Burns, Daviesc, Forbes, Hermannse, Holtf, Kalrag, Nicolucci, Pouwer, Wensj, Willaingk, Skovlundl, 2012. Akan tetapi penjelasan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan terhadap pasien kurang jelas dan intesif Schetman et al., dalam Hill-Briggs et al., 2005. Padahal untuk menjalani self-management diperlukan pengertian dan penjelasan dalam pelaksanaannya. Secara psikologis, Self management berperan sebagai pycho-behavioral yang mempengaruhi hasil kesehatan yang dapat menentukan perkembangan pengobatan dan penyakit Cobden, Niessen, Barr, Rutten, Redekop, 2010. Self management juga berperan dalam meningkatkan kepuasan pelaksanaan tritment dan mengurangi gejala depresi sehingga individu memiliki kesejahteraan Cobden et al., 2010. Self management dibuat agar individu terfasilitasi secara pengetahuan, keterampilan, dan dalam pelaksanaan perawatan diri Funnel, Brown, Childs, Hosey, Jensen, Maryniuk, Peyrot, Piette, Reader, Simineiro, Weinger, Weiss, 2008 Perilaku self-management pada individu dengan diabetes sangat penting. Salah satu penelitian menjelaskan bahwa rendahnya perilaku manajemen diri serta kurangnya partisipasi dalam mengikuti program pendidikan, diet maupun pengobatan membuat individu dengan diabetes mengalami gejala depresi Park, Hong, Lee, Ha, Sung, 2004. Gejala depresi tersebut berupa perasaan sedih, putus asa, kehilangan berat badan, perasaan lelah yang menghambat aktivitas, serta kesulitan dalam berkonsentrasi Hufman, Vernoy, Vernoy, 2000. Hal ini karena self management berkaitan langsung terhadap kondisi kesehatan individu dengan diabetes. Perilaku kurangnya self-managent tersebut muncul karena setiap informasi yang didapat tidak selalu mengarahkan individu untuk mengurangi perilaku beresiko meskipun mereka mengetahui resikonya Nam et al., 2011 Tingginya angka individu dengan diabetes terutama di Indonesia serta kurangnya self management diabetes memberikan dampak permasalahan pada beberapa area seperti masalah kesehatan fisik dan psikologis. Dari segi dampak kesehatan fisik, individu dengan diabetes rentan terkena penyakit makrovaskular komplikasi pada pembuluh darah arteri yang lebih besar, mikrovaskular komplikasi pada pembuluh darah kecil, retinopati kerusakan retina, nefropati diabetes penyakit ginjal progresif, kebutaan dan penyakit ginjal stadium akhir Kummar et al., 2005. Diabetes juga menjadi faktor munculnya sakit jantung, stroke, hipertensi, dan kerusakan pada sistem saraf Cahyafitri, 2010. Dari segi dampak secara psikologis terlihat bahwa individu dengan diabetes tipe 1 maupun tipe 2 rentan mengalami depresi dua kali lipat dibandingkan dengan orang pada umumnya tanpa diabetes Anderson, Freedland, Clouse, Lustman, 2001. Hal ini disebabkan karena individu dengan diabetes memiliki kondisi yang tidak sama seperti orang pada umumnya. Dalam kesehariannya individu dengan diabetes menghadapi situasi fisik dan emosi yang penuh stres Kanner, Hamrin Grey, 2003. Hal ini dikarenakan individu melakukan perubahan gaya hidup dan melaksanakan berbagai tritmen yang kompleks Lerman, 2005 seperti harus melakukan pemilihan makanan dan pengaturan pola makan untuk menjaga tingkat glukosa darah dalam tubuh Savoca Miller, 2001. Selain itu, individu dengan diabetes juga dapat mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap penyakitnya sehingga mengalami distress dan rendahnya self-efficacy setelah 2-3 tahun terdiagnosis Thoolen, De Ridder, Benshing, Gorter, Rutten, 2006. Diabetes merupakan penyakit seumur hidup sehingga membutuhkan proses perawatan dan pengobatan yang panjang dan lama. Self-management merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam memunculkan perilaku gaya hidup sehat yang dapat membantu meminimalkan atau mencegah komplikasi akut dan efek jangka panjang selanjutnya pada individu dengan diabetes Sousa, Zauszniewski, Musil Price Lea Davis dalam Al-Khawaldeh, Al-Hassan, Froelicher, 2011. Adanya keyakinan individu dalam melakukan perilaku self- management bervariasi sesuai dengan perilaku yang dibutuhkan oleh individu Al-Khawaldeh et al., 2011. Salah satu contoh, apabila individu ingin mendapatkan tingkat gula darah yang stabil maka individu akan melakukan self- management terhadap asupan makanan yang dikonsumsi. Perilaku self- management yang secara umum biasa dilakukan oleh penderita diabetes yaitu obat, diet, monitoring glukosa, olahraga, kontrol dokter, dan pengambilan keputusan sehari-hari Gonder-Frederick et al., 2002. Pada pengobatan diabetes diperlukan perubahan perilaku yang kompleks mulai dari gaya hidup hingga pola makan. Salah satu faktor yang dapat membuat perubahan perilaku tersebut tercapai ialah self-efficacy. Pada Teori Kognitif- sosial yang menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan penilaian terhadap kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tugas tertentu Bandura, 1986. Self- efficacy bertujuan agar seorang individu percaya terhadap kemampuan diri sehingga dapat melaksanakan tugas yang diberikan secara kompeten dan efektif. Pada penelitian ini diharapkan self-efficacy yang dimiliki individu dengan diabetes membantu dalam pembentukan perilaku self-management sehingga dapat mengurangi dampak psikologis seperti depresi yang akhirnya mengurang resiko kesehatan dan komplikasi akut. Pada penelitian ini, peneliti juga meneliti keseluruhan aspek self management pada individu dengan diabetes 2. Hal ini dikarenakan pada penelitian sebelumnya terbatas hanya meneliti hubungan self-efficacy dengan ketaatan perilaku self management berupa diet Senécal, Nouwen White, 2000 dan kontrol metabolik Brown et al.; Stenstrom et al.; Surgenor et al. dalam O’Hea, Moon, Karen, Grothe, Boudereaux, Bodenlos, Wallston, Brantley, 2009. Peneliti sebelumnya meneliti aspek diet karena aspek tersebut dianggap sebagai pusat dari self management pada diabetes Senécal et al., 2000. Selain itu, peneliti sebelumnya meneliti aspek kontrol metabolik karena merupakan aspek self management secara klinis O’Hea et al., 2009. Merujuk pada penelitian sebelumnya maka peneliti ingin menambahkan seluruh perilaku self management yang wajib dilakukan oleh penderita diabetes yaitu obat, diet, monitoring glukosa, olahraga, kontrol dokter, dan pengambilan keputusan sehari- hari Gonder-Frederick et al., 2002. Pada peneliti ini akan diteliti hubungan antara self-efficacy dan self-management pada individu dengan diabetes tipe 2 di Indonesia. Penelitian ini memiliki keunikan yaitu menggunakan variabel self-efficacy dalam dunia kesehatan yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga berfokus pada individu dengan diabetes tipe 2 karena banyak penelitian yang telah meneliti diabetes namun tidak dikelompokkan secara spesifik berdasarkan tipe diabetes. Selain itu, tingkat jumlah individu dengan diabetes tipe 2 di indonesia yang lebih banyak dibandingkan penderita diabetes tipe 1. Individu dengan diabetes tipe 2 memiliki sakit yang lebih dapat dikontrol dibandingkan diabetes tipe 1 maka penelitian ini berfokus pada penderita diabetes tipe 2.

B. Rumusan Masalah